Bab 08: Malam Kelam (TAMAT)

1.1K 21 2
                                    

Malam semakin kelam, malam tanpa rembulan. Biasanya penjara yang amat menyeramkan akan nampak lebih menggidikkan di tengah malam semacam ini.

Menyaksikan betapa seramnya rumah penjara itu, alis si kakek kecil berkenyit, bahkan si nenek pun ikut mengernyitkan dahi.
"Kenapa kau mengernyitkan dahi?" tanya si kakek.
"Karena kau mengernyitkan alis."
"Apa sangkut-pautnya?"
"Tentu saja ada."
"Apa hubungannya?"
"Karena kerutan alismu mirip seseorang."
"Siapa?"
"Liok Siau-hong!"
"Sungguh? Aku mirip Liok Siau-hong?"
"Betul, cuma alismu berwarna abu-abu."
Si kakek tertawa, tampaknya ia merasa sangat bangga,
"Asal mirip Liok Siau-hong, peduli amat alis abu-abu atau kuning?"
Tiba-tiba ia menghela napas panjang, lanjutnya, "Hanya sayang ...."
"Liok Siau-hong sudah mati?"
"Itu alasan pertama."
"Lalu alasan kedua?"
"Sayang saat ini kita sedang melakukan tugas penting, kalau tidak, aku pasti akan mengundangmu minum sepuasnya."
"Kenapa?"
"Karena belum pernah ada orang mengatakan aku mirip Liok Siau-hong."
"Apa bagusnya mirip Liok Siau-hong? Malah ada orang memanggil Liok Siau-hong sebagai Liok-siau-khe, apalagi Liok Siau-hong sudah mati, apa bagusnya kau mirip orang mati?"
Si kakek tidak bicara lagi, ia berjalan menuju ke pintu penjara dengan mulut bungkam.
Lagi-lagi tangannya ditarik si nenek.
"Apa-apaan kau ini?" tegur si kakek.
"Apa yang hendak kau lakukan?"
"Bukankah kita akan menolong orang? Kini Liok Siau-hong sudah mati, bagaimanapun Sebun Jui-soat tak boleh rnampus."
"Tiba-tiba aku merasa ada satu hal yang jauh lebih penting ketimbang menolong Sebun Jui-soat. Lebih baik kita menolongnya seusai menyelesaikan pekerjaan itu saja."
"Pekerjaan apa?"
Si nenek tak menjawab, hanya melempar senyuman misterius.

--00--

Malam semakin larut, malam tanpa rembulan yang gelap. Perjamuan dimulai menjelang malam, seharusnya tengah malam perjamuan usai.
Perjamuan yang diselenggarakan di ruang tengah gedung Sah Toa-hu sudah tiba saat bubar.
Perjamuan yang diselenggarakan Sah Toa-hu adalah untuk menyambut kedatangan tamu agung dari Tiong-goan-piau-kiok.
Ketika perjamuan usai, para tetamu bersiap meninggalkan ruang perjamuan.
Para tetamu sudah berdiri, tiba-tiba Sah Toa-hu mengangkat cawannya, katanya, "Ada satu hal aku merasa perlu minta maaf."
"Saudara Sah telah menjamu kami, budi kebaikan ini sudah membuat kami berterima kasih, kenapa kau minta maaf?" sahut Pek-li Tiang-cing sambil menjura.
"Hidangan kami sederhana, Congpiautau mau mencicipinya sudah memberi muka kepada kami. Oleh sebab itu aku harus didenda secawan arak sebagai ungkapan permintaan maaf."
"Soal apa?" tanya Pek-li Tiang-cing.
"Rumah kami kelewat kecil."
"Apa hubungannya?"
"Tentu saja ada, karena kami hanya bisa melayani tiga orang pengawal perusahaanmu."
Sebelum Pek-li Tiang-cing sempat mengucapkan sesuatu, Lopan toko kelontong menimpali, "Tidak jadi masalah, tempatku bisa menampung dua orang."
"Benar," sambung Kiong So-so pula, "biar kedua Cici ini tinggal selama beberapa hari di rumahku."
Lopan toko peti mati tak mau kalah, selanya pula, "Bila kalian ada yang bernyali besar dan tak takut tidur dalam peti mati, boleh tinggal di tokoku."
Bagi Pek-li Tiang-cing, tentu saja tawaran ini disambut dengan terima kasih. Maka anggota Tiong-goan-piau-kiok pun terpisah-pisah dan tinggal di tiga gedung yang berbeda. Dengan demikian kekuatan Tiong-goan-piau-kiok terpecah.
Sekalipun malam itu kelam tanpa rembulan, kereta barang yang berjajar di depan rumah Sah Toa-hu masih nampak jelas. Bukan cuma kereta barang saja yang terlihat jelas, bahkan para penjaga yang bertugas mengawal kereta pun terlihat jelas.
Salah seorang penjaga yang sedang berdiri di samping kereta mendadak mengalihkan pandangannya ke balik pepohonan tak jauh di hadapannya. la seolah menyaksikan sesosok bayangan manusia berkelebat, kemudian lenyap.

la sama sekali tidak berteriak, mendengus pun tidak, sebab disangkanya ia salah lihat. Orang yang terlalu banyak minum arak, terkadang matanya kabur.
Andaikata ia ingin menjerit pun percuma, karena sudah tak sempat menjerit lagi. Sebatang jarum emas yang lembut dan kecil meluncur dari balik pepohonan bersamaan dengan lenyapnya bayangan itu. Jarum emas melesat cepat, langsung menyambar tenggorokan penjaga itu. Ia hanya bisa membelalakkan mata, menjerit pun tak sempat, sementara tangan kanannya berusaha melolos golok.
Lalu sabetan golok menggorok tenggorokan penjaga lain.
Sementara seutas tali rnenjerat tengkuk penjaga ketiga.
Malam semakin kelam, sepi, hening, tak terdengar sedikitpun suara.
Biarpun di tengah malam buta, bangunan rumah Kiong So-so masih terang benderang.
Cahaya lentera mendatangkan kehangatan dan keramahan bagi tetamu.
Paling tidak kedua orang piausu perempuan Tiong-goan-piau-kiok mempunyai perasaan semacam ini.
Sejak melangkah masuk ke dalam ruang tengah rumah Kiong So-so, mereka telah merasakan kehangatan dan kenyamanan. Orang yang merasa nyaman biasanya akan berusaha mengungkapkan perasaannya.
Kiong So-so hanya tersenyum, dengan tenang mendengarkan kata pujian dan sanjungan yang diberikan tamunya.
Kemudian katanya, "Sulit untuk bertemu dengan nona berdua, bagaimana kalau kita menghabiskan waktu dengan berbincang?"
Ketika seseorang berada dalam suasana hangat dan nyaman, bagaimana bisa menampik ajakan ini?
Tentu saja sulit.
Kiong So-so pun bertepuk tangan dua kali. Tak lama kemudian makanan kecil dan arak pun dihidangkan, tertata rapi di atas meja.
Seorang nenek mengantar arak dan sayur. Langkah nenek itu amat gesit dan lincah, sedikitpun tidak mirip gerak-gerik seorang nenek.
Jika gaun nenek itu disingkap, akan terlihat sepasang kaki yang halus, mulus dan kenyal, persis kaki gadis muda belia.
Sayang kedua piausu perempuan itu tidak melihatnya. Kedua orang itu tidak memperhatikannya, malah tiada rasa waswas atau curiga, ketika Kiong So-so menghormati mereka dengan secawan arak, kedua orang itu segera meneguk habis isinya.
Reaksi si nenek sangat cepat, segera kembali menuang penuh kedua cawan itu dengan arak.
Kini sudah cawan ketiga.

Serial Pendekar Empat Alis (Gu Long)Where stories live. Discover now