chapter 12

12.1K 691 6
                                    


HAPPY READING YEOROBUN 💞
---------

"Pemandanganya bagus banget gilaa" seru Ganeth girang.

"Apanya yang bagus elah, cuma ada cd sama bh doang di katain bagus, picek mata Lo" maki Aza, saat ini mereka sedang berada di jemuran atas, tempat yang bahkan tidak pernah Aza kunjungi selama dua tahun di sini.

"Lo beneran baru pertama kali kesini Za" heran Lala.

"Yap, gue kan dari pertama mondok di sini kamarnya selalu tetap. Gue juga lebih seneng njemur baju di jemuran bawah, atau kalo nggak di jemuran ndalem."

"Kakak kok bisa akrab sama keluarga ndalem sih, aku udah dari lama pengin tanya ini tapi kelupaan terus" tanya Khanza, pasalnya setiap ada acara di ndalem Aza tuh selalu di panggil. Dan lagi Aza punya kamar khusus di ndalem, yang sekarang di tempati Gus Altha.

"Kalo soal akrab, mungkin karena kakek gue kenal dekat sama keluarga pondok sini. Gue juga sempet denger kalo kakek nitipin gue ke Bu nyai, mungkin karena itu gue dapet perhatian khusus." Jawab Aza santai.

"Trus tujuan kita ngapain di sini, bukan buat Ghosob(meminjam/mengambil barang tanpa orang lain tanpa izin)  Bra orang kan?" Zayin memastikan, sempat tadi ia membaca tulisan Don't Ghosob di salah satu cd.

"Haha, nggak di sini juga kali, nggak punya malu banget" tawa Ganeth menggelar, sambil menunjuk tulisan di salah satu cd punya sinta begitu tulisanya.

"Udah woi, sekarang cari baju atau sarung punya para pengurus. Kalo ada bahkan punya Arvelin, kalian robek pakek ini." Aza membagikan gunting pada sahabatnya.

"Asik, seru nih."

"Hiburan banget."

"Ayok cepet waktu kita sedikit, nanti keburu ada yang liat."

Dengan cepat mereka berpencar, mulai mencari sasaran. Bahkan yang Ganeth rusak bukan sarung atau baju tetapi cd dan juga bra.

Biar tuh pengurus pada nggak punya Daleman

Aza tersenyum senang melihat aksi para sahabatnya. Inilah yang akan Aza lakukan pada orang yang selalu bermain dengan sok hebat di depannya. Tanpa tahu siapa yang sedang berhadapan dengan mereka.

"Udah woi, jangan malah keenakan. Ayok balik, kita mandi" seru Aza pada mereka yang masih asik 'bermain'.

Mereka berlima langsung otw mandi di kulah belakang. Cukup sepi, mungkin sedang pada malas mandi pagi.

"Za, sumpah gue masih ngeri takut setan yang kita ejek waktu itu balas dendam," bisik Ganeth pelan, bahkan sangat pelan sampai yang lain ikut kepo.

"Nggak akan, udah kena mental tuh setan." Jawab Aza.

Namun kejadian nahas menimpa mereka berlima, juga beberapa santri yang sedang mandi. Air kerannya mati. Sungguh di luar ekspektasi, karena biasanya air akan mati jika ada acara tertentu, seperti khataman atau imtihan.

"Apes banget dah kita" gerutu Aza sambil mengetuk-ngetuk keran air, sambil menggumamkan sesuatu.

"Kalian tau nggak ada ustad baru loh" ucap Ganeth memulai perghibahan.

"Maksud Lo kang Lutfi, yang kemaren di koprasi sama Alvin." Tebak Lala saat melihat ekspresi wajah Ganeth.

"Iya, ganteng banget kan." Ucap Ganeth memuji.

"Aku pernah denger dari temen sekelas, katanya dia ngajar pelajaran Nahwu di satu Wustho." Celetuk Khanza memberi tau.

"Siapa, kok gue nggak tau," ujar Aza bingung.

Ijbar [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang