Bab 03: Perkampungan Hantu

784 21 0
                                    

Buron tidak pernah berhenti. Kegelapan tiba pula.

Dalam kegelapan hanya terdengar dengus napas dua orang. Waktu suara dengusan berhenti, orangnya juga roboh terkulai. Tidak peduli apakah tanah di situ kering atau lembab, sama sekali tidak ada hak pilih lagi bagi mereka..

Selangkah pun mereka tidak sanggup lari lagi, biarpun tenggorokan terancam pedang Sebun Jui-soat juga tetap rebah.

Dipandang dalam kegelapan. Pada setiap beberapa pohon selalu ada gemerdepnya setitik sinar bintang.

Cahaya kerlipan fosfor itu sangat lemah, biarpun dalam kegelapan pekat juga perlu diperhatikan benar-benar baru dapat melihatnya. Dan bila ada sedikit cahaya terang saja kerlip fosfor itu segera akan lenyap.

"Apakah kita dapat keluar dengan mengikuti kerlip fosfor itu?" Siau-hong bertanya.

"Ehm."

"Kau yakin?"

"Ehm."

Meski keletihan setengah mati sehingga malas untuk bicara, terpaksa Tokko Bi harus menjawab juga, sebab ia tahu Liok Siau-hong pasti akan terus bertanya.

"Ya, kuyakin pasti," katanya dengan napas terengah. "Sebab asalkan sudah kau ikat perjanjian dengan mereka, maka tidak nanti mereka mengkhianati dirimu."

"Mereka itu siapa?" Siau-hong lantas bertanya lagi.

"Apakah kau maksudkan orang di San-ceng sana?"

"Ehmm," kembali Tokko Bi bersuara perlahan.

"San-ceng apa? Dimana letaknya?" Siau-hong masih terus bertanya. "Ada ikatan perjanjian apa antara kalian?"

Tokko Bi tidak menjawab, dari suara napasnya agaknya dia telah tertidur. Apakah dia tidur atau tidak, jelas ia telah mengambil keputusan takkan menjawab lagi pertanyaan Siau-hong.

Agaknya Siau-hong juga merasa dirinya sudah bertanya terlalu banyak, ia lantas tutup mulut juga, malahan ingin tutup mata untuk tidur senyenyaknya.

Tapi dia justru tidak dapat tidur.

Kerlip sinar fosfor di kejauhan itu tiba-tiba dirasakan sebentar jauh sebentar dekat.
Agaknya matanya juga sedemikian letih sehingga jarak dekat atau jauh tak dapat lagi dibedakannya. Tapi mengapa dia sukar pulas? Maklumlah pikirannya sedang bekerja keras.

Hanya dalam kegelapan mutlak saja baru dapat membedakan tanda petunjuk jalan ini. Jika menggunakan obor, kerlip sinar fosfor akan hilang. Pada siang hari lebih-lebih tak tertampak.
Untuk hal ini mungkin juga tak pernah terpikir oleh Sebun Jui-soat, maka dengan sendirinya ia pun takkan menempuh perjalanan dalam kegelapan mutlak begini.

Agaknya penghuni San-ceng atau perkampungan gunung sana sangat cerdik, setiap perencanaan mereka sudah terpikir secara rapi dan sangat bagus.

Apakah Tokko Bi benar-benar akan membawaku ke San-ceng sana?

Dia ada ikatan perjanjian dengan mereka dan aku tidak ada, setibaku di sana, apakah mereka mau menerima diriku?

Apakah di sana benar-benar suatu tempat yang aman dan terahasia sehingga Sebun Jui-soat sekalipun sukar menemukannya?

Mengapa tempat ini hanya boleh didatangi oleh "orang mati"?

Siau-hong tidak bisa pulas, sebab terlalu banyak pertanyaan yang sukar terjawab, semuanya merupakan teka-teki. Sampai kapan baru teka-teki ini dapat dipecahkan?

Kegelapan yang mutlak juga ketenteraman yang mutlak.

Napas Tokko Bi perlahan juga berubah menjadi tenang dan teratur, didengarkan dalam kegelapan jadinya serupa musik saja.

Serial Pendekar Empat Alis (Gu Long)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang