🏆 Bagian 22 : Kebersamaan Jane & Jio

1.5K 230 6
                                    

~ SELAMAT MEMBACA ~

"Skenario Tuhan itu tidak bisa ditebak, karena dalam sekejap dia bisa mengubah kesedihan menjadi kebahagiaan ataupun sebaliknya."

~°°°~

Bel pulang sekolah baru saja berbunyi dan satu per satu murid mulai pergi meninggalkan kelas setelah guru mereka keluar. Kini hanya ada beberapa orang saja yang ada di sana, salah satunya Jane.

Jane masih sibuk memasukkan bukunya ke dalam tas dan dia juga tidak berniat untuk buru-buru pulang karena hari ini dia ada piket kelas.

Karena itu setelah selesai membereskan barang-barangnya, Jane segera mengambil penghapus di meja guru lalu membersihkan papan tulis di depan kelas.

"Jangan lupa beresin bangku, sapu dan pel lantainya," kata seorang gadis yang duduk di atas meja.

"Sekalian lap juga jendelanya," sambung gadis yang lainnya.

"Terus jangan ketinggalan buat beresin meja guru dan buang sampahnya." Kini gadis ketiga yang berbicara sambil terkekeh puas.

Mendengar ucapan ketiga gadis itu, Jane hanya bersikap tidak peduli. Ini bukan pertama kalinya mereka menjadikan Jane seperti pembantu. Karena setiap kali piket kelas, Jane lah yang mengerjakan semuanya. Sedangkan ketiga gadis itu yang juga piket hari ini selalu bersikap seperti majikan.

"Kalian pikir kalian siapa bisa nyuruh Jane seenaknya?" tanya seseorang yang berdiri di ambang pintu entah sejak kapan.

Baik Jane ataupun ketiga gadis tadi, mereka sama-sama menatap ke arah cowok itu dengan tatapan terkejut. Bahkan gadis yang tadi duduk di atas meja langsung bangkit berdiri dengan ekspresi ketakutan. Sedangkan kedua gadis lainnya hanya bisa menundukkan kepala.

Jane juga tidak berani menatap cowok yang tidak lain adalah Jio, tidak dengan sorot matanya yang tajam dan ekspresinya yang menyeramkan. Baru kali ini Jane melihat Jio seperti itu.

"Cepet bersihin papan tulisnya, setelah itu lo pergi sama gue. Sisanya biar mereka yang kerjain," kata Jio dengan nada dingin dan ketus.

Jane melirik cowok itu sekilas dan tanpa mengatakan apa-apa, Jane segera menyelesaikan pekerjaannya. Setelah selesai Jane melirik ketiga gadis tadi, mereka masih terdiam di tempatnya dan tidak berani bergerak sedikitpun.

Masih tidak berbicara apa pun, Jane lantas mengambil tasnya dan berjalan keluar. Bahkan Jane tidak melirik Jio sama sekali saat dia melewatinya, Jane juga memilih untuk pergi mendahului cowok itu.

"Kalau sekali lagi kalian berani nyuruh-nyuruh Jane, kalian berurusan sama gue," kata Jio memperingatkan.

Setelah mengatakan itu, dia juga segera pergi untuk menyusul Jane. Sedangkan ketiga gadis itu masih tampak shock, seakan Jio baru saja memperlakukan mereka dengan sadis.

°°°°

Jane terus berjalan di koridor dan tidak berniat untuk menunggu Jio. Jujur saja dia masih ketakutan dengan ekspresi cowok itu. Jane juga tidak tahu alasannya apa.

"Dasar, bukannya nungguin gue malah pergi gitu aja," gerutu Jio saat dia berhasil mengejar Jane. Bahkan sebelah tangannya tampak merangkul gadis itu.

Dengan perlahan Jane berusaha mendongakkan kepalanya untuk menatap Jio. Dia akhirnya bisa bernapas lega karena Jio sudah seperti biasa lagi.

"Apa? Ngapain lo liatin gue kayak gitu?" tanya Jio masih merangkul Jane.

QUEEN ZERO [END]Where stories live. Discover now