"Hyung, akan baik-baik saja."

***

'Hyung, tidak baik-baik saja!'

Tubuhnya tersentak menegang saat bisikan itu terdengar begitu nyata. Suaranya begitu lirih, seolah kesedihan benar-benar merenggut seluruh jiwanya. Suara yang secara bersamaan juga terdengar begitu lembut dan... sangat Seokjin rindukan.

Nafasnya masih memburu meski tak separah tadi saat pertama dirinya membuka mata. Terbebas dari mimpi yang Seokjin sendiri tak bisa mengingat apapun selain dari bisikan lirih itu. Matanya bergulir menyadari dirinya ternyata tertidur saat menunggu sutradara memanggilnya untuk scene selanjutnya.

"Sadarkan dirimu Seokjin." Gumamnya pelan berusaha memperoleh kesadarannya sendiri. Kedua tangannya mengusap acak wajahnya sebelum akhirnya memutuskan untuk berjalan ke arah toilet dalam ruangan itu. Ya. Dia harus membasuh wajahnya agar bisa kembali fokus.

Titik air terlihat turun perlahan dari wajahnya. Membasahinya cukup berlebihan kini bahkan kerah baju yang ia kenakan sudah terlihat dipenuhi percikan air. Seokjin menatap tepat pantulan dirinya pada cermin dihadapannya. Kantung mata yang sebelumnya tertutup sempurna oleh make up kini terpampang jelas.

Dirinya sudah lupa kapan terakhir ia bisa memiliki tidur yang baik. Sudah lima hari ini dirinya terjebak di lokasi syuting membuat janjinya pada Jimin untuk segera kembali terpaksa ia langgar. Sutradara Oh tak bisa lagi memberinya izin, itulah sebabnya kini ia harus menghabiskan seluruh hari panjangnya jauh dari adik-adiknya yang begitu ia khawatirkan.

Dan selama itu pulalah Seokjin sama sekali tak bisa memejamkan matanya dengan tenang. Suara Jungkook, adik kecil yang begitu ia rindukan, terus saja masuk ke dalam pekatnya bunga tidur Seokjin. Bisikan itu terlalu nyata, Seokjin bahkan selalu merasa bahwa sosok itu benar-benar membisikan kalimatnya tepat pada telinga Seokjin.

Sial dirinya masih tak bisa memahami apa yang Jungkook maksud sebenarnya. Seokjin... dirinya mengakui jika dia memang tak baik-baik saja seperti apa yang suara Jungkook itu bisikan. Tapi lalu apa? Bagaimana? Seokjin tak paham.

Sekali lagi ia mengusap wajahnya sedikit agak kasar. Menghapus titik air yang masih tersisa menghiasi wajah tampannya, ia melangkahkan kakinya kembali pada sofa yang sebelumnya ia jadikan tempat memejamkan matanya sesaat.

"Seokjin-ah?" Sebuah suara muncul dari arah belakang Seokjin. Itu suara Yohan, managernya yang kini mulai berjalan mendekatinya. "Kau sudah bangun?"

Seokjin mengangguk sekilas. "Aku sudah lebih baik. Kapan scene selanjutnya dimulai?"

"Sepertinya sebentar lagi. Mereka masih merampungkan scene Hyojin." Lagi Seokjin hanya menanggapinya dengan anggukan sekilas. Hyojin adalah lawan mainnya dalam drama kali ini. Seokjin beruntung dalam project nya kali ini dirinya dipasangkan dengan wanita itu.

Bukan memuji dengan hal yang lebih dalam, namun Seokjin harus cukup bersyukur karena sosok Hyojin selalu bisa memahami dan membantunya disaat ia sudah mulai kesulitan karena kehilangan fokus. Bahkan beberapa kali wanita itu selalu merelakan jadwalnya sedikit berantakan karena Seokjin yang selalu terlambat.

"Hyung, apa ada perkembangan kabar dari agensi tentang Taehyung?" Seokjin bertanya tanpa ragu ketika sosok Yohan sudah mengambil duduk pada bangku tak jauh dari sofa tempatnya terduduk. Ada hela nafas samar yang keluar dari belah bibir pria yang usianya hanya terpaut lima tahun lebih tua dari dirinya itu.

"Ini sepertinya akan sedikit sulit. Daepyonim jelas tak mau melepas kalian bagaimanapun juga karena kontribusi besar kalian dulu sebagai sebuah grup. Namun masalah yang melibatkan Taehyung akhir-akhir ini sudah cukup banyak membuat kerugian pada agensi terutama management aktor."

기억 MEMORY || BTSWhere stories live. Discover now