61. Tercerai-berai

Start from the beginning
                                    

"Eh, enak aja! Bukan gitu. Alexa mual, lagi dateng juga, jadi dia mager deh," perjelas Ocha.

"Terus, kalo kita kesana, Alexa sendirian disini? Wah, ini lebih nggak bener!" ucap Lulu ngegas.

Alexa tersenyum simpul. "Nggak papa Lu, bukan masalah besar."

"Kalo gitu gue disini aja, sama Alexa." Flora menawarkan diri kemudian ikut duduk disampingnya.

"Nggak papa Flo, kamu juga pengin liat kan? Tenang aja, jangan sungkan gitu ah, aku beneran nggak papa, serius." Alexa berujar, tersenyum meyakinkan.

"Beneran?" tanya Flora.

"Iya, nggak papa kok."

"Serius nih Al? Nggak papa??" Giliran Lulu yang bertanya.

"Iya Lu, beneran."

"Nah kan, Alexa aja nggak keberatan. Dia benci keramaian tau," kata Ocha memberitahu.

Lulu ber-oh ria, seraya mengangguk pelan. "Oke deh, kita kesana dulu ya Al? Ayo Flo. Kita usahakan nggak bakal lama kok, tenang aja. Bye Al..."

"Bye bye Alexa, muach muach!" Ocha menjauh sembari melambai antusias disertai kiss bye yang membuat Alexa terkekeh geli lalu menggeleng.

Mereka bertiga sudah mulai menyebrang jalan, dan perlahan berjalan menjauh menuju kafe tersebut. Sekarang, Alexa benar-benar sendiri di kursi taman dengan letak pencahayaan yang temaram.

Ia menyenderkan bahunya pada kursi. Memejamkan matanya, menikmati semilir angin malam yang membelai lembut wajahnya.

Berharap kepada Tuhan, semua masalahnya akan segera berakhir.

Alexa membuka matanya. Tepat dikejauhan, sesosok yang tengah berdiri kemudian berjalan pergi setelah menerima 1 porsi gulali kapas itu sangat mencuri perhatiannya. Alexa mengerjap beberapa kali untuk menetralkan pandangannya, lalu netranya sedikit memicing.

"Itu?__"

Detik itu juga, setelah memperhatikan dengan seksama dan akhirnya dapat menerka, Alexa langsung berdiri. Menelan ludah tak yakin, kemudian bergegas melangkah sedikit berlari untuk menyusul langkah orang tersebut.

Ia mengedarkan pandangan kesana kemari, sembari berjalan. Menyusuri jalanan lembab, karena gerimis sore tadi yang masih berbekas. Tanpa sadar, Alexa semakin jauh dari kursi taman yang ia duduki.

Secara spontan, kakinya terhenti saat samar-samar melihat orang yang ia cari berdiri cukup jauh didepannya, menghentikan langkahnya juga. Seperti kebingungan, orang itu menolehkan kepala ke kanan kiri.

Ini kesempatan bagi Alexa.
Gadis itu menarik nafas dalam-dalam dengan mata tertutup, kemudian dihembuskan perlahan dengan rasa gundah yang merayapi hatinya.

"Tuhan, bimbing aku..." Kelopak matanya terbuka, setelah itu ia melangkah.

"Tunggu,"

Orang tersebut berhenti, tepat disaat Alexa membuka suara.

Alexa menyiapkan hatinya sekuat mungkin sebelum berkata, "Velin??"

Sedetik kemudian setelah namanya terpanggil, Velin membalikkan tubuhnya. Jarak kedua gadis itu terpaut dekat, hanya sekitar empat jengkal saja.

Tatapan Velin berubah menajam, seperti tak suka melihat kehadirannya.

"Kamu?"

Alexa tidak tersenyum. Ekspresinya tampak lurus, murni tanpa ada kemarahan ataupun kebahagiaan disana.

DIRGANTARA (SELESAI)Where stories live. Discover now