Epilog (Tamat)

1K 24 0
                                    

Pintu yang menuju tangga batu itu telah dibuka, Cu Ting yang membukanya. Jika seseorang bisa membuat sebuah pintu seperti itu, tentu akan ada orang yang bisa membukanya.

Banyak kejadian seperti itu di dunia. Itulah sebabnya jika kau bisa membuat sebuah tameng yang tak dapat ditembus oleh tombak mana pun, lalu orang lain tentu akan membuat sebuah tombak yang bisa menembus tamengmu. Tak ada sesuatu yang "mutlak" di dunia ini.

Liok Siau-hong duduk di tangga, sambil memandang Ho Siu yang berada di dalam kandang. Tiba-tiba ia mendapat perasaan bahwa kandang itu sedikit mirip dengan sebuah sel penjara.

Bila seseorang berbuat salah, ia harus menanggung akibatnya. Liok Siau-hong menarik nafas. Ia merasa cukup puas dengan akhir semua ini. Maka bagaimanakah akhir dari semua kejadian ini?

Lopan sedang sibuk menggunakan sebuah segitiga kayu untuk mengukur ketinggian gua itu. Lopannio berada di sampingnya, sedang memandanginya. Ia tahu bahwa suaminya sedang mendapat sebuah ide baru yang brilian, tapi ia tidak bertanya. Ia tahu bahwa tidak seorang pun laki-laki di dunia ini suka direcoki oleh seorang perempuan yang cerewet saat ia sedang berfikir.

"Apakah orang itu hendak pergi?" Tiba-tiba Cu Ting bertanya padanya.

"Mmhmm!"

"Dan kau tidak mengantarnya?"

"Jika kau mau mengantarnya, maka aku akan ikut."

"Tampaknya dia tidak ingin aku yang mengantarnya pergi." Cu Ting berkata dengan dingin.

"Dan kau pun tidak ingin mengantarnya, kan?"

Cu Ting mengakuinya.

"Tapi jika dia membutuhkan bantuanmu, dengan mengirimkan utusan yang membawa sebuah pesan ke sini, kau pun akan segera membantu."

"Itu hanya karena aku tahu jika aku membutuhkan bantuannya, dia pun akan datang juga."

"Tapi walaupun demikian, tidak ada saling tegur-sapa atau bicara satu sama lain di antara kalian."

"Datang atau tidak adalah satu persoalan, bicara atau tidak adalah persoalan lain yang sangat berbeda."

"Mungkin tidak ada lagi pasangan sahabat seperti kalian berdua di dunia ini." Lopannio menarik nafas.

Cu Ting meletakkan segitiga kayu yang ia pegang dan menatap isterinya.

"Aku memutuskan untuk tinggal di sini."

"Aku tahu."

"Bisakah kau tinggal di sebuah tempat seperti ini?"

"Asal kau bisa, aku pun bisa."

"Aku tidak akan menyalahkanmu jika kau tidak mau tinggal di sini."

"Kau ingin mengusirku pergi supaya setan kecil itu bisa menemanimu?" Lopannio menatapnya dengan sengit.

"Sejak kapan kau jadi pencemburu?" Cu Ting bergurau.

"Sekarang."

"Sekarang?"

"Apa yang dikatakan setan kecil itu padamu?"

"Sebuah rahasia, tentunya." Cu Ting tersenyum.

"Rahasia apa?" Lopannio kembali menatapnya dengan sengit.

"Akan kuceritakan padamu nanti, tapi sekarang......" Cu Ting menjawab dengan santai. "Sekarang kau boleh pergi dan mengucapkan selamat jalan padanya."

"Aku tidak mau."

"Kenapa tidak?"

Lopannio menggigit bibirnya. "Sejak hari ini, aku tidak akan melepaskan pandanganku darimu, tak perduli apa. Karena......"

Serial Pendekar Empat Alis (Gu Long)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang