Bab 07: Im-tong-cu

643 15 0
                                    

Liok Siau-hong sudah berangkat, dia berangkat seperti mau berjalan-jalan mencari angin. Leher baju saja tidak dikancingkan dengan baik.

Akan tetapi mengapa dia meninggalkan semua Ginbio itu, apakah lantaran dia tidak yakin benar akan dapat kembali dengan hidup?

Sesungguhnya betapa menakutkan orang macam Im-tong-cu itu?

Ting-hiang-ih memandangi Ginbio yang terletak di atas meja, mendadak ia menghela napas dan bergumam, "Ah jika kau tidak pulang, meski aku takkan menjadi janda, tapi ada orang yang akan menjadi duda."

oooOOOooo

Halaman Kiat-siang-keh-can meliputi empat kompleks, rombongan Im-tong-cu agaknya tinggal di deretan halaman keempat, seluruh kompleks diborongnya.

Baru saja Siau-hong seperti mendengar di sana ada suara gurau orang perempuan dan suara orang bernyanyi, tapi sekarang tidak terdengar lagi.

Ia mengitar ke sana lewat pintu samping belakang, tiada seorang pun dilihatnya, agaknya hotel ini memang kurang laris. Meski di dalam rumah masih ada cahaya lampu, tapi tidak terdengar suara apapun. Apakah semua penghuninya tidak berada di tempat.

Sekali melompat Siau-hong naik ke atas pagar tembok yang pendek itu, cahaya lampu menerangi jendela, tapi tetap tiada nampak bayangan orang.

Di situ rasanya masih ada sisa bau harum bedak orang perempuan dan bau sedap arak dan santapan, hanya sejenak sebelum ini di sini baru saja ada pesta. Ada sementara orang bila melakukan sesuatu tidak pernah ketinggalan arak dan perempuan.

"Akan tetapi sekarang di mana mereka?"

Angin meniup, mendadak Siau-hong berkerut kening, di tengah tiupan angin itu selain membawa bau harum bedak dan arak serta daging, rasanya juga ada semacam bau yang sangat khas. Semacam bau yang biasanya cuma dapat tercium di rumah jagal.

Dia sengaja menerbitkan sedikit suara, tapi di dalam rumah tetap tidak ada sesuatu reaksi Selagi dia merasa sangsi apakah harus menerjang kc dalam atau tidak, mendadak didengarnya suara jeritan ngeri.

Suaranya melengking tajam, kedengarannya hampir tidak menyerupai suara manusia.

Jika dikatakan suara ini suara manusia, maka orang ini pasti makhluk aneh yang cacat.

Seketika Siau-hong teringat kepada manusia yang kurang separoh itu.

Apakah mungkin Swe-han-sam-yu lebih cepat satu langkah lagi daripada dia?

Ia melayang lewat wuwungan rumah, didengarnya suara itu berkumandang dari belakang, cahaya lampu dalam rumah bagian belakang terlebih redup daripada yang di depan, dua sayap daun jendela dan daun pintu tampak cuma setengah dirapatkan.

Bau anyir darah tambah keras. Cepat Siau-hong melompat turun di depan pintu, perlahan ia mendorong pintu dengan dua jari.

Segera di dalam ada suara orang mendengus, "Hm, ternyata benar kau datang. Memang sudah kuduga begitu peti diantar ke sana tentu pula kau akan datang kemari. Silakan masuk, lekas!"

Tapi Siau-hong tidak masuk ke situ. Bukannya tidak berani masuk melainkan tidak tega masuk. Sebab keadaan di dalam rumah jauh lebih mengerikan daripada di tempat pemotongan hewan, jauh lebih memualkan.

Tertampak tiga anak gadis yang belum lagi akil balig tergantung miring telanjang bulat seperti domba yang baru dipotong di tepi tempat tidur, tubuhnya yang polos kelihatan mengucurkan darah dan menetes ke lantai melalui kedua kakinya yang halus.

Seorang yang kurang separoh menongkrong di ujung tempat tidur serupa iblis jahat dengan belati terhunus, ujung belati juga masih meneteskan darah.

"Masuk!" teriaknya, suaranya tajam serupa burung hantu, "Kusuruh kau masuk, maka harus lekas kau masuk, kalau tidak, biarlah kusembelih dulu ketiga budak busuk ini hingga menjadi delapan potong."

Serial Pendekar Empat Alis (Gu Long)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang