4. Salah Gue Apa, Saka?

15.8K 2K 173
                                    

"Apaan, nih?!" tanya Saka saat memasuki kelas. Belum lama dia kembali dari ruang guru diceramahi Bu Erika, ia telah mendapati Laksa dan Luca pindah di belakang bangku Lara. Dia yakin kedua cowok berparas biasa saja itu telah dipaksa oleh Lara untuk pindah.

Kesal, Saka menatap Tama yang kini duduk di belakang Dirga sambil tidur dan Ringgo yang tengah membaca buku. Memang teman-teman sialan!

"Apa maksudnya ini?!" tanya Saka lagi. Ia mendekat pada Lara yang kini menatapnya bingung. "Jelasin sama gue!"

Lara mengedip. Tidak mengerti penjelasan seperti apa yang Saka pinta padanya. "Apa yang harus gue jelasin, Saka? Gue nggak ngerti apa kesalahan yang gue buat kali ini sampai lo marah begini. Lo aneh."

Rahang Saka mengetat. Kesal pada Lara yang tidak mengerti di mana letak kesalahannya. Dasar tidak peka! "Lo, kan yang minta Laksa sama Luca pindah? Kenapa?"

"Letak salahnya gue di mana?" Lara balik bertanya. Dia melirik teman sekelasnya yang kini memperhatikan mereka. Ah, lebih tepatnya Saka. Lara yakin mereka juga merasa asing dengan sikap Saka yang ini.

Saka memejamkan matanya erat. Berusaha sekuat mungkin menahan amarah di dadanya, hingga tangannya terkepal erat. Dia menunduk, menumpukan kedua tangannya pada meja, mengintimidasi Lara. "Gue nggak suka, Lara. Gue nggak suka!"

"Saka!" tegur Laksa seraya berdiri. Kesal pada cowok itu yang sudah membentak Lara.

Saka mendongak, menatap Laksa. "Gue nggak ada urusan sama lo. Jadi, jangan ikut campur kalau lo nggak mau kesulitan nantinya."

Saka menyeringai melihat Laksa kini terdiam. Jelas, tak ada yang berani mengganggunya. Saka itu adalah murid kebanggaan guru, anak orang kaya, memiliki sahabat mengerikan seperti Tama yang merupakan anak pemilik yayasan dan ditakuti seantero sekolah. Juga, ditambah pula oleh adanya Dirga yang gila dan Ringgo yang aneh membuat semua orang enggan berurusan dengannya. Bisa dikatakan, circle Saka bukan orang biasa.

Saka menunduk kembali, menatap Lara yang hanya diam saja. Dia menipiskan bibir, amat benci pada Lara dan segala tingkah lakunya. "Jangan pancing amarah gue Larasita. Gue nggak suka lo nentang gue kayak gini."

Lara meneguk ludah kasar. Kembali merinding mendengar namanya disebut Saka dengan cara paling dingin. Oh, sungguh. Kali ini panggilan pendek atau jelek lebih nyaman didengar olehnya daripada 'Larasita'.

"Lo kenapa, Ka?"

Dahi Saka mengerut. Bingung dengan pertanyaan Lara. "Maksud lo?"

Lara meneguk ludah. Mendorong kening Saka yang terlalu dekat dengannya menggunakan jari telunjuknya. "Lo aneh. Lo bukan Saka yang gue kenal."

Hidung Saka mengerut. Ia menegakkan tubuhnya. "Memangnya sejak kapan kita kenalan? Seingat gue, gue paling anti kenalan sama cewek jelek tolol kayak lo. Halu lo, ya?"

Lara menganga. Dia melirik Andrea yang kini mengulum bibir menahan tawa di sampingnya. Lantas, ia menatap wajah Saka kembali yang terlihat cuek tanpa dosa.

Gila ... kenapa tingkat menyebalkan Saka semakin bertambah tiap detiknya, sih? Heran!

"Ah, terserah lo, lah," sahut Lara, lelah. Ia mencebikkan bibirnya. Menghela napas kasar setelahnya.

Saka melotot. "Menghela napas lo sama gue?!"

"Itu tandanya gue masih hidup, Saka. Emang lo nggak napas apa?!"

Saka mengerutkan alisnya, melirik Laksa yang kini menatapnya. Wajah-wajah kesal, Saka menyeringai. Dia tidak akan membiarkan cowok berparas bisa saja itu semakin terjerumus dalam tipu muslihat pelet Lara.

SangsakaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora