34

318 99 116
                                    

Kita sering melihat sesuatu itu lebih berharga, saat kita mengetahui ia sudah hilang dan dimiliki oleh orang lain

"Gi," panggil seseorang yang berhasil membuyarkan lamunannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gi," panggil seseorang yang berhasil membuyarkan lamunannya.

Seulgi merasakan pelukan hangat dan elusan lembut di pundaknya. "Lo ngga boleh sedih gi, Lo udah berjuang."

Tatapan orang orang yang berlalu lalang di area itu sebagian besar tertuju pada Seulgi yang kini berusaha berdiri dan membalas pelukan pria yang menghampirinya.

"Kak, aku telat. Yuna udah balik kak, hiks."

Kun menggandeng tangan Seulgi, membantunya berdiri dan kembali memeluk tubuh wanita itu. "Shut, ngga, Lo ngga telat. Sekarang kita ke Yura ya? Yakin aja pasti tuhan temuin Lo sama Yuna lagi, tapi ngga hari ini gi."

Karena makin malam juga, Kun memasangkan jaketnya ke tubuh Seulgi. Menggenggam erat tangan wanita itu dan membawanya keluar dari sana.

Selama perjalanan pun, Seulgi tak henti hentinya menangis, merutuki kebodohannya beberapa jam yang lalu. Seharusnya, ia tak menghindar dan segera memeluk Yuna saat ia bertemu. Seharusnya situasi ini tak terjadi, dan dirinya sudah bisa bersama lagi dengan kedua anaknya.

"Kak, gue mau nyusul ke Indonesia."

Kun yang terkejut seketika menoleh, membulatkan matanya dengan sempurna. "Lo sekarang lagi capek gi, mending kita cepat capat pulang dan istirahat."

"Tapi gue perlu ketemu Yuna, kak!"

"Ya gue tau! Tapi Lo juga kudu mikir perjuangan Lo selama disini. Lo tinggal tiga semester lagi belajar, coass, dan dapetin gelar Lo sebagai dokter spesialis bedah! Lo mau sia-siain semua?" jawab Kun dengan nada tak kalah tinggi dari Seulgi.

Menundukkan kepalanya dan membiarkan air matanya mengalir deras yang bisa dilakukan Seulgi. Dia tak bisa menyusul Yuna sekarang, masih banyak urusan yang perlu ia lakukan. Apa mungkin waktu lima tahun tidak membuat Yuna lupa dengannya? Ya, kira kira Seulgi di Singapore masih lima tahunan lagi.

"Jangan nangis lagi lah, tambah jelek. Noh, bedak Lo ikut ngalir sama air mata," tangan kiri Kun terulur mengusap air mata di pipi Seulgi. Disertai kekehannya, Kun mencubit gemas pipi Seulgi.

Seulgi yang diperlakukan seperti itu hanya mendengus sebal. Wanita itu mendekatkan wajahnya pada cermin yang ia ambil dari laci. "Ck, mana ada bedak gue luntur?"

"Hahaha, ada Lo nya aja yang ngga lihat karena gelap."

"Ih, kak Kun! Gue lempar Lo ya!"

"Ih, kak Kun! Gue lempar Lo ya!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
YOUNG PAPA Where stories live. Discover now