🏆 Bagian 28 : Tangisan Jane

1.6K 230 3
                                    

~ SELAMAT MEMBACA ~

"Jangan melihat berapa banyak masalah yang kamu hadapi tapi lihatlah berapa kali kamu berhasil melewati masalah itu sampai akhirnya kamu masih tetap bertahan sampai sekarang."

~••••~

Jane terus berlari sepanjang jalan tanpa berniat untuk berhenti. Dia terus mempercepat lajunya dan tidak mempedulikan orang-orang yang meliriknya dengan keheranan karena berlari sambil menangis.

Baru dua hari yang lalu hati Jane dihancurkan oleh kenyataan tentang keluarganya yang tidak akan pernah utuh lagi. Belum sempat Jane memperbaiki hatinya yang hancur, hari ini hatinya kembali dihancurkan, membuat rasa sakitnya jauh berkali-kali lipat dari sebelumnya.

Setiap langkah yang Jane ambil semakin membuat dadanya terasa sesak. Air matanya sudah tidak bisa dibendung lagi dan setiap isak tangis yang keluar dari mulut Jane menandakan luka yang semakin dalam menyayat hatinya.

Meskipun Jane melewati banyak orang dan suara mesin kendaraan yang berlalu-lalang terdengar di sepanjang jalan, tapi Jane merasa dia sendirian, terbelenggu oleh rasa kesepian dan kesunyian yang mencekam. Satu-satunya suara yang bisa Jane dengar hanyalah suara isak tangisnya sendiri.

Jane memejamkan matanya saat dia merasa sendirian di dunia ini. Tidak ada siapapun yang mau menemaninya kecuali masalah, kesedihan dan rasa sakit yang tidak akan pernah terobati. Haruskah Jane menyerah sekarang?

TIIIINNNN

Jane membuka mata saat suara klakson mobil mengagetkannya. Dia baru sadar kalau sekarang dirinya sedang berada di tengah jalan dengan beberapa kendaraan yang berusaha menghindar agar tidak menabrak dirinya.

Sebuah mobil yang melaju kencang terus membunyikan klaksonnya tapi Jane seakan tidak mendengar hal itu. Dia tetap bergeming ditempatnya lalu menatap ke arah matahari yang bersinar. Rasanya hangat dan menenangkan, apalagi saat angin juga membelainya.

Jane kembali memejamkan matanya sambil menengadahkan kepalanya. Di mana pun asalkan dia bisa menjauh dari semua masalahnya, Jane akan pergi sekalipun itu artinya dia harus kembali kepada penciptanya.

"JANE!" teriak Jio saat melihat Jane berdiri di tengah jalan. Dengan cepat Jio berlari ke arah gadis itu lalu memeluk dan membawa Jane ke pinggir jalan.

Jane berontak dalam dekapannya saat Jio membawa gadis itu ke pinggir jalan. Jane semakin terisak dan berusaha melepaskan diri tapi Jio tidak membiarkan hal itu.

Dia semakin mengeratkan pelukannya dan berusaha menenangkan Jane. Bahkan Jio tidak peduli saat Jane memukul-mukul dirinya. Selama itu bisa membuat Jane tenang, Jio rela menjadi luapan emosinya.

Sejujurnya Jio ingin membawa Jane ke tempat yang lebih tenang, karena sekarang mereka sudah menjadi pusat perhatian orang-orang di sana. Tapi rasanya sulit membawa Jane dengan keadaannya yang seperti ini.

"Lo udah tahu semuanya, kenapa lo nggak bilang sama gue, hah?!" bentak Jane sambil menatap Jio dengan penuh kebencian.

Jio merasakan sakit di hatinya ketika melihat tatapan Jane. Gadis itu kembali berontak dan memukul-mukul dada Jio, tapi sedikitpun Jio tidak melonggarkan pelukannya.

"Sejak kapan lo tahu semua ini?!"

"Dua hari yang lalu, waktu lo ketemu bokap lo untuk pertama kalinya lagi," ujar Jio sambil menatap Jane dengan mata berkaca-kaca.

QUEEN ZERO [END]Where stories live. Discover now