Chapter 54

9.7K 604 8
                                    

HAPPY READING YEOROBUN 💞
------------

"Bang bantuin gue buat ngurusin pernikahan dong" rengek Alvin pada Altha ketika memasuki ndalem, baru pulang dari kantor Madin.

Altha berhenti lalu berbaik menatap Alvin lurus. "Males, apalagi gue nikahannya yang penting ijab qobul dulu" kata Altha dengan kesal, sempat terpikir untuk mengadakan resepsi dengan Aza tapi entah lah besok bagaimana.

Alvin berdecak kasar, langsung masuk ke dalam kamarnya. Altha mengangkat bahu acuh berjalan ke arah dapur untuk mengambil minum.

Altha duduk di kursi sebelum minum, membaca basmallah lalu setelah itu baru meminumnya. Ia menatap sekeliling yang sepi padahal biasanya para Mbak-Mbak ndalem tengah membuat gorengan untuk di jual.

"Assalamu'alaikum Gus" ucap kang Hamdan menghampiri Gus Altha, ia memang tidak begitu dekat dengan putra Abahnya yang satu itu. Apalagi ia kerap kali di tatap sinis atau di sodorkan raut tidak nyaman oleh Altha.

Altha mengangguk dengan wajah seperti biasa ketika bertemu kang Hamdan, sinis. "Wa'alaikum salam."

"ABANG KAK AZAB LAGI DI BALLY" Teriak Alfa begitu memasuki ndalem, tadi ia dan Alfi tidak sengaja melihat kakaknya itu di cemooh saat dari dapur.

Altha menatap Alfa dengan raut wajah bingung, perasaan tadi Aza diniah kenapa tiba-tiba di Bali. "Apaan si dek jangan gangguin Abang, sono main sama kang Hamdan aja" ucap Altha sembari meletakkan gelasnya di meja, beranjak pergi ke kamar.

"KAK AZAB MAU NANGIS ABANG KARENA DI BULING" teriak Alfi menyusul masuk.

Altha menghela nafas berat, ia berbalik menatap adik kembarnya. "Kalian kenapa sih?" Tanya Altha heran.

Kang Hamdan diam, ia memikirkan kembali perkataan si kembar karena biasanya apa yang di bilang si kembar selalu di bolak-balik. "Bally-buling.... Ouh bully kali yah" pikir kang hamdan, ia mendekat ke arah Gus Altha. "Maksudnya bully kali Gus." Ucap kang Hamdan santai.

Altha menatap kang hamdan sembari berfikir, kedua alisnya menyatu. "Maksud kalian bully" kata Altha pada si kembar.

Keduanya mengangguk bersamaan, menarik lengan Altha untuk segera keluar dari ndalem. Sedangkan Altha masih mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.

Kang Hamdan yang penasaran langsung mengikuti ketiga Gus itu, ia sangat heran mengapa semua yang berkaitan dengan Aza pasti keluarga ndalem sangat heboh. Padalah setahunya keluarga ini tidak ada hubungan darah atau sesuatu yang begitu dekat dengan keluarga pondok pesantren Ar-Roudhoh.

Sampai di dekat pintu Altha sedikit heran karena terdengar suara orang ribut dari depan. "Aza, bully, jangan-jangan."

"Semuanya emang bener, saya liat Aza keluar dari kamar Gus Robert beberapa waktu lalu dan itu bukan cuman sekali, tapi berkali-kali."

Altha menatap nyalang Naila dari kejauhan, tak menyangka wanita itu mengungkap hal-hal seperti itu di depan para santri.

Emosi Altha sudah tidak bisa di tahan begitu melihat Aza yang hanya menunduk diam padahal biasanya gadis itu akan aktif dan membalas semuanya dengan tegas, rasa khawatir menyerukan dari dalam dirinya. Juga tidak terima begitu melihat istrinya di rendahkan oleh para santriwati.

Kang Hamdan terdiam di tempatnya, menatap Aza dan Altha beberapa kali. Seakan tidak percaya dengan yang di ucapkan mbak Naila, ia memang sempat curiga tentang Aza dan Altha tapi tidak menyangka sebegitunya.

"Gak punya otak!"
"Cih rendahan"
"Huhuuuu"

Altha menarik nafas dalam-dalam, melihat kembali ke arah Aza. "Maafin saya Za" batin Altha parau.

Ijbar [Terbit]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon