"Ibu mau makan gak? Ibu belum makan dari pagi" ujar Syasa

Kurnia menggelengkan kepalanya, Syasa benar-benar khawatir kalau melihat ibunya seperti ini. Masalahnya ibunya juga punya darah tinggi, ia hanya takut penyakit ibunya ikut kambuh disaat seperti ini.

"Ibu makan dulu ya, Syasa belikan makanan untuk ibu sembari menunggu ayah"

"Biar Roni yang beli, kamu disini aja sama ibu" ujar Austin

Belum sempat Austin memberitahu Roni, tibatiba Dira sudah tiba dirumah sakit sembari berlari dengan tangan membawa satu plastik berwarna hitam

Padahal Syasa sudah menyuruh adiknya agar tidak kerumah sakit, karna adiknya harus belajar dan fokus untuk ujiannya nanti. Syasa hanya takut fokusnya jadi terpecah jika melihat keaadan ayahnya

"Kenapa kesini dir?" tanya Syasa, "kan kakak bilang jangan kerumah sakit"

"Hari ini cuma satu kelas doang kok ka. Dira juga mau lihat ayah kak" jawab Dira

"Kakak sama ibu pasti belum makan kan? Nih Dira beli nasi bungkus dikantin bawah tadi" sambung Dira menjulurkan bungkusan kearah Syasa

Untung saja Dira membawakan makanan, jadi Roni tidak usah repot-repot turun untuk beli makanan lagi. Syasa langsung menyuapi ibunya yang masih duduk diam memandang pintu operasi itu. Sesekali Syasa juga menyuap beberapa nasi kedalam mulutnya karna dirinya juga belum sempat makan hari ini.

Setelah selesai, Baru saja Syasa merapihkan bungkus makanan yang tadi ia makan, kini pintu ruang operasi perlahan terbuka dan Benjy yang keluar terlebih dahulu diikuti oleh dokter lainnya dibelakang. Dengan segera Syasa, Austin, Kurnia dan Dira berjalan kearah Benjy.

"Gimana ben?" tanya Syasa

"Alhamdulillah lancar, tapi ayah kak Syasa masih belum sadar karna efek bius" jawab Benjy

Syasa bernafas lega mendengar ucapan Benjy, ibunya dan Dira juga lega saat Benjy bicara seperti itu.

"Kak Syasa, boleh bicara sama Benjy diruangan gak?" ujar Benjy

Syasa menganggukkan kepalanya, ia menitipkan Ibunya kepada Dira. Syasa berjalan mengikuti Benjy memasuki ruangannya bersama Austin yang selalu disampingnya.

"Kenapa ben?" Tanya Syasa

"Kak, kan Benjy kemarin bilang. Walau sudah operasi tapi kemungkinan sembuhnya hanya beberapa persen saja" jawab Benjy dan diangguki oleh Syasa

"Operasi tadi memang lancar, tapi Benjy gak bisa menjamin sembuh total. Semua tergantung Ayah ka Syasa tetap mau berjuang sembuh atau menyerah"

"Kalau ayah ka Syasa udah sadar, nanti kita periksa lagi. Setelah itu Benjy akan membuatkan jadwal untuk ikut fisioterapi setelah operasi"

Lagi-lagi Syasa menganggukkan kepalanya, ia juga bingung harus bagaimana lagi. Ia sudah menyerahkan semuanya kepada Benjy apapun yang terjadi nanti ayahnya sembuh total atau tidak yang terpenting ayahnya sudah melewati operasinya dengan selamat

"Lo serius ka besok mau nikah sama bang Austin?"

Benjy baru mengetahuinya semalam karna Emily memberitahunya. Ia dibuat terkejut saat Emily bercerita tentang semua yang dibicarakan Austin

"Iya" jawab singkat Austin

"Akhirnya, abang gue gak jadi perjaka tua"

Syasa tersenyum malu mendengar ucapan Austin, ia sebenarnya masih ragu jika menikah dadakan besok apalagi Syasa dengan Austin baru kenal satu bulan. Kalau bukan karna permintaan ayahnya, Syasa pasti akan menahan sampai beberapa bulan baru menikah dengan Austin

"Yaudah, gue masih ada urusan. Selamat berpacaran" ujar Benjy berjalan meninggalkan Syasa dan Austin diruangannya, "oh iya, ruangan gua jangan dijadiin tempat mesum ya" sambung Benjy lagi menggoda kearah Austin

Tak memperdulikan ucapan Benjy, kini Syasa menatap kearah Austin yang juga sedang menatap Syasa. Ia berjalan kearah Austin dan memeluk Austin yang masih terdiam tak berbicara.

Syasa tak kuat menahan air matanya beberapa hari ini, ia menangis didalam pelukan Austin karna saat ini hanya Austin yang bisa menenangkannya.

"Hiks.... Kalo ayah gak sembuh gimana? Hikss..." tangisnya

"Ayah pasti sembuh, Sya" ujar Austin mengelus lembut rambut Syasa

"Jangan nangis lagi. Syasa kan juga harus semangatin Ibu dan Dira. Kalau kamu nangis, kasihan mereka juga pasti ikut nangis" sambung Austin masih menenangkan Syasa

Syasa menganggukkan kepalanya, ia melepas pelukannya itu. Kini Syasa menatap Austin lagi dengan bibir yang masih cemberut dan mata yang sudah merah.

Cuppp

Austin mencium kening Syasa, "tenang Sya, aku akan selalu ada didekat kamu, disaat kamu senang ataupun sedih"

•••••

WOYY SIAPA YANG NGAJARIN AUSTIN ROMANTIS?🤧🤯🤯

WOYY SIAPA YANG NGAJARIN AUSTIN ROMANTIS?🤧🤯🤯

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




@dhinces @wattpaddhinces

Next?🔥

Welcome Home SyasaWhere stories live. Discover now