"Tunggu!" Seokjin melepaskan lebih jauh pelukan Hoseok padanya. Dirinya kini mengubah posisinya agar duduk tegap menghadap Hoseok yang ternyata juga turut menyamakan posisinya. "Min Yoongi? Kau... sudah berapa lama kau sadar?"

Kerutan pada dahi Hoseok semakin dalam saat mendengar pertanyaan Seokjin. Mengapa kakaknya tak tahu berapa lama dia sudah tersadar? Bukannya sang kakak selalu bertukar pesan dengan Yoongi dan menitipkan banyak pesan manis?

"Kurasa hampir sebulan. Kenapa? Bukannya Yoongi hyung sudah memberitahu hyung? Hyung bahkan selalu mengirim pesan padaku lewat Yoongi hyung. Kau meminta maaf padaku karena belum bisa menjengukku karena jadwal kalian yang padat."

Lagi-lagi kata kalian kembali muncul dari belah bibir Hoseok. Hal itu semakin memperkuat dugaan Seokjin dalam menyusun kepingan puzzle dalam pikirannya. Min Yoongi, memang tak salah lagi.

"Ahh!" Suara Hoseok menyentak Seokjin yang tanpa disadari sempat terlarut dalam pikirannya. Netra coklatnya kembali tepat bersibobrok dengan manik sang kakak. Hoseok meyakinkan hati, ini memang saat yang tepat untuk menanyakan hal yang mencokol dalam benaknya semenjak ia berhasil terbebas dari jerat ruangan gelap alam bawah sadarnya.

Pertanyaan yang sedari lama ia tahan agar tak menanyakannya pada Yoongi. Entah mengapa namun rasanya Hoseok tak bisa menanyakannya pada sosok kakaknya itu.

"Jungkook. Bagaimana kabarnya? Hyung... kalian... pasti sudah tahu ada masalah apa dengan kesehatannya bukan? Kalian sudah tahu alasan kenapa aku dan Jimin begitu panik malam itu. Jimin pasti sudah menjelaskannya karena Dawon noona bilang Jimin selamat dan baik-baik saja."

"Apa Jungkookie masih mengikuti jadwal grup seperti biasanya?"

Tatapan Seokjin perlahan meredup. Netranya memandang sendu sosok Hoseok yang masih menunggu jawabannya.

Min Yoongi, adiknya itu pasti menyembunyikan semuanya dari Hoseok. Terbukti Hoseok kini bahkan masih menganggap mereka ada dalam satu naungan grup yang sama. Dirinya masih menanyakan perihal Jimin dan Namjoon bersamaan saat nyatanya keduanya bahkan belum bertemu lagi hingga saat ini.

"Hoseok-ah..." Serak mendominasi telak suara Seokjin yang memanggil lirih sang adik. "Ada hal yang harus kau ketahui. Begitu banyak."

"Aku akan menceritakannya, tapi tolong berjanji setelah itu kau harus ikut denganku. Dan Kumohon... berikan maafmu untukku."

***

Keduanya masih saling melemparkan tatapan membara satu sama lain. Suhu udara yang menurun drastis tak lagi berarti karena amarah keduanya yang terbakar semakin parah. Satu diantaranya berusaha sekuat tenaga menelan kembali emosi yang sempat memuncak dan satu lainnya justru semakin tergoda untuk memancing amarah lawannya.

Yoongi tak puas. Dia marah. Dirinya merasa begitu terkhianati karena semua orang kini berlagak menjadi sosok pahlawan meski saat dulu mereka telah melakukan dosa yang sama. Andai saja memang sosok-sosok itu menganggapnya adalah dosa.

Kalian pasti tak melupakan bahwa Yoongi masih tak setitik pun menyesali perbuatannya. Bahkan pada kalimat terakhir yang ia lontarkan pada sosok Jungkook tepat sebelum pemuda Jeon itu memilih mengakhiri hidupnya. Jadi jelas hal yang dulu mereka lakukan bukanlah sebuah dosa bagi Yoongi.

Seokjin mulai mengendurkan cengkramannya. Sebaik mungkin terus berusaha menekan gejolak dalam dirinya. Namun Yoongi yang melihatnya justru merasa kecewa. Entah apa rencananya namun rasanya mengecewakan saja jika Seokjin menghentikan amarahnya saat ini.

Jika Seokjin berhenti, maka tak akan kesempatan lain bagi Yoongi untuk mengungkapkan semua yang ada dalam dirinya. Amarah yang ia tahan pada semua orang yang pergi meninggalkannya. Maka kini Yoongi beralih mencengkram balik lengan Seokjin agar tak terlepas dari kerahnya.

기억 MEMORY || BTSNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ