Yang awalnya fokus pada berkas-berkas di depannya, dokter cantik itu mengalihkan pandangannya pada Taeyong yang baru saja mendudukkan dirinya. "Taeyong, apa kabar kamu?"

Sudah seperti keluarga sendiri hubungan Taeyong dan dokter Yeji, mengingat sudah setahun lebih Tiffany dirawat oleh dokter itu. "Baik dok, oh ya gimana kondisi mama sekarang?"

Menarik nafasnya panjang, dokter itu mengambil satu map dan membukanya perlahan. "Kondisi mama kamu sekarang semakin drop Taeyong. Kanker di hati mama kamu semakin menjalar. Alat yang kita gunakan disini juga belum terlalu lengkap mengingat disini juga cabang dari SM Hospital Singapore."

"Terus gimana dok, saya mau mama saya bisa sembuh lagi."

"Menurut saya, sebaiknya ibu Tiffany kita pindahkan ke SM Hospital pusat, disana kita mempunyai alat lebih dan ada dokter spesialis yang sangat profesional menangani penyakit seperti ini."

"Tapi, dan kira-kira, untuk pindah ke Singapore hari apa dok?"

"Kita bisa terbang secepatnya Tae, bisa jadi disana ada pendonor hati yang bersedia mendonorkannya untuk mama kamu."

"Makasih dok, saya akan persiapkan semuanya."

Dokter Yeji mengangguk. "Secepatnya Tae, kemungkinan besar kita berangkat malam ini juga."

"Baiklah, saya permisi," pamit Taeyong lalu melangkah keluar meninggalkan ruangan dokter Yeji.

Selesai mengurus semua administrasi dan semua biaya penerbangan, Taeyong melangkahkan gontai menghampiri Doyoung dan Joy yang sama-sama sedang meminum kopi di ruang tunggu.

Dengan kasar, Taeyong menghempaskan tubuhnya di kursi sebelah Joy terduduk. Pria itu mengusap wajahnya kasar, begitu pusing dengan semuanya, jujur dia lelah, tapi disisi lain dia juga tidak mau ditinggalkan oleh mamanya.

"Nih, ngopi dulu, biar ngga stres Lo," ucap Doyoung dengan tangannya yang terulur memberikan segelas kopi pada Taeyong.

Taeyong mengambilnya perlahan, membukanya pelan, dan meneguknya nikmat. "Ah," Taeyong mengusap bibirnya dengan punggung tangannya. "Malam ini mama kudu dibawa ke Singapore."

Aktivitas meminum kopi Doyoung dan Joy terhenti, keduanya sama-sama mengalihkan pandangannya ke arah Taeyong. Namun, pria yang kini menjadi pusat diantara ketiganya malah dengan tenang kembali meneguk kopinya.

"Maksudnya? Mama kudu berobat ke Singapore gitu kak?" tanya Joy dengan mata melotot.

Taeyong hanya mengangguk sebagai jawaban, pria itu kini masih tetap menikmati kopinya. Menatap kosong pintu ICU yang tertutup rapat yang pria itu lakukan.

"Serius malam ini? Emang sudah siap semua? Oh ya, Yuna gimana?" tanya Doyoung cepat.

"Ck, udah gue urus semua. Untuk Yuna, gue bakal bawa dia. Yuna juga salah satu alasan kenapa mama masih bertahan sampai sekarang. So, gue ngga mau pisahin mereka dulu."

"Tapi, Lo ngga akan lupain tugas Lo buat jaga Yuna disana kan?" tanya Doyoung memastikan, ya tentu saja Doyoung khawatir jika Taeyong terlalu sibuk dengan Tiffany dan melupakan Yuna.

Taeyong terkekeh pelan. "Ngga akan, ya udah gw telpon ayah bentar," ucap Taeyong lalu keluar dan berusaha untuk menelpon Siwon.

Tuuttt

Padahal belum masuk waktu isya, namun Siwon sepertinya sudah menonaktifkan hp nya. Terpaksa lah pria itu menghubungi lewat no telepon rumah keluarga Choi.

"Halo, ayah Siwon ada?" tanya Taeyong saat menyadari panggilnya telah terhubung.

"Oh, pak Taeyong ya? Ada pak, biar saya panggilkan," balas orang di seberang sana.

YOUNG PAPA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang