Virtualzone - Chapter 16

Start from the beginning
                                    

"Tante, Dika titip kuenya di sini aja ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tante, Dika titip kuenya di sini aja ya. Takutnya kalo dibawa pulang dimakan sama Mamah."

Bunda mengangguk. "Iya, boleh."

"Pajak penitipan dan pembuatan kue sebesar Rp. 1.000.000," gurau Rayya.

Mata Dika terbuka lebar begitu mendengar ucapan Rayya. "Ebuset, mending gue beli aja tadi daripada bikin sama lo."

"Zaman sekarang enggak ada yang gratis. Apalagi ini Jakarta," timpal Gita. "Jakarta keras, Man," lanjutnya.

"Ikut nimbrung mulu, lo." Dika melempar bantal kursi ke arah Gita.

"Suka-suka gue gitu lho," ucap Gita dengan nada mengejek.

"Udah-udah, jangan malah berantem." Bunda melerai perdebatan di antara dua anak muda itu. "Kamu pulangnya hati-hati. Lain kali jangan mampir lagi, ngerepotin." Bunda terkekeh di ujung ucapannya.

"Siap Tante, Dika bakalan lebih sering dateng lagi," ujarnya sambil menyimpan tangannya di sebelah kepala seperti sedang melihat bendara merah putih dikibarkan.

"Heh!" Gita meninju lengan kiri Dika. "Lo tuh diusir, bukan disuruh dateng lagi," sinis Gita.

"Suka-suka gue gitu lho." Dika meniru nada bicara Gita sebelumnya.

Sebelum terjadi perdebatan selanjutnya Rayya segera menarik Gita dari ruang keluarga menuju kamar untuk melanjutkan streamingnya dan membiarkan Dika berpamitan pada Bunda saja.

"Temen sekelas lo yang satu itu nyebelin banget," omel Gita saat sudah berada di kamar Rayya.

"Sekarang bilang nyebelin, nanti sukaaaa," goda Rayya.

"Amit-amit dah amit-amit," ucapnya sambil mengetuk-ngetuk meja belajar.

Rayya terkekeh melihat tingkah sahabatnya itu. "Udah-udah, fans-nya Jaemin jangan ngedumel mulu."

Gita menjadi fangirl NCT karena seringnya Rayya bercerita seputar Jaehyun dan NCT kepadanya. Untung saja bias keduanya berbeda, jadi tidak pernah ada persengketaan di antara mereka. NCT juga yang mengeratkan persahabatan mereka. Jika bukan membicarakan seputar sekolah, mata pelajaran, obrolan mereka tidak akan jauh dari 23 bujang itu.

***

Rayya terlihat lebih segar setelah membersihkan dirinya beberapa menit yang lalu. Dia mengambil ponselnya yang sejak kepulangan Dika dia charger karena semalam tidak di- charger jadi baterai ponselnya tersisa 10%. Rayya menghidupkan ponselnya sambil menyisir rambut di meja rias. Merasa rambutnya sudah rapi, dia berjalan menuju balkon kamarnya sambil mengenggam ponsel,dan memeluk buku soal SBMPTN pemberian Pak Axel. Padahal buku soal yang dirinya beli bersama Raga beberapa minggu sedang berdiri tegak di meja belajarnya dan masih terbungkus rapi.

Lima belas menit Rayya membuka tiap lembar buku tersebut, membaca beberapa soal dan mencoba mengisinya sendiri tanpa bantuan. Namun tetap saja, dia butuh Raga untuk menjelaskan bagian yang tidak dimengertinya. Akhirnya dia menutup buku itu dan meletakkannya di pangkuan. Di genggamannya kirim sudah ada ponsel. Dia menyalakan data seluler ponselnya. Beberapa notifikasi dari berbagai media sosial miliknya menyerbu, tetapi sebuah notifikasi dari salah satu aplikasi menyita perhatian Rayya. Apalagi kalau bukan notifikasi dari Bara yang memberitahu soal keuwuan dua hewan peliharaan dirinya dan Oma.

Virtualzone [COMPLETED]Where stories live. Discover now