Virtualzone - Chapter 19

Mulai dari awal
                                    

"Tapi janji ya, Kak Rayya jangan ketawa." Sebelum membeberkan cita-citanya yang baru. Bintang memperingati Rayya. "Kalo ketawa Bintang bilangin sama Bang Jaehyun biar enggak usah pulang ke rumah supaya Kak Rayya jadi janda aja," lanjutnya mengancam. Ya begitulah ancaman yang dilontarkan kaum-kaum halu.

Rayya terkekeh mendengar ancaman dari Bintang. Dia mengangguk dan mengacungkan jari kelingkingnya sebagai bukti janjinya.

"Bintang mau jadi tukang semangka di depan gedung SM biar dinotice terus sama Mark," ucapnya polos. Mark adalah bias ultimate Bintang di NCT. Seoleng apapun dia pada member yang lain, dia masih tahu jalan untuk pulang. sama seperti Rayya pada Jaehyun.

Jangankan kedua orang tuanya, Rayya saja tergelak mendengar penuturan Bintang barusan. Bisa-bisanya dia gadaikan cita-cita menjadi Psikolognya menjadi tukang semangka di depan gedung SM entertaiment.

"Katanya janji enggak bakal ketawa," protes Bintang melihat respons Rayya.

Rayya mempelihatkan barisan gigi putihnya. "Maaf ya. Abisnya kamu ada-ada aja." Rayya masih terkekeh. "Mau aku temenin gak?" tawarnya,"aku mau jualan salak buat nyogok Doy biar direstuin sama adiknya." Mereka tertawa. Rayya kira Bintang serius dengan ucapannya mengenai mengubah cita-cita, ternyata hanya gurauan semata.

"Kenapa enggak ikut fansign aja biar bisa ketemu Mark?"

"Ongkosnya tidak mendukung, Kak."

"Sekarang, kan, lagi banyak fansign online. Ikut aja," saran Rayya.

"Aku miskin, enggak bisa beli banyak album." Bintang menekuk wajahnya.

Rayya tertawa, dia setuju dengan Bintang. Diizinkan untuk membeli satu album saja sudah sangat bersyukur. Walaupun orang tua mereka Pilot dan Dokter, itu bukan berarti mereka bisa dengan mudah menengadahkan tangan untuk meminta uang.

"By the way, besok ikut enggak?" tanya Rayya. Siapa tahu Bintang diajak Raga untuk nonton bersama mereka.

"Besok? Mau kemana?"

"Raga enggak bilang emangnya?"

Bintang memasang raut datar. Sepertinya Rayya melupakan sesuatu. "Spesies kayak Kakak gitu bilangnya ya kalo pas mau pergi," tutur Bintang, "Emang besok mau ke mana?"

"Mau nonton. Mau ikut?"

"Emang boleh?" Bintang memperlihatkan raut wajahnya yang memohon dengan mata berbinar.

Rayya menjawab dengan anggukan. Tidak tega menolak keinginan Bintang. Lagipula besok dia berangkat dengan Raga, kakaknya Bintang sendiri. Jadi dia tidak akan keberatan untuk mengajak sang adik, pikir Rayya.

***

"Ra, lo udah siap? Gue jemput sekarang ya." Raga keluar dari kamarnya dengan ponsel yang menempel pada telinga kirinya. Dia sudah rapi dengan kaus putih dipadukan dengan jaket denim berwarna hitam, dan celana jeans dan sepatu yang juga berwarna putih.

Setelah mendengar jawaban dari Rayya, Raga segera memgakhiri panggilan telepon tersebut dan mempercepat langkah menghampiri kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton acara televisi bersama Bintang.

"Widiiiih, boyfriend material banget Kakak gue," celetuk Rayya. "Sayangnya enggak punya pacar."

Raga tidak menanggapi ucapan sang adik, tetapi dia memicingkan mata melihat Bintang yang juga sudah rapi. Ketika ditanyakan ke mana dia akan pergi Bintang menjawab dengan yakin bahwa dirinya akan ikut pergi bersama Raga.

"Emang gue mau ke mana?"

"Mau nonton sama Kak Rayya."

"Tau dari mana lo?"

Virtualzone [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang