134-Luka Baru

2 1 0
                                    

Apa memang seperti ini?

Apa memang harus terluka lagi dan lagi baru menemui cinta yang pasti?

Apa harus sakit kembali agar menemukan cinta sejati?

Apa harus berair mata lagi agar bisa sehidup semati?

Ternyata emang yang di Pendam itu sakit ya?

Engga bisa berbuat apa-apa, bahkan nyapa aja rasanya begitu menyakitkan.

Semakin sakit lagi ketika kamu bukan yang paling utama yang bahkan di balas pesannya saja nunggu pergantian purnama.

Saat kamu hanya bisa menjadi penonton cerita, ketika kamu engga pernah menjadi lawan bicara.

Berharap memang sesakit ini ujungnya, seakan semua ucapan-ucapan itu tiada artinya.

Seakan semua sia-sia dan seakan 'aku emang takdirnya menjadi angin lalu saja.

Begini ternyata rasanya patah hati sebelum pernah menggenggamnya.

Tidak separah sebelumnya, tapi rasanya tetap saja terasa.

Bahwa sakit yang obatnya hanya kamu itu susah.

Aku harus menahan sesak-sesak yang bahkan engga pernah akan sembuh hanya dengan oksigen saja.

Aku harus menahan betapa perihnya luka yang bahkan antibiotik saja ga mampu buat menyembuhkannya.

Aku pun harus menahan jari-jemari untuk mengirimkanmu pesan yang bahkan isinya singkat saja.

'hai.

Mengirim kata itu kenomor ponselmu terasa sangat berat ya?

Karena beberapa kali saja sudah abai, jika  aku meneruskan nya mau jadi apa perasaan ini, mau seluka apa lagi, mau sesakit apa lagi?

Kamu yang menentukan waktu, aku yang terbunuh oleh itu.

Dari aku.

Puisi 'tuk kau, Yang merinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang