Bahkan bukan hanya sang kakak. Kim Taehyung pun sama sekali tak terdengar mencarinya seperti dulu. Apa kini dia berubah menjadi antagonis? Membenci orang yang salah?

Ohh sekali lagi, TIDAK! Yoongi mungkin tak pernah seyakin ini pada satu hal. Tapi untuk kali ini, Yoongi yakin ia tak membenci orang yang salah. Jika bukan karena Jeon Jungkook, semuanya tak akan berakhir seperti ini. Ya. Itu hal yang benar.

Jari-jari yang semula menari apik menggerakan kursor, mengetik dan sesekali membuat coretan acak pada bukunya itu seketika terhenti saat sadar ada seseorang yang berdiri tepat di belakangnya. Pintu itu telah terbuka sempurna.

"Setelah dua minggu menghilang akhirnya kau datang lagi, hyung?" Nada dingin itu terdengar menusuk. Dirinya masih enggan berbalik. Namun sekali setelah menghela nafas akhirnya ia memutuskan untuk berbalik. Menatap langsung sosok yang ia yakini adalah Seokjin.

"Sudah ku bilang untuk mengetuk—" Mata sipit itu terbeliak sempurna saat pandangannya justru mendapati sosok lain diambang pintunya.

Dalam sekejap ia kehilangan seluruh fungsi indera. Ia terbata. Setitik air mata keluar begitu saja dari netra kirinya. Dadanya tiba-tiba dihantam sesak. Sedang objek yang kini ia tatap menusukkan satu tatapan tajam yang begitu dingin padanya. "Jim—Jiminie?"

Tubuh Yoongi bergetar hebat. Berkali-kali ia mengerjapkan matanya berusaha meyakinkan diri bahwa netranya tak salah menangkap.

Apa ia terlalu merindukan sosok itu?

Tidak. Ini... nyata. Sosok itu ada dihadapannya saat ini.

"Ji—minie?" Sekali lagi ia melirihkan nama yang sama. Air matanya tak lagi bisa terbendung. Ia menangis. Perlahan ia berdiri berusaha mendekati sosoknya yang juga sudah mulai mengambil dua langkah untuk mendekatinya.

Tangan Yoongi semakin gemetar saat berusaha menggapai wajah sosok dihadapannya. Jemari pucat itu sudah hampir menggapai wajah Jimin. Namun siapa sangka, Jimin justru dengan cepat menepisnya.

Yoongi tertegun. "Jim?"

Dalam hati mulai berpikir apa mungkin sosoknya masih tak ingat padanya? Tapi jika begitu untuk apa sosok itu mendatanginya?

"Kau— kau masih tak mengingatku?" Yoongi menelan ludahnya kasar. Berusaha meredam gejolak rasa sakit yang tiba-tiba saja menyeruak memperparah sesak yang sedari tadi dirinya tahan. Susah payah ia meredakan getaran tubuhnya. Berusaha berdiri tegak di hadapan Jimin yang saat ini mulai dirinya yakini bahwa sang adik masih saja tak mengingatnya.

Melupakannya.

Tangannya terkepal. Lagi-lagi keadaan ini justru memperparah rasa benci dalam dirinya akan sosok pemuda Jeon itu. Namun saat ini ia harus meyakinkan hatinya terlebih dulu. Sosok dihadapannya bukanlah Park Jimin, adiknya.

Ya. Sosok itu bahkan tak mengenal dirinya jadi sebaik mungkin Yoongi harus menahan seluruh gejolak emosinya. Yoongi yakin dirinya bisa menghentikan getaran ini.

Yoongi bisa menghentikan tangisannya.

Ya, Yoongi bisa—

"Hyung."

Yoongi tidak bisa.

Sial. Yoongi justru telak jatuh lebih dalam saat desibel itu bisa ia dengar lagi memanggilnya dengan sebutan 'hyung'.

Pertahanan diri yang baru saja berusaha ia bangun justru langsung hancur begitu saja terlebih menatap netra sosok dihadapannya juga yang mulai meneteskan air mata.

Yoongi hancur. Tolong.

"Hyung..."

Lagi desibel yang sama terdengar. Suaranya bergetar. Jimin mengepal tangannya erat. Buku-buku jarinya bahkan sudah terlihat memutih. Desakan perih di dalam sana... kenapa begitu menyiksanya saat ini. Jimin sakit.

기억 MEMORY || BTSWhere stories live. Discover now