Mata itu sekali lagi mengerjap cepat. Berusaha mengumpulkan kesadaran yang nyatanya bahkan hanya tersisa satu garis tipis lagi saja. Sosok disampingnya tersenyum. Begitu manis dengan dua gigi kelinci yang terlihat jelas. Air mata Namjoon menggenang dengan cepat. Cairan bening itu bahkan sudah mulai turun perlahan dengan nafas yang ia rasa semakin sesak.
"Maafkan aku, Jungkook-ah. Kumohon..."
***
Jimin sudah kembali keruangan Hoseok. Rencananya untuk mencari makanan pun tak terlaksana karena rasa laparnya seakan hilang begitu saja. Seokjin juga sudah kembali keruangan dimana seharusnya Jungkook tempati malam ini. Meski tanpa Seokjin sadari ia tanpa sengaja memberitahu Jimin bahwa yang saat ini menempati ruangan itu adalah Taehyung. Ya. Demam Taehyung masih belum turun sama sekali semenjak Jimin pergi meninggalkannya.
Ada sebersit rasa bersalah dalam hatinya. Pertanyaan 'apa mungkin ini salahnya' pun turut menghantui pikirannya saat ini. Apa Jimin sudah keterlaluan? Terlebih... bagi Jimin, ia belum bisa menyalahkan siapapun saat ini.
Pandangannya tepat mengarah pada sosok Hoseok dihadapannya.
"Hyung, sebenarnya apa yang terjadi? Apa yang harus aku lakukan?" Jimin berujar lirih.
Rasanya kini Jimin benar-benar terjebak pada jalan buntu. Tak bisa menjernihkan pikirannya sama sekali untuk mencerna situasi apalagi mengambil keputusan akan apa yang harus ia lakukan. Jimin masih terlalu terkejut akan apa yang Taehyung sampaikan hari itu. Padahal ini sudah tiga hari berlalu.
Sebelum memutuskan untuk kembali ke Seoul, Jimin pikir mereka hanya mengambil langkah pada jalan yang berbeda saja tapi pada kenyataannya lebih buruk dari itu.
Kapal yang mereka tumpangi hancur hingga mereka semua hanya mencoba berenang menyelamatkan diri ke arah yang berbeda namun tetap saja berakhir tenggelam. Ya. Jimin hanya bisa memikirkan ibarat seperti itu.
Kepala Jimin menoleh menatap jam dinding yang tergantung diatas sana. Ini sudah mendekati pukul dua siang dan dari informasi yang Jimin dapatkan dari Seokjin tadi, Jungkook akan dipindahkan pukul tujuh nanti.
"Hhh..." Jimin menghela nafas pelan. Haruskah ia kembali kesana? Setidaknya sebelum benar-benar bertemu Jungkook nanti, ia harus sudah bisa menyelesaikan masalahnya dengan Taehyung. Juga... meski tidak tepat tapi ia memang harus secepatnya meluruskan semua yang sebenarnya terjadi.
Jika ia datang kesana sekarang, Seokjin dan Taehyung masih ada disana. Ia bisa mendengar semuanya secara jelas dari mereka berdua. Jimin mungkin hanya perlu menahan emosinya agar tak terjadi pertengkaran seperti beberapa hari kemarin. Terlebih bahkan ketiadaan kabar dari dua sosok lainnya yang begitu mengganjal dalam hati Jimin saat ini.
Kemana mereka sebenarnya? Apa semuanya benar sehancur itu hingga kisah yang dulu mereka bangga kan dan kasih yang dulu mereka agungkan tak berarti apapun meski nyawa yang kini sedang dipermainkan?
Baikhlah. Itu memang benar apa yang harus Jimin lakukan.
***
Seokjin sedang memaksa Taehyung untuk makan saat suara ketukan terdengar. Ia pikir seorang suster datang untuk mengantarkan obat namun betapa terkejutnya Seokjin saat mendapati sosok Jimin dibalik pintu.
"Hyung, aku... apakah aku mengganggu?" Sejatinya Jimin sedang merutuki dirinya sendiri saat ini. Ohh tidak, dia lebih tepatnya mengumpati keadaan yang membuat situasi diantara mereka terasa begitu canggung.
Seokjin menggeleng. Ia bahkan tersenyum untuk menyambut Jimin masuk dan kembali menutup pintu ruangan itu. Senyumnya... ia hanya teringat kenangan kecil.
Dulu saat Jimin dan Taehyung bertengkar, akhir dari perseteruan keduanya pasti sama persis seperti ini. Jimin akan mendatangi Taehyung untuk meminta maaf atau sebaliknya. Suasana canggung ini bukan mutlak karena keadaan mereka namun... memang keadaan yang lazim terjadi saat pasangan soulmate itu bertengkar. Meski tak bisa Seokjin pungkiri, pertengkaran kali ini jauh melebihi kata serius jika dibandingkan dengan kasus mandu mereka yang terkenal dulu.
Jimin melangkah pelan untuk mendekati sosok Taehyung. Ia bisa merasakan bagaimana tegangnya raut wajah Taehyung yang sedang terduduk di atas kasur pasien. Ada jarum infus yang terpasang rapi di tangan kirinya. Jimin juga masih bisa melihat bahwa pucat masih belum sepenuhnya meninggalkan wajah Taehyung. Kaki Jimin berhenti melangkah menyisakan jarak dua langkah dari sosok Taehyung. Jarak yang masih tak bisa ia tembus setelah semua yang terjadi.
Taehyung refleks menunduk. Ia... tidak tahu apa yang membawa sosok itu kemari. Untuk menemuinya? Menjenguknya? Karena khawatir padanya? Taehyung tak yakin sepenuhnya akan semua pemikiran itu. Ia tahu Jimin memang sosok yang memiliki hati terlalu lembut, tapi lagi Taehyung tetap merasa bahwa pikirannya mengenai Jimin yang mengkhawatirkannya adalah salah besar.
Ia sosok yang telah membuat kapal mereka hancur. Ia sosok yang telah membuat Jungkook terbaring lemah di ruangan sedingin ICU. Lalu... bagaimana ia masih bisa berpikir bahwa Jimin mengkhawatirkannya.
"Tae..." Suara Jimin terdengar mengalun pelan. Begitu lembut seperti Jimin yang biasanya namun kali ini berhasil membuat dirinya semakin terduduk tegang. "... bagaimana kondisimu?" Kini Taehyung sempurna tertegun.
"Kau masih merasa pusing? Apa demammu sudah turun?"
Air mata Taehyung tergenang begitu saja mendengar rentetan pertanyaan Jimin. Tidak. Ia tidak boleh mengharapkan apapun tapi kenapa... kenapa Jimin masih memberinya perhatian seperti itu?
"Taehyung... aku... maafkan aku. Tak seharusnya aku berkata kasar seperti itu padamu. Aku—"
"Jim..." Suara serak Taehyung memotong kalimat Jimin. Kepalanya perlahan naik dan mulai memberanikan menatap Jimin dihadapannya dengan mata memerah menahan tangis. "...aku yang seharusnya meminta maaf. Jimin... aku..."
Perkataan Taehyung tak pernah selesai karena satu gerakan Jimin telak membuat semua kalimat yang telah ia persiapkan kembali tertelan begitu saja. Ini... masih pelukan yang sama yang Taehyung rindukan. Jimin bahkan begitu erat merangkulnya dan menangis hebat bersamaan dengan sesak Taehyung yang ikut menguar. Sekali lagi, tanpa kata sejatinya hati mereka memang masih terhubung saling memahami.
📖To be continued📖
Mari pelann pelaann sajaaa wkwk
Sepertinya ocehan kali ini tidak akan begitu banyak
Sekian dari kesayangannya Jungkook
Terima kasih telah membaca dan mendukung universe ini
CINTA UNGU BANYAK-BANYAK
BORAHAE
💜💜💜
BIG HUG FOR YOU ALL
YOU DID SO WELL
-Jiraa-

YOU ARE READING
기억 MEMORY || BTS
FanfictionSemua kenangan itu tersimpan rapi di laci sudut kepalaku Semua kenangan itu seperti huruf korea 'giyeok' Permulaanku yang berharga An ordinary story between their friendship and memory Inspirasi : 💜 Puisi RM di Run BTS eps 56 ...
MEMORY || 15
Start from the beginning
