Sosoknya berubah?

Sangat. Tapi bukan pada hal buruk seperti kebanyakan yang lain. Namjoonnya benar berubah, namun ia berubah menjadi sosok yang semakin rapuh. Tak bisa Seokjin pungkiri, saat dulu dirinya mendengar kabar kepindahan Namjoon ada rasa marah yang begitu besar pada sosoknya. Seokjin bahkan sempat begitu membencinya.

Saat itu Seokjin benar-benar tak paham bagaimana bisa sosok yang selama bertahun-tahun mendeklarasikan diri sebagai seorang pemimpin, dengan mudahnya dan dengan egoisnya melarikan diri seperti itu saat grup nya hancur. Saat keluarganya hancur. Seokjin sakit. Bahkan dengan fakta bahwa saat itu sosoknya ialah pegangan Seokjin yang terakhir untuk mempertahankan rumahnya.

Namun perlahan Seokjin sadar. Ia mulai paham seberapa rapuh sosok itu dan seberapa hancur sosoknya hingga memilih meninggalkan segala mimpi buruknya di negara ini. Sekali lagi itu memang egois, tapi jika berpikir seperti itu, apa bedanya Namjoon dengan dirinya yang sama-sama tanpa kata meninggalkan Jungkook sendirian?

Kembali lagi pada detak jantung yang semakin berpacu cepat disetiap langkahnya, nafas Seokjin kian sesak begitu netranya menatap setiap sudut 'rumah' ini. Kemana saja sebenarnya Seokjin hingga baru menyadari bahwa tak pernah ada satu pigura pun yang bergeser dari tempatnya dari terakhir dirinya tinggal disini?

Semua hal yang dulu terlihat begitu biasa saja, kini kenapa rasanya begitu menyakitkan untuk Seokjin saat ini?

Tangannya meraih pelan sebuah pigura yang membingkai apik tujuh senyuman hangat. Kenangan yang tersimpan di dalamnya perlahan mulai kembali terangkat begitu jelas pada ingatan Seokjin.

 Kenangan yang tersimpan di dalamnya perlahan mulai kembali terangkat begitu jelas pada ingatan Seokjin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dirinya jelas ingat hari itu, perjalanan pertama mereka tanpa didampingi manager mereka. Ingatan betapa cerobohnya mereka yang berkali-kali meninggalkan barang mereka begitu saja. Dari mulai koper Jimin bahkan hingga Passport Namjoon. Seokjin juga ingat, sesaat sebelum mereka sampai di air terjun dan mengambil foto itu, mereka semua baru saja selesai mengerjai Taehyung yang kehilangan tas nya.

Dirinya bertengkar dengan Taehyung, Seokjin ingat itu sebelum akhirnya sadar ternyata Taehyung pun balik mengerjai mereka.

Hhh... kenangan itu... perlahan kini berubah menyesakkan meski ada senyum samar yang terbit pada bibirnya. Bukankah dulu mereka begitu indah? Ikatan yang begitu hangat dan erat. Sekumpulan remaja yang bersama berusaha mencapai mimpi mereka. Seokjin yakin, tak ada satupun dari sosok pada foto dalam genggamannya yang bisa membayangkan bahwa hubungan mereka akan berubah sehancur ini begitu mimpi yang mereka bangun perlahan tercapai.

Begitu ironis.

Seokjin dengan cepat menghapus setitik air mata yang tanpa terasa berhasil lolos. Dengan cepat ia menaruh kembali bingkai itu lalu mulai kembali mengedarkan pandangannya. Berusaha mencari sosok yang firasat Seokjin katakan ada disini.

Rumah. Iya. Rumah. Dengan lirih adiknya menyebutkan kata 'rumah kita' yang artinya hanya tempat inilah jawabannya. Nomor yang dipakai sang adik juga merupakan nomor Korea. Ia semakin yakin bahwa sang adik benar-benar ada disini.

기억 MEMORY || BTSWhere stories live. Discover now