41

357 105 115
                                    

Halo semua, apa kabar?

Wkwkwk, udah lama banget nih ga nyapa kalian.

Eka kok sekarang makin rajin update nya?
Um, iya nih soalnya seminggu lagi jadwal aku udah mulai padat lagi, jadi aku usahain bakal ending secepatnya. Gimana ya, biar ga ada tanggungan lagi buat nulis juga wkwkwk. Paling mampir ke wp buat baca aja sama lanjut nulis 'with my way' tiap hari minggunya Hem.

Tenang aja, buat kalian yang kangen aku bisa DM, atau hubungi aku via WhatsApp boleh banget itu buat nambah pertemanan,hehe.

Maaf banget ga bisa panjang dan hanya end di part 45 nanti. Kalau kalian mau aku kasih ekstra chapter boleh kok....

Dan awalnya sih target end tuh tanggal 6 bulan 6

Tapi keknya ga bisa deh, ini aja udah tanggal 3 :(

Kak Eka banyak omong, iya emang aku kaya gini wle, ga bisa diam asek, apalagi kalau curhat, wkwkwk.

Udah lah, langsung ke cerita aja.

"Maaf ma, untuk sekarang Seulgi belum bi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Maaf ma, untuk sekarang Seulgi belum bi...."

"Aw, dada ma-ma sa-kith," rintih Tiffany melepaskan tangannya dari genggaman Seulgi. Wanita itu kembali meremas dan memukuli dadanya.

Dengan cepat, Seulgi mengambil tas besarnya dan segera mengecek keadaan Tiffany. Tak lupa, wanita itu juga meminta Taeyong agar menghubungi dokter Felix secepatnya.

Setelah dokter Felix datang bersama dengan Arin dan dua suster lainnya, Seulgi memilih untuk ikut keluar ruangan, menenangkan kedua putrinya yang merasa takut dan trauma dengan keributan barusan.

"Shut, jangan nangis. Nenek ngga kenapa-napa," ucap Seulgi sambil membelai rambut Yuna di pelukannya.

"Buna, kenapa nenek sakit lagi?" lirih Yuna dengan tubuh masih bergetar hebat.

"Nenek ngga kenapa-napa, kamu tenang aja ok?"

Tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka. Arin keluar bersama dengan seorang suster bertubuh gemuk. "Kak, ini Tante Tiffany kudu dipindahkan ke ICU, gimana dong?"

Dengan wajah panik sekaligus menahan kesal, Seulgi mendekati Arin. "Ya pindahin aja sekarang, apapun yang terbaik asal mama masih bisa bertahan sampai waktunya operasi nanti."

Tidak biasanya Seulgi berkata sekasar itu pada Arin, dengan cepat Arin membalikkan tubuhnya kembali masuk ke ruangan. Suster itu sendiri segera membuka pintu agar brankar Tiffany dapat melewatinya.

Karena terlalu panik dengan Yuna, Seulgi bahkan melupakan Yura yang juga menangis dipangkuan ayahnya. Gadis itu sedari tadi menatap kedekatan Seulgi dan Yuna dengan tatapan yang sulit di artikan.

YOUNG PAPA Where stories live. Discover now