Bab 09: Kematian yang Begitu Aneh

1.2K 25 0
                                    

Kereta itu tidak terlalu besar, hanya cukup untuk menampung 4 orang penumpang. Kuda-kuda yang menarik kereta itu sangat terlatih, walaupun kereta sedang berjalan di atas jalan berlumpur, kedudukannya tetap sangat stabil. Ma Siu-cin dan Ciok Siu-hun duduk di satu jok, sedangkan Sun Siu-jing dan Yap Siu-cu duduk di hadapan mereka.

Kereta itu telah menempuh perjalanan yang panjang, Ciok Siu-hun tiba-tiba melihat semua orang sedang menatapnya. Ia pura-pura tidak tahu, tapi akhirnya tak tahan untuk tidak mencibirkan bibirnya dan menantang semua orang.

"Mengapa kalian semua menatapku? Apakah sekuntum bunga tiba-tiba tumbuh di wajahku?"

"Bahkan jika sekuntum bunga tumbuh di wajahmu," Sun Siu-jing tertawa dan menjawab, "tentu bunga itu telah dipetik orang."

Matanya besar dan bibirnya tipis, jelas dia adalah seorang gadis yang tak pernah menahan diri bila mengejek seseorang.

Ia tidak membiarkan Ciok Siu-hun menjawab sebelum melanjutkan.
"Hal yang aneh adalah, gadis ini selalu mengatakan bahwa bunga apa pun tidak sebaik sayur-sayuran, jadi kenapa tiba-tiba dia mengatakan bunga ini dan bunga itu setiap kali buka mulut?"

Herannya, Ciok Siu-hun tidak memerah wajahnya, malah ia menjawab dengan santai: "Tidak ada yang aneh, itu karena nama keluarganya Hoa, bunga, tentu saja aku akan mengatakan bunga ini dan bunga itu."

"Dia?" Sun Siu-jing tertawa kecil. "Siapa dia?"

"Marganya Hoa, Hoa Ban-lau."

"Bagaimana kau tahu namanya?"

"Dia yang memberitahuku."

"Kenapa aku tak mendengarnya?"

"Kami sedang membicarakan urusan kami, kenapa harus membiarkanmu mendengarnya? Di samping itu, mungkin kau sedang memikirkan Liok Siau-hong saat itu."

"Aku sedang memikirkan Liok Siau-hong?" Sun Siu-jing hampir menjerit. "Siapa bilang aku sedang memikirkan dia?"

"Aku," Ciok Siu-hun menjawab. "Saat dia sedang duduk di bak mandi itu, kau tak pernah melepaskan pandanganmu darinya. Aku melihatnya, kau tak bisa membantahnya sekarang."

Sun Siu-jing tertawa dan melepaskan perasaannya di saat yang bersamaan.

"Percayakah kalian betapa gilanya gadis ini? Semua yang keluar dari mulutnya adalah dusta." Ia mencaci, dengan sebuah senyuman di wajahnya.

"Gadis ini memang agak gila," Ma Siu-cin menjawab dengan santai. "Tapi matamu memang selalu memandangi Liok Siau-hong."

"Terima kasih, Toa-suci, karena bersikap adil," Ciok Siu-hun tertawa, sambil melambai-lambaikan tangannya.

Mata Sun Siu-jing berputar-putar sebelum tiba-tiba dia menarik nafas.

"Dia memang adil, tapi seperti ada rasa masam di dalam ucapannya itu."

"Masam?" Sekarang Ma Siu-cin yang tampak heran. "Masam apa?"

"Masam seperti cuka."

"Jadi menurutmu aku sedang minum cuka, aku cemburu padamu?" Sekarang Ma Siu-cin pun mulai berteriak.

{Catatan: dalam istilah Cina, "chi cu", atau "minum cuka", sering digunakan untuk menjelaskan perasaan cemburu yang dirasakan oleh seseorang.}

"Aku tidak mengatakannya," Sun Siu-jing menjawab. "Kau sendiri yang barusan mengatakannya."

Dia berusaha menahan tawanya dan meneruskan, tanpa membiarkan yang lain sempat membalas. "Semua orang mengatakan bahwa Liok Siau-hong begitu halus dan sopan dan begitu memikat dan begitu ini dan begitu itu. Tapi waktu aku melihatnya hari ini, duduk di bak mandi seperti itu, dia seperti orang tolol atau begitulah, tidak sebanding dengan Sebun Jui-soat."

Serial Pendekar Empat Alis (Gu Long)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang