46. Bukan Sekadar Bercanda

9.1K 916 235
                                    

"Kira-kira isinya apa ya, Ka?" tanya Lara penasaran seraya menimang kotak kado di tangannya. Inginnya dia buka segera untuk mengetahui apa isinya, tapi rasanya tak sopan sekali. Kado itu berkemungkinan diberikan untuk Andrea, bukan untuk dirinya.

"Kata lo tadi barangkali cokelat," jawab Saka sekenanya, tak mau ambil pusing memikirkan apa isi kado di tangan Lara. Lagipula, kado itu bukan untuk Lara yang harus dia cari tahu siapa pemberinya untuk dia singkirkan segera. Sebab, Lara pacarnya, tidak boleh ada yang memperhatikannya berlebihan kecuali dirinya, tentu saja.

"Tapi, rasanya ringan banget," kata Lara. Saat menerima kali pertama dari tangan Dirga tadi, Lara tidak terlalu menyadarinya. Cokelat yang sempat dia duga kali pertama, sepertinya tidak mungkin ada di dalamnya. Mengernyitkan dahi, Lara kembali bersuara, "Gue rasa, kayak nggak ada isinya. Masa iya ini cuma bercanda."

"Buka aja," kata Saka memberi usul, menghentikan langkah Lara di depan kelas mereka berdua. Saka tersenyum tipis melihat raut wajah penasaran Lara saat cewek itu mendongak menatapnya. Rasanya, ingin Saka cium saking gemasnya. "Kalau penasaran buka aja. Nggak papa. Nanti biar gue yang minta maaf sama Andrea. Bilang aja gue yang buka."

Terdiam lama seraya memikirkan usul Saka yang menggoda, Lara lantas menggelengkan kepala.

"Nggak mau?" tanya Saka memastikan. Melihat Lara mengangguk, membuat Saka menyunggingkan senyum tipis sebagai bentuk apresiasi pilihan Lara. Diusapnya lengan Lara. "Kalau gitu, jangan pernah memikirkan milik orang lain sekalipun cuma penasaran, Ra. Karena rasa penasaran berlebihan, lama kelamaan akan berubah jadi rasa ingin memiliki yang dalam. Sekalipun milik orang lain ada di tangan lo sekarang, harus selalu lo ingat itu semua cuma titipan. Bukan untuk dicuri atau lo simpan sendirian."

Lara meneguk ludah, tertegur hati mendengar nasihat Saka. Meski tidak menghakimi, tapi ucapan Saka cukup menyentil hatinya. Pun, agak malu pada Saka karena penasaran pada milik Andrea.

"Nggak cuma perkara barang, kadang juga bisa berupa pasangan," kata Saka lagi, melanjutkan. Dia menyipitkan mata menyadari ada kotoran di sudut mata Lara. Dengan lembut ia seka menggunakan ibu jarinya. "Awalnya orang cuma penasaran, lama-lama jadi terhanyut perasaan. Makanya, kadang suka terjadi perselingkuhan."

"Kok, lo kayak ngerti banget masalah ginian, Ka?" tanya Lara penasaran. Tak risih meski kini jemari Saka bukan lagi sekadar menyeka kotoran di sudut matanya, tapi menyibak poni tipisnya dan menyeka keringat yang ada di keningnya. Terlalu lembut nan hati-hati, seolah tengah menjaga kaca rapuh yang akan pecah kala disentuh.

"Jangan salah. Bukan cuma cewek yang suka ghibah. Tongkrongan cowok lebih parah," jawab Saka cengengesan. Tidak malu mengakui pada Lara bahwa dia juga suka ghibah dalam balut kata berbagi informasi aib para manusia. "Rambut lo nggak mau dikuncir aja?"

"Emangnya, kenapa?"

Saka menggeleng. "Poni lo udah lumayan panjang, takut nusuk mata. Bahaya," katanya. Dia menyipitkan mata memikirkan cara agar poni Lara tak mengganggu cewek itu, apalagi sampai menusuk matanya. "Sabuk elang mana?"

Lara dengan segera mengeluarkan sabuk elang dari kantung roknya, memberikannya pada Saka. Ia bahkan hanya bisa menggigit pipi bagian dalam agar tidak menyengir lebar saat Saka menyisir poninya ke belakang, sebelum cowok itu ikat menggunakan sabuk elang layaknya bando saat ia ingin skincare-an. Sialan! Lara baper, ya Tuhan ....

"Kadang gue mikir, seberapa lama lagi gue dikasih kesempatan sama Tuhan bisa ngejaga lo kayak gini, Ra," gumam Saka setelah ia mengusap pipi Lara yang memerah. Mendadak, kini pilu menguasai hatinya. Membawa sesak, sampai membawa suasana pilu antara dirinya dan Lara. "Seandainya gue nggak ada, entah cowok kayak apa yang bakal Tuhan kirim buat jaga lo, Ra. Rasanya gue takut, dia nggak bisa melihat lo, layak lo indah di mata gue."

SangsakaKde žijí příběhy. Začni objevovat