chapter 43

10.8K 786 16
                                    

HAPPY READING YEOROBUN 💞
-----------
Aza menahan sedikit perih di tangannya, pandanganya terus menunduk tak berani menatap wajah seram Altha. Ia memang sudah biasa menerima bentakan atau apapun itu, dia bukan cewek lemah kebanyakan. Tapi entah kenapa ketika Altha yang membentaknya ia merasakan sakit hati yang mendalam. Bahkan sedari tadi air matanya terus menetes.

"G-gus kenap-a?" Cicit Aza lirih, memberanikan diri bertanya.

Altha masih tetap diam, masih mencoba menenangkan hatinya. Ia takut akan melakukan hal yang salah.

Astagfirullah, astagfirullah, astagfirullah. Jangan buat Altha larut dalam emosi ini ya Allah. Batin Altha, seperti nasihat Zaynal. Ia tidak ingin Aza melihat sisi buruk yang selama ini ia simpan.

"Aza ada salah sama Gus?" Lirih Aza lagi, tapi kali ini lebih santai. Walau ia masih tidak berani mengangkat kepalanya.

"Aza mint-"

"Diem Aza!"

Aza mengatupkan mulutnya seketika, mengangguk pelan dengan air mata yang meluncur deras.

Altha memarkirkan mobil Ian di garasi ndalem. Matanya memandang lurus ke depan, lalu beralih menatap Aza tajam. "Bahagia banget ya hari ini?!" desis Altha sambil tersenyum miring. "Udah di kasih susu kotak sama kang Bayu, terus jalan-jalan lagi sama cowok" imbuhnya sambil terkekeh geli, menghela nafas berat. "Terlebih gak izin dulu sama suami."

Aza merasa bersalah atas hal susu kotak, ia memang tidak pikir panjang saat itu. Ia juga merasa bersalah karena pergi bersama Rio dan Gamble, apalagi saat itu ia satu-satunya perempuan. Tapi wait, bukankah tadi ia sudah izin dan menitip salam pada Abah Ibrahim.

Aza refleks mengangkat kepalanya mendengar Altha yang menuduhnya tidak izin. "Aza udah izin sama Abah, terus Aza juga nitip salam buat sampein ke Gus kalo Aza ada acara di sekolah" protes Aza tidak terima.

"Jangan bawa-bawa Abah Aza!! Kamu yang salah, jangan di lemparin ke orang lain! Apalagi Abah!!"

"T-api Gu-"

"Jangan kekanak-kanakan! Renungin kesalahan kamu!"

Aza menatap punggung suaminya dengan tatapan terluka.

Brakk

Altha menutup pintu mobil dengan kasar, masuk ke ndalem.

"Kekanak-kanakan?" Tanya Aza pada dirinya sendiri. Ia kembali melihat tangannya yang memerah, lalu beralih pada matanya yang terus-menerus mengeluarkan air mata. "Lo bego Aza! Bego!" umpat Aza pada dirinya sendiri.

Buk
Buk
Buk

Tangannya tidak bisa berhenti untuk memukul-mukul dasbor mobil, hingga pecah. Sehingga cukup mengeluarkan banyak darah, hingga menetes di kursi. "Anjir! Aaaa ASTAGFIRULLAH!" Aza kini memukulkan tanganya pada kaca. Seperti halnya Altha, Aza juga mempunyai tabiat yang buruk ketika sedang emosi, bahkan ia sering menyakiti dirinya sendiri.

Setelah itu baru ia keluar dari mobil. Menyembunyikan tanganya di balik Hem, menetralkan wajahnya agar kembali datar.

"Azaaa, dari mana aja kok baru keliatan. Abis kabur kan kamu, makanya masuk dari pintu ndalem" tuduh Arvelin pada sepupu tercintanya. Matanya sedikit terganggu karena tangan Aza yang di sembunyikan di balik baju.

"Awas! Aku lagi gak mau cari masalah" ucap Aza malas, bahkan tak sadar jika ia memanggil dirinya sendiri dengan sebutan aku.

Mata Arvelin membola seketika. "Whatt aku? Sejak kapan nih si berandalan berubah jadi alim gini?"

"Bacot, awas!" Tanpa menghiraukan ucapan Arvelin, Aza langsung pergi dari sana. Tujuan utamanya adalah kamar mandi untuk membasuh lukanya terlebih dahulu.

Ijbar [Terbit]Where stories live. Discover now