chapter 22

11.4K 727 7
                                    

HAPYY READING YEOROBUN 💞
----------

Pagi harinya, kabar perseruan Aza dan Mbak Farah begitu heboh. Aza sudah menduganya sejak tadi malam, Ia juga sudah menguatkan mental untuk hari ini. Dan sesuai perintah pengurus tadi malam, Aza tidak berangkat sekolah.

"Maksudnya apa Za?" tanya Ganeth penasaran. Saat ia sedang mengantre kamar mandi, banyak yang membicarakan soal Aza yang kabur-kaburan.

"Enggak apa-apa, gue bakalan dapat kunjungan" ucap Aza santai dengan wajah yang ia buat berseri-seri.

"Lo ketahuan tadi malem?"

"Gue bakalan dapet kunjungan siang nanti."

"Za, gue bakal ngomong sama tuh pengurus bukan cuma Lo yang kabur, tapi gue juga" ucap Ganeth melangkah keluar kamar, namun saat memegang handle pintu, ia di tarik Aza.

"Enggak usah nambah perkara deh, gue udah berusaha buat kalian enggak ketahuan!" sentak Aza keras. Untung saja saat ini kamar cuma ada mereka berdua. Lala sedang mendapat ceramah dari Abi-nya, sedangkan Zayin dan Khanza sedang sekolah.

"Tapi gue gak bisa liat Lo kaya gini sendirian Za, gue tau kakek Lo bakal di panggil ke sini. Gue enggak mau liat Lo terpuruk lagi" ucap Ganeth menahan tangisannya.

"Dan gue juga pengin dapet kunjungan" lirih Ganeth, walau Aza tau itu hanya pengalihan. Ganeth menatap Aza dengan sedih, Ia tahu betul watak kakek Aza, di pondok dulu mereka juga pernah dapat surat peringatan. Dan kakek Aza tidak memberi uang jajan selama berbulan-bulan.

"Terus dengan Lo bilang yang sebenarnya, apa yang bisa berubah? Udahlah gue juga biasa aja kok, kalo cuma gak di kasih uang gue masih sanggup kok." ucap Aza sambil keluar dari kamar.

"Mbak Aza di panggil ke pintu belakang" ucap salah seorang santri. Pintu belakang adalah pintu yang memisahkan asrama putri dan putra.

Aza hanya mengangguk, ia berhenti sebentar di pintu ndalem. Memanggil Mbak Naila.
"Mbak" ucapnya melambaikan tangan.

"Kamu kok bisa ketahuan sih Za" ucap mbak Naila cemas.

"Hehehe emang kenapa, kan Aza jadi dapet kunjungan setelah sekian lama." ucap Aza girang.

Gue kira Aza tuh orangnya baik, eh taunya sering kabur-kaburan yah

Kalo gue sih lebih milih Arvelin. Udah baik Hafidzoh lagi

Iya yah, beda banget kelakuannya sama Arvelin

Tadi kata Mbak Meisya, dia dapet sp-2 tau. Gila banget

Aza yang mendengar itu hanya mengangkat bahu acuh. Ia sudah terbiasa. Sampai di depan pintu, ada Mbak Farah dan Mbak Meisya. "Kenapa Mbak?" tanya Aza.

"Sekarang kamu berdiri di bawah pohon mangga, sama kedua santri itu" ucap Mbak Farah menunjuk dua orang santri yang tengah berdiri di bawah pohon belimbing depan masjid putra.

"Lho kok gitu, saya kan takziran-nya bukan itu." protes Aza tidak terima. Walaupun para santri sedang sekolah, tapi kan banyak kakang-kakang yang sudah lulus.

"Di ganti, cepet!" Jawab mba Farah.

"Kan kalian maenya gak sportif."

"Cepetan!"

Aza akhirnya menurut, ikut berbaris di samping dua santri lainnya. Menunggu keajaiban agar dirinya di selamatkan oleh sang pangeran tampan, bak seperti di novel-novel.

Setengah jam berlalu. Sudah banyak kakang yang melihat mereka bertiga. Aza hanya menampilkan wajah datarnya.

"Assalamu'alaikum"

Ijbar [Terbit]Where stories live. Discover now