Bab 02: Orang Mati Tidak Berdusta

1.2K 19 0
                                    

Tanggal 13 September, baru saja lewat tengah hari. Setelah Lu Xiao Feng berjalan turun dari Paviliun Musim Semi Timur, ia mulai melangkah dengan cepat menelusuri jalan raya. Matahari telah naik.

Ia merasa kota ini benar-benar indah, jalan-jalannya lebar dan rata, gedung-gedungnya pun terpelihara rapi dan bersih, setiap emperan toko terlihat lebih bersih dan indah daripada yang ditemukan di kota-kota lain.

Tapi ia juga tahu bahwa hal yang paling indah pada kota ini bukanlah jalan-jalannya yang sibuk atau arsitektur gedungnya yang indah, juga bukan pemandangan dan tempat-tempat wisatanya yang terkenal ke seluruh dunia, tapi orang-orangnya. Tak perduli kau berasal dari mana, tak perduli ke mana pun kau pergi, sekali kau berkunjung ke kota ini, kau tak akan pernah melupakannya.

Lewat tengah hari, angin pun mulai bertiup. Saat angin bertiup, udara akan dipenuhi debu. Tapi tidak ada badai debu di dunia ini, tak perduli betapa pun besarnya, yang bisa menutupi keindahan kota ini. Walaupun Lu Xiao Feng sedang berjalan dengan langkah-langkah kaki yang cepat, sesungguhnya ia tidak memiliki tujuan yang pasti di dalam benaknya.

Di antara orang-orang yang ingin dilihatnya, tak terlihat satu orang pun, tapi di antara orang-orang yang tidak ingin dilihatnya, ia melihat beberapa. Yang pertama ia lihat adalah Ou Yang Qing.

Ou Yang Qing sedang mondar-mandir di luar sebuah toko perhiasan, berdiri di dekat seorang nyonya berpakaian indah dengan kepala yang penuh dengan mutiara.

Wanita itu mungkin amat cantik, tapi Lu Xiao Feng tidak berani melirik lagi. Setelah melihat Ou Yang Qing, ia pun memalingkan kepalanya ke arah lain. Ia teringat kembali pada Xue Bing. Ou Yang jelas telah melihatnya juga, tapi pura-pura tidak. Tiba-tiba, ia mencengkeram tangan nyonya tadi dan naik ke atas sebuah kereta kuda berwarna hitam pekat.

Setelah kereta itu menghilang dari pandangan, barulah Lu Xiao Feng memalingkan kepalanya dan menatap dengan kaku pada debu yang ditinggalkan oleh kereta itu, ia sendiri tidak yakin bagaimana perasaannya saat itu.

Di sisi lain jalan raya, beberapa orang sedang melambai-lambaikan tangan padanya, tapi pada jarak beberapa langkah darinya telah berdiri seorang pemuda yang sedang menatapnya, dengan tangan meraba pedang.

Ia mengenali orang-orang itu, di antara mereka ada dua orang ketua perusahaan ekspedisi dari wilayah Sichuan dan Hunan, seorang murid Wudang, dan seorang ketua gerombolan penjahat dari sekitar Sichuan. Tapi ia tidak mengenal pemuda yang sedang menatapnya itu.

Tatapan itu pun amat sengit, dan ditambah lagi dengan ekspresi wajah yang sedang mencari gara-gara. Tapi Lu Xiao Feng tidak ingin mencari masalah, maka ia hanya mengangguk pelan ke arah orang-orang itu sebelum berputar dengan cepat dan berjalan ke arah timur.

Tiba-tiba, sebuah tangan tampak terulur keluar dari sebuah toko barang antik di pinggir jalan dan menepuk pundaknya.

"Kau di sini! Aku tahu kau akan datang!"

Seorang tosu tua dengan kepala penuh dengan rambut putih keperakan dan jubah penuh tambalan berjalan keluar dari toko itu, sambil tertawa; di belakangnya ada seorang laki-laki tua yang kurus tetapi tampak sehat dengan pakaian yang bersih dan rapi. Mereka tak lain adalah Tosu Kayu dan Pertapa Cemara Kuno.

Yang bisa dilakukan Lu Xiao Feng adalah membalas senyuman itu.

"Aku tahu kalian juga akan datang!"

Tosu Kayu mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. Walaupun usianya sudah lanjut, wajahnya masih terlihat merah penuh energi dan masih memperlihatkan tanda-tanda kenakalan. Sangat sedikit orang yang bisa menduga bahwa ia tak lain adalah salah seorang di antara tiga jago pedang yang paling dikagumi di dunia ini.

"Aku tak boleh ketinggalan duel ini!" Ia menepuk pundak Lu Xiao Feng lagi dan tersenyum.

"Bahkan, bila aku sudah terlalu tua untuk berjalan ke sini, aku akan datang merangkak!"

Serial Pendekar Empat Alis (Gu Long)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang