3. Lara Pasti Pakai Pelet

20.8K 2.2K 149
                                    

Sepanjang pelajaran kelas berlangsung Saka tidak bisa fokus mencatat tugas yang ditulis Bu Erika di papan tulis. Kepalanya tanpa bisa dikontrol selalu saja menoleh pada cowok biasa saja seperti Laksa. Cowok itu entah apa maksudnya kini duduk di samping Lara. Mengusir Andrea membuat cewek berjilbab itu duduk di belakang mereka bersama Luca.

Saka jadi heran. Laksa itu bodoh atau bagaimana sampai dia bisa terjatuh dalam tipu muslihat pesona Lara. Apa Laksa tidak pernah sadar kalau Lara jelek itu tak lebih dari siluman? Lara bahkan bisa menghancurkan hidup Laksa yang mungkin tidak terlalu sempurna itu kalau Laksa tetap memutuskan mendekati Lara.

Bodoh!

Saka menggelengkan kepala.

“Ga,” bisik Saka pelan. Menyenggol lengan Dirga yang tengah menopang dagunya, tampak mengantuk nan enggan menulis.

“Apa?” sahut Dirga malas. Ia menatap Saka yang tampak kesal. “Kusut amat muka lo, Ka. Kenapa?”

Saka memutar bolpoin di jarinya, tampak ragu bertanya pada sahabatnya itu. Namun, harus. Dia penasaran.

“Menurut lo, lebih cakep gue atau Laksa?”

Dirga menegakkan tubuhnya, mendadak tak mengantuk lagi mendengar pertanyaan Saka. Sedikit terkejut, karena Saka bukan tipe orang yang suka membandingkan kualitas dirinya. Sebab, Saka selalu menganggap dirinya saja yang sempurna, orang lain hanya butiran debu di matanya. Namun, kini pertanyaan Saka jelas menunjukkan bahwa dirinya sedang tak percaya diri sama sekali.

“Kata lo, kan cuma lo aja yang sempurna, ganteng banget gila,” jawab Dirga nyaris mencibir mengingatkan Saka pada slogan cowok itu. "Gue mah ngikut kata lo, aja.”

“Ck! Gue mau tahu sudut pandang lo,” sahut Saka kesal.

“Lo, deh."

Saka menepuk meja pelan. “Tuh, kan? Gue bilang juga apa. Gue memang lebih sempurna dari Laksa."

Saka kembali menolehkan kepala, melirik Laksa yang kini mencari kesempatan dengan ikut membaca buku paket Lara. Lara sendiri tentu saja tak henti menyengir karena cowok biasa saja itu menempel padanya. Saka mengerutkan hidungnya. Bau-bau modus. Lara memang jagonya.

“Jadi karena Lara?”

Saka mendelik. Tak mengerti pertanyaan Dirga yang tiba-tiba. “Maksud lo?”

“Karena Lara sama Laksa lo jadi mendadak insecure begini?” jelas Dirga lagi. Ikut menatap Lara yang kini tersenyum bersama Laksa. Ia mendengus. “Kenapa harus Lara, sih yang dipedulikan Laksa?”

“Memangnya, kenapa kalau Lara?”

Dirga mengangkat bahu. “Ya, kasihan aja sama orang sebelah yang suka sama dia. Bisa nangis darah dia ditinggal Lara.”

Kening Saka mengerut. “Siapa? Memangnya ada yang suka sama Lara? Kok bisa? Jelek begitu orangnya."

Dirga berdecak. “Adalah, Ka. Cuma dia nggak sadar aja,” jelasnya cuek. Dia menunjuk Laksa. “Gue yakin, Laksa nggak pernah menganggap Lara sahabatnya, tapi cewek yang dia suka. Cinta matinya.”

Dalam sekejap, muram kini mengusai wajah Saka. Bibirnya menipis melihat Laksa kini menyentil kening Lara dan menepuk puncak kepalanya. Seolah benar hanya ada Lara di mata cowok itu.

Gila!

Lara pakai pelet apa sampai bisa membuat Laksa menyukainya.

Saka menggelengkan kepala. Merasa bersyukur dirinya kuat iman hingga dia tidak terpengaruh oleh pelet Lara. Kalau tidak, bisa gawat hidupnya. Ia bahkan bergidik ngeri membayangkan dirinya ikut terpesona seperti cowok-cowok bodoh yang menyukai Lara. Amit-amit!

SangsakaWhere stories live. Discover now