Sekarang dirinya harus tenang. Sebentar lagi Hoseok harus meminum obatnya jadi dirinya harus bergegas mengambil obat itu. Ya. Dia harus tenang. Seokjin dan Yoongi pasti baik-baik saja.

*

*

*

Langkahnya ia bawa ringan menuju lift tak jauh dari pusat farmasi. Jimin membuka kembali kantung yang ia bawa dan memastikan ulang mana saja obat yang harus kakaknya minum sebelum dan setelah makan begitu pintu lift tertutup. Obatnya memang hanya tiga tapi di mata Jimin terlihat begitu mengerikan.

Ia teringat kembali akan belasan obat yang harus dia minum selama proses pemulihannya dulu. Ohh mengingat hal itu Jimin justru tiba-tiba membayangkan mungkin obat yang Hoseok makan biasanya lebih banyak dari ini dan lebih mengerikan daripada obat-obatannya dulu.

Pintu itu kini terbuka tepat pada lantai tujuannya. Ia berjalan pelan tidak terlalu terburu-buru. Sosoknya asik menatap cahaya bulan yang terlihat begitu dekat bahkan sangat jelas pada lantai 18 ini. Sepanjang koridor yang ia lalui, dindingnya memang terbuat full dari kaca. Semakin memudahkannya menikmati suasana malam dan hiruk pikuk lampu cantik perkotaan Seoul.

Ada senyum samar terbit dari bibirnya. Rasa rindu menyeruak memenuhi hatinya. Ini pertama kalinya Jimin kembali menatap pemandangan yang dulu merupakan hal tak asing yang selalu ia temui. Dua tahun ternyata telah benar-benar membawa perubahan yang sangat banyak pada gambaran terakhir pemandangan malam Seoul yang ia ingat dulu.

Jimin seketika menghentikan langkahnya ketika menyadari di ujung koridor sana, tepat didepan pintu ruang rawat sang adik ada siluet seseorang yang berdiri diam. Jimin mengernyitkan dahinya, berusaha memperjelas penglihatan matanya di antara lampu yang mulai remang.

Pria itu terlihat hanya diam memandangi pintu ruang rawat Jungkook. Pakaiannya tak menunjukan dia perawat apalagi seorang dokter yang mungkin ingin memeriksa Jungkook. Atau mungkin dia salah satu teman Jungkook? Orang agensi yang ingin menjenguknya?

Ahh tapi lokasi Jungkook tidak diketahui siapapun selain mereka dan Bang PD. Terlebih di waktu selarut ini, siapa orang yang ingin menjenguk sang adik?

Jimin sudah bersiap menegur sosok itu ketika langkahnya telah semakin dekat pada pria itu. Namun sayang sosoknya telah lebih dulu bergegas pergi menjauh dari sana. Jimin sekali lagi mengernyit namun lebih pada rasa heran yang timbul ketika menatap pria itu kini berjalan menunggu tangga darurat menuju ... atap?

Terdiam cukup lama pada posisinya akhirnya Jimin berusaha untuk mengabaikannya saja. Saat ini hal yang penting dirinya lakukan adalah cepat memberikan obat ini pada Hoseok karena perawat tadi bilang obat ini harus Hoseok minum secepatnya. Tapi belum sempurna tangan itu menggeser pintu ruang rawat Jungkook, dengan panik dirinya kini justru berlari menuju arah sosok pria tadi menghilang.

Tanpa Jimin sadari ia bahkan menjatuhkan obat Hoseok yang dirinya bawa begitu saja didepan pintu. Tidak. Tidak. Jimin benar-benar berharap ini hanya firasat bodohnya, Jimin benar-benar berharap ia salah menduga. Tidak mungkin sosok pria itu adalah ... Tidak! Jimin pasti salah lihat.

Semoga dirinya benar-benar salah mengenali pria itu.

***

Pintu yang terbuka cukup keras berhasil membangunkan sosoknya yang ternyata tanpa ia sadari berhasil menuju alam mimpinya. Matanya mengerjap pelan berusaha mengenali suara helaan nafas memburu sosok yang berdiri tak jauh darinya di ambang pintu.

"Seokjin? Namjoon?"

Sosok itu, Seokjin akhirnya berhasil mengumpulkan kembali kesadarannya dan menatap tepat pada manik pria yang kini berjalan menuju tempat dimana dirinya dan Namjoon tertidur.

기억 MEMORY || BTSWhere stories live. Discover now