17. Lara Sakit

5.8K 508 56
                                    

NOTE : INI BAB BARU TAMBAHAN, JADI VIEWS DAN VOTE AKAN SANGAT JAUH BERBEDA. APALAGI, SETELAH DITINGGAL MINGGAT SEKIAN LAMANYA YANG MENYEBABKAN READERS LAMA PADA KABUR ENTAH KEMANA. 😂

★★★😎★★★

Lara menyengir lebar melihat Saka memasuki kelas, siap ingin beradu mulut dengan cowok menyebalkan yang sudah beberapa hari ini tidak sama sekali mengganggunya. Bahkan, sejak cowok itu pindah, dia tidak lagi bersikap gila nan aneh seperti bisanya. Saka berubah. Sangat. Lara kesepian.

Saka yang melihat Lara menyengir padanya mendadak menghentikan Langkah. Bimbang ingin melewati cewek itu atau tidak. Ngeri. Dia bahkan mati-matian menahan dirinya untuk tidak meledakan nyinyiran pada cewek itu beberapa akhir ini.

Dia harus mengendalikan diri dan jarak. Dan, sungguh. Rasanya menyulitkan sekali. Saka hanya ingin memastikan bahwa pelet Lara tidak terlalu jauh memengaruhi dirinya. Juga, mengontrol kemungkinan yang bahkan dibayangkan saja Saka ogah dan takut bukan main. Amit-amit. Sebab, kata Dirga, dirinya bukan terkena pelet Lara, tapi suka pada cewek itu. Dan, oh yang benar saja?!

Tidak mungkin!

Dan, tidak akan terjadi!

Cuih!

"Sakaiton," panggil Lara girang. Dia menaik turunkan kedua alisnya. "Saka+sayton. Jadinya, Sakaiton. Hahaha. Ayo, bales. Lara jelek, gitu."

"Ah, tenang Saka pinter! Jangan terpengaruh dengan godaan betina jelek itu. Cuekin aja. Lo, kan LAKI!!!" teriak Saka dalam hati, menyemangati diri sendiri. Berusaha keras tak tersulut emosi pada ledekan Lara. Tidak boleh.

Mengangkat dagu tinggi, Saka menyugar rambutnya seraya melangkah melewati bangku Lara. Bahkan, melengos saat matanya tak sengaja bertatapan dengan cewek itu yang sialnya membuat jantungnya dengan kurang ajar berdetak menyebalkan, amat kencang sampai membuat tulang iganya terasa ngilu.

Satu doa Saka saat ini, jangan sampai ucapan Dirga tempo hari lalu benar adanya. Dia tidak sudi mengakui dirinya menyukai cewek Lara.

"Songong lo, anjir!" teriak Lara kesal diabaikan oleh Saka. Dia menatap tajam punggung lebar cowok itu. "Balik sini lo, Saka! Lihat gue! Bilang gue jelek kayak biasanya! Sok iya, amat lo!"

"Jangan nengok Saka cakep! Tahan diri! Lo, kan, LAKI!" Lagi, batin Saka memperingati. Dia bahkan mengeratkan genggaman pada tali tasnya yang tersampir di sebelah punggung kanannya. Kini, meski kaki panjangnya melangkah, otak jeniusnya masih sibuk berpikir keras. Masa iya, sih dia suka sama Lara seperti kata Dirga? Tidak mungkin!

"SAKAITON! WOY, BALIK SINI! DUDUK BARENG GUE!"

"Bodo betina Jelek. Ogah," sahut Saka nyaris tak bersuara. Bahkan telinganya saja tak mendengar apa yang sudah keluar dari bibirnya. Dia tak boleh menanggapi cewek itu. Abaikan!

"Eh, jangan songong lo! Nggak usah kayak bocil ngambek begini! Ngomong, dong! Salah gue apa?!" Lara kembali berteriak. Dia bahkan ingin menangis melihat Saka masih tak menanggapinya. Menyesakkan dada. "Saka, balik sini. Ayo, nyinyir lagi. Marahin gue lagi kayak bisanya. Sepi bener hidup gue. Duduk sini."

"Eh, goblok! Enak aja! Lo mau nyuruh gue pindah lagi?" sahut Andrea, memukul kepala Lara tak terlalu keras. "Ngadi-ngadi ya lo!"

"Sakit, Rea ...," ringis Lara. Dia mengusap kepalanya. Lantas, kembali menoleh pada Saka yang kini sudah duduk dan tampak asyik menganggu Siti. Cengiran lebar cowok itu pada Siti yang bersikap malu-malu kucing menanggapinya membuat Lara geram bukan main. Dan, idih! Saka bahkan berani-beraninya menoel dagu cewek berdempul tebal itu. Tak bisa dibiarkan. "SAKA!!!"

SangsakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang