Bab 03: Judi

822 14 0
                                    

Perempuan tinggi itu mengangguk, rambutnya yang hitam panjang bergoyang serupa ombak dalam kegelapan malam.

"Mau berapa lagi?" tanya pula si kakek. Si dia memperlihatkan lima jari tangannya yang panjang dan kuat itu, menunjukkan kekerasan hatinya.

"Kapan akan kau bayar kembali padaku?"

"Lain kali," jawab si dia.

"Baik," kata si kakek, "gunakan perhiasanmu sebagai jaminan, waktu kau bayar kembali nanti baru kuhitung rentenya."

Tanpa pikir si dia setuju, dengan dua jari ia lolos sehelai uang kertas dari tangan si kakek, tanpa menoleh lagi ia kembali ke sana, sama sekali tidak melirik pula kepada Liok Siau-hong.
Sebaliknya si kakek lagi tersenyum terhadap Liok Siau-hong, ucapnya, "Di tempat kami sini tidak ada sesuatu peraturan, namun semua orang dapat patuh kepada suatu prinsip."

Pandangan Siau-hong masih melekat pada bayangan punggung si dia, sekenanya ia bertanya, "Prinsip apa?"

"Cari makan dengan tenaga masing-masing," tutur si kakek. Lalu ia menambahkan, "Di sini terdapat arak yang paling bagus di dunia ini dan koki kelas satu, segala macam kenikmatan di sini tergolong kelas tinggi, akan tetapi biayanya juga sangat besar, orang yang tidak mampu mencari uang sangat sulit hidup di sini."

Pandangan Siau-hong telah berpindah dari bayangan si dia, tiba-tiba teringat olehnya kekayaan satu-satunya yang ada pada dirinya sekarang cuma sebilah golok yang dipermak dari pispot perunggu itu.
Si kakek kecil tertawa dan berkata pula, "Dengan sendirinya hari ini engkau adalah tamu, asalkan engkau tidak ikut berjudi dengan mereka, sepeser pun tidak perlu kau keluarkan."
Hari ini dia dipandang sebagai tamu, esok lantas bagaimana? Tiba-tiba Siau-hong bertanya, "Mereka berjudi apa?" "Dadu," tutur si kakek. "Mereka bertaruh dengan cepat. dan gembira."
"Boleh aku menonton?" tanya Siau-hong. "Tentu saja boleh. Cuma kalau kau mau berjudi, kau perlu berhati-hati terhadap Samon."
Samon, sungguh nama yang aneh.
"Samon? Orang yang pinjam duit padamu tadi?" tanya Siau-hong.
"Ya," si kakek tertawa. "Dia cepat kalah, menangnya juga cepat. Sedikit lengah, bisa jadi manusianya ikut kalah disikat olehnya."

Siau-hong tertawa juga, jika orangnya sampai kalah kepada anak perempuan itu, rasanya tidak jelek juga. Cuma, tentu saja Siau-hong tetap berharap akan menang.
Di atas meja penuh bertumpuk emas intan dan uang kertas, di depan Samon bertumpuk paling banyak, begitu Siau-hong menuju ke sini Samon lantas menang.
Cara pertaruhan mereka memang sangat sederhana dan menyenangkan, mereka berjudi melempar dadu, tiga biji dadu dilemparkan secara bergiliran, siapa yang terbesar jumlah titik ketiga biji dadu itulah yang menang.
Sekaligus Samon melempar lima kali dengan angka besar, keruan wajahnya berseri dan mata bersinar.

Yang kalah besar adalah si bandar, seorang lelaki yang mulai gemuk, seorang yang tidak luar biasa, namun teramat tenang, meski kalah lima kali secara berturut-turut dalam jumlah besar tetap tersenyum saja, sebutir keringat pun tidak kelihatan pada jidatnya.
Pertaruhan mereka jauh lebih besar daripada dugaan Siau-hong semula, namun cara bermain mereka tidak terlalu mahir, tidak pakai akal, juga tidak pintar main tipu, bagi orang yang sedikit mahir teknik main saja pasti akan menang bilamana ikut berjudi di sini.
Tangan Liok Siau-hong menjadi gatal juga.

Beberapa tahun terakhir ini dia tidak pernah berjudi. Padahal dia seorang penjudi ulung, pada waktu berumur enam atau tujuh tahun dia sudah pintar main dadu.

Sampai berumur belasan, segala macam main tipu penjudi umumnya sudah dikuasainya dengan baik. Apakah dadu diberi timah, dadu berlapis air raksa, di bawah mangkuk diberi besi sembrani dan dadunya terbuat dari besi atau cara nakal yang lain, semua ini bagi Liok Siau-hong bukan apa-apa lagi.

Dadu yang benda mati itu bila sudah berada di tangan Liok Siau-hong segera akan berubah menjadi hidup, bahkan sangat penurut. Bila dia menghendaki biji merah, tidak nanti dadu memperlihatkan titik hitam.

Serial Pendekar Empat Alis (Gu Long)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang