23. Rahasia Lara

12K 1.8K 605
                                    

"HATI-HATI BEGO!" umpat Saka seraya melepas helmnya kasar. Dia meringis sebal melihat Lara tersungkur pasca melompat dari motornya. Ciri-ciri orang sok hebat. "Luka di badan lo bakal makin banyak kalau kelakuan lo ceroboh begitu, Larasita!"

Lara menulikan telinga. Tak peduli pada teriakan kemarahan Saka. Dia dengan cepat membuka helm di kepalanya, menaruhnya begitu saja di tanah halaman. Kini, pusat pandang Lara hanya pada mamanya yang sedang berdebat dengan beberapa orang di teras rumah. Juga, pada tulisan yang menggantung di daun pintu rumahnya.

'RUMAH INI TELAH DISITA OM BURHAN'

Terseok, Lara menyeret kakinya yang terasa agak nyeri menghampiri Sang Mama. Kehadirannya mampu membuat empat orang lelaki bertubuh besar, juga Mama menoleh padanya. Dia terkesiap sesak melihat wajah Mama tampak lebam.

"Ma ...,"

"Pergi Lara!" ucap Mama membentak. Selalu seperti itu saat melihat dirinya. "Pergi anak sialan!"

Lara menggeleng kecewa. Tak terkejut lagi dibentak seperti itu oleh Mama. Alih-alih menjauh, dia malah mendekat ingin memastikan kondisi Mama. Sayangnya Mama menepis tangannya kasar. Tampak enggan disentuh olehnya.

"Bodoh, pergi sialan!"

"Ta--tapi," Lara menggigit bibir dengan dada mencelos. Amat enggan menuruti Mamanya. Dia menoleh pada beberapa lelaki berbadan besar itu. "Kalian apakan Mama saya?"

"Saya pukul karena melawan. Saya sita rumah Mama kamu. Hutang Mama kamu numpuk sama saya," ucap salah satunya santai, lelaki yang paling tua di antara yang lain. Matanya tampak genit saat memandang Lara.

Om Burhan? Apa dia yang selalu viral dibicarakan di Tiktok? Lantas, kenapa tidak tampan seperti bayangannya?

Lara mengerjap bodoh. Dia menoleh pada Mama di sampingnya. Darah di sudut bibir Mamanya itu membuatnya lagi-lagi meringis. Pasti sakit sekali. Dia khawatir.

"Jangan sita rumah Mama, Om. Memang hutang Mama berapa? Biar saya yang bayar. Lima ratus ribu cukup, Om?"

Om Burhan berdecak, tertawa sinis mencemooh setelahnya. "Bodoh! Hutang Mamamu 200 juta. Kamu bisa bayar?"

Lara meneguk ludah, terkesiap linglung. Lagi, dia menoleh tak percaya pada Mamanya yang menatapnya tajam. 200 juta? Berhutang untuk apa Mamanya sampai sebayak itu?

"Ma ... 200 juta itu uang semua?" tanyanya nyaris gemetar. Selama dia hidup, mana pernah melihat uang 200 juta. Pernah, itu pun duit virtualnya Sisca Kohl saat beli nasi goreng 200 juta. Selebihnya, hanya dalam kehaluannya semata. Apalagi, kawin sama mafia kaya. Jangankan 200 juta, 200 ribu saja dia suka memalak Lakna.

"Sepertinya rumah kamu tidak akan saya sita."

Lara menoleh kaku. Mengerutkan dahinya mendengar ucapan tiba-tiba Om Burhan. Bau-bau kurang sedap mendadak tercium olehnya.

"Apa maksud kamu?" tanya Mama sentimen.

Om Burhan menyeringai. Menatap Lara dari atas sampai bawah. Lara melotot melihatnya.

"Anak kamu cantik juga. Sangat muda. Saya anggap hutang kamu lunas, bahkan saya tambah 200 juga kalau kamu mau menjual anak kamu sama saya. Cukup satu malam saja."

Lara mengepalkan tangan. Benar-benar jijik mendengar ucapan Om Burhan. Memangnya dia perempuan murahan? "Saya enggak sudi, Om. Cuih!"

"Diam kamu Lara!" bentak Mama, membuat Lara terkesiap dan menoleh bingung. Mama mendekat pada Om Burhan. "Tambah 500 juta, kamu boleh bawa anak saya. Masih perawan."

SangsakaWhere stories live. Discover now