Bab 01: Ling Yak-siang, si Gunung Es

1.2K 21 0
                                    

Akhir musim rontok, malam suram. Pada sebuah gang yang gelap, suasana sunyi senyap, hanya kelihatan sebuah lentera.

Lentera berkerudung warna putih tergantung miring pada sebuah pintu sempit di ujung gang sana. Di bawah lentera kerudung yang tua itu bergantung sebuah pancing perak yang mengkilat, serupa pancing yang biasa digunakan tukang kail.

Pancing perak bergoyang-goyang tertiup angin. Desir angin seakan-akan orang menghela napas menyesal, menyesali manusia yang malang di dunia ini, mengapa sedemikian banyak manusia yang mau terpancing oleh pancing perak ini ?

Put Giok-hui muncul dari keremangan kabut sana dan masuk ke Gin-kau-tu-hong atau rumah judi pancing perak.

Di dalam kasino tentu saja cahaya lampu terang benderang. Pui Giok-hui menanggalkan mantelnya yang berwarna gelap sehingga kelihatan baju satin berwarna putih perak yang dibuat sangat serasi dengan perawakannya, jelas hasil buatan tukang jahit kelas tinggi.

Setiap hari pada waktu yang sama seperti sekarang ini adalah waktu yang membuatnya sangat gembira, terutama pada hari ini, sebab sekarang ada Liok Siau-hong berdiri di sampingnya. Liok Siau-hong adalah sahabat yang paling disukainya, juga paling dihormatinya.

Hati Liok Siau-hong juga sangat senang. Kalau pribadi seorang disukai dan dihormati orang, tentu saja yang paling senang ialah dia sendiri.

Ruangan besar rumah judi itu sangat mewah, penuh suasana hangat dan gembira, di antara bau harum arak bercampur bau harum pupur kualitas tinggi, diselingi bunyi kerincing uang perak yang nyaring. Rasanya tidak ada sesuatu alat musik yang dapat bersuara lebih menarik daripada suara gemerincing uang di rumah judi.

Siau-hong suka mendengar suara demikian. Serupa juga kebanyakan orang lain di dunia ini, ia pun suka hidup senang dan mewah.

Dan kasino 'Pancing perak' adalah sebuah tempat yang mewah, setiap saat menyediakan segala macam kenikmatan bagi pengunjungnya yang terdiri dan aneka ragam lapisan masyarakat.

Di antaranya yang paling menarik dengan sendirinya tetap judi. Setiap orang asyik memusatkan perhatiannya atas pertaruhan mereka. Akan tetapi waktu Liok Siau-hong dan Pui Giok-hui masuk ke situ, tanpa terasa semua orang sama berpaling.

Ada sementara orang bila berada di tengah orang banyak, akan timbul semacam daya tarik serupa besi sembrani. Liok Siau-hong dan Pui Giok-hui jelas termasuk jenis orang demikian.

"Siapakah kedua orang muda yang luar biasa ini?"

"Yang berbaju satin perak itu adalah adik isteri cukong kasino ini," yang bicara ini seorang yang kurus kering. Orang demikian adalah jenis penjudi tulen.

"Maksudmu dia adik isteri barunya si Jenggot Biru?"

"Ya, saudara kandungnya."

"Apakah dia ini yang bernama Gin-yau-cu (si elang perak) Pui Giok-hui?"

"Ya, dia inilah."

"Kabarnya dia memang seorang Hoa-hoa kongcu (tukang pelesir) yang sangat terkenal, dalam hal makan enak, minum arak, main perempuan dan berjudi, semuanya serba mahir, konon Ginkangnya juga tidak rendah."

Sebab itulah ada yang mengatakan dia ini seorang maling kumbang!" ujar si tukang judi kurus kering tadi dengan tertawa. "Padahal kalau dia menaksir seorang perempuan, cukup dia menggerakkan jarinya dan perempuan itu akan datang sendiri, tidak perlu tengah malam keluyuran merecoki kamar anak gadis orang."

"Kabarnya tacinya, Pui Giok-hiang, juga seorang perempuan cantik yang sangat terkenal."

"Hah, bahkan jauh untuk dapat dilukiskan dengan kata cantik. Hakikatnya dia memang perempuan yang dapat membikin runtuhnya benteng dan ambruknya negara," sambung seorang lagi.

Serial Pendekar Empat Alis (Gu Long)Where stories live. Discover now