Bab 06: Penentuan (TAMAT)

889 19 0
                                    

Tampak Ong Cap-te telah muncul.

Sesudah berduduk dan mengusap keringatnya dan mengembus napas, perlahan barulah Ong Cap-te bertutur, "Pejabat ketua Bu-tong yang ke-13, Ciok Gan, sudah wafat pada sebelum lohor tanggal 14 bulan empat dalam usia 47."

Hati semua orang sama tenggelam. Tidak ada yang bergerak dan tidak ada yang bersuara.

Selang agak lama baru ada yang bertanya, "Cara bagaimana kematiannya?"

"Dia mengidap penyakit maut yang sangat berat," tutur Ong Cap-te.

"Penyakit apa?" tanya Thi-koh Hwesio.

"Penyakit radang hati. Dengan sendirinya Bok-tojin sudah memeriksanya dan diketahui hidup Ciok Gan takkan lebih seratus hari lagi."

"Bok-tojin pernah memeriksa penyakitnya?" Siau-hong terkesiap.

"Ilmu pertabiban Bok-tojin cukup tinggi. Aku pun rada paham ilmu pengobatan," ujar Ong Cap-te.

"Menurut pendapatmu, dia benar-benar wafat karena penyakitnya itu?"

"Tidak perlu disangsikan lagi," sahut Ong Cap-te.

Perlahan Siau-hong berduduk kembali, berdiri pun terasa sangat berat.

Air muka Thi-koh Hwesio kelihatan prihatin, ucapnya, "Adakah dia meninggalkan pesan dan menunjuk ahli waris?"

"Semula semua orang juga mengira dia pasti meninggalkan surat wasiat, tapi tidak dapat diketemukan," jawab Ong Cap-te.

Air muka Thi-koh bertambah kelam. Ia cukup tahu tata tertib rumah tangga Bu-tong-pay. Bilamana pejabat ketua wafat karena sesuatu sebab tak terduga tanpa meninggalkan surat wasiat, maka kedudukan ketua akan dijabat oleh tokoh paling terhormat dan tertua dalam perguruan. Dan sekarang tokoh Bu-tong-pay yang paling terhormat jelas Bok-tojin.

Thi koh menghela napas, "Tak tersangka 30 tahun kemudian dia tetap menjabat ketua Bu-tong-pay."

"Mungkin hal ini sudah lama diduganya," ucap Siau-hong dengan tersenyum getir.

Semua orang sama maklum, sekarang bila tidak ada bukti nyata, jelas lebih-lebih tak dapat mengganggu gugat lagi terhadap Bok-tojin. Pejabat ketua Bu-tong-pay tentu saja tidak boleh sembarangan dinista orang.

Sekarang mereka benar-benar tidak punya sesuatu bukti, umpama betul Bok-tojin adalah Lau-to-pacu juga mereka tidak mampu berbuat apa-apa.

Ong Cap-te berucap pula dengan berduka, "Meski Ciok Gan sendiri menyadari ajalnya sudah dekat, tapi juga tidak menyangka akan mati mendadak begini."

"Masakah tiada satu patah kata pesan terakhir waktu dia meninggal?" tanya Siau-hong.

"Dia cuma mengucapkan satu kalimat,"jawab Ong Cap-le.

"Apa yang dikatakannya?" tanya Siau-hong.

"Dia minta kuberitahukan padamu bahwa dugaanmu memang tidak salah."

Serentak Liok Siau-hong bcrdiri, tapi perlahan duduk kembali, gumamnya, "Tidak berguna lagi, biarpun dugaanku tidak keliru juga tidak berguna lagi."

Dia pernah tanya Ciok Gan apakah dahulu Bok-tojin terpaksa menarik diri dari pencalonan pejabat ketua berhubung ada skandal pribadi, waktu itu Ciok Gan tidak mau menjawab. Sekarang dia mau menjawab, tapi sudah terlambat.

Rahasia yang tersimpan di dalam tangkai pedang tidak perlu diragukan lagi, sekarang pasti sudah jatuh di tangan Bok tojin, mereka tidak mampu memperlihatkan sesuatu bukti lagi.

"Meski dugaanmu tidak keliru, tapi engkau masih berbuat keliru," kata Thi-koh pula.

"Keliru apa?" tanya Siau-hong.

Serial Pendekar Empat Alis (Gu Long)Where stories live. Discover now