chapter 42

11.2K 663 9
                                    

HAPPY READING YEOROBUN 💞
-----------

Altha yang tadinya hendak ke Jatim untuk mengecek toko kitabnya di urungkan. Ia meminta salah satu pegawainya untuk mengirim data-data itu lewat email, mengerjakan pekerjaan di kamar dengan Aza yang tengah tertidur pulas.

Satu jam berlalu, pekerjaan Altha sudah hampir selesai. Namun Aza belum juga bangun, padahal gadis itu belum sarapan. Ia berniat membangunkan tapi setelah melihat wajah itu kembali, ia jadi sedikit tidak tega.

"Kamu istimewa Za, dan saya beruntung dapetin kamu" ucap Altha mengelus pelan pelipis Aza. Menikmati wajah imut itu, bibirnya memancarkan senyuman kecil.

Tok tok tok

"Assalamu'alaikum." Terdengar salam dari luar kamar.

Altha turun dari kasur, sedikit merapihkan kaos yang ia pakai,  mengambil sarung dan memakainya. Lalu membuka pintu kamarnya sedikit lebar dan langsung menutupnya, keluar menghampiri Mbak Naila.

"Kenapa Mbak?" Tanya Altha yang memang sudah cukup hafal suara Mbak Naila.

Mbak Naila sedikit menunduk. Ekor matanya sedikit mencuri-curi pandang pada Gus Altha.  "Gus di timbali ustad Zaynal, turene enten tamu teng koprasi" ucapnya dengan sopan.

Altha mengangguk mengerti. "Oh ya, makasih."

"Saya permisi Gus" pamit Mbak Naila.

"Njih." Jawab Altha singkat.

Setelah Naila hilang dari pandangan, Altha langsung pergi menuju koprasi. Di teras depan rumah Abah dan Alvin tengah duduk santai, membicarakan tentang pernikahan Alvin.

"Abah, Altha badhe ke koprasi. Pamit" ujarnya.

"Lho Aza udah bangun?"

"Dereng bah, paling sebentar lagi"

Abah mengangguk. Kembali melanjutkan pembicaraannya dengan Alvin.

*****

"Euhghg" Aza terbangun dari tidur nyenyaknya. Menatap sekeliling belum sepenuhnya sadar, baru saja kepalanya di tempelkan kembali ke bantal. Seketika itu teringat bahwa ia sekarang tengah berada di ndalem, kamarnya dan Altha.

Kruyuk~
Kruyuk~

Aza memegang perutnya seraya meringis pelan, bangkit dari kasur menuju kamar mandi untuk cuci muka. Memakai kembali kerudungnya, matanya menelisik penjuru ruangan baru sadar bahwa suaminya itu tidak ada di kamar. Saat hendak membuka pintu Aza sedikit was-was takut ada yang melihatnya, belum siap jika hubungan pernikahan mereka di publikasikan, apalagi image Aza di santri lain masih sangatlah buruk.

Seperti yang di lakukan Altha tadi pagi, mata Aza mengintip di celah pintu. "Bismillahirrahmanirrahim" ucap Aza pelan, keluar dari kamar dengan ekspresi yang ia buat senatural mungkin.

"Aza."

Panggilan itu membuat Aza menegang seketika, nafasnya menjadi tidak beraturan. Membalikan badanya takut-takut dengan mata terpejam. "Kenapa?" Tanya Abah Ibrahim heran melihat sikap menantunya.

"Hah?" Raut muka Aza cengo seketika. Namun di detik kemudian ia langsung menetralkan kembali wajahnya. "Abah ngagetin Aza ish."

Abah Ibrahim terkekeh pelan. "Kalo kamu nyariin Altha, dia lagi ada tamu." Ucap Abah Ibrahim menjelaskan.

"Aza gak nyariin Gus Altha kok, mau balik ke asrama soalnya nanti siang di suruh ke sekolah buat acara bazar besok" ucap Aza sekalian memberi penjelasan pada Abah, sebelum meminta izin. "Bolehkan bah?"

Ijbar [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang