chapter 31

11.7K 646 2
                                    

HAPPY READING YEOROBUN 💞
----------

Aza terdiam begitu mendengar penjelasan ustad Zaynal. "Jadi intinya boleh atau gak ustad?"

Zaynal memperhatikan Aza, tersenyum kecil. "Tergantung kondisi kalo menurut saya, coba kamu tanya ke Gus Altha. Kayaknya jawabannya bisa lebih spesifik."

Tepat ketika ustad Zaynal keluar, para penghuni kelas juga ikut keluar. Tersisa Aza dkk, juga beberapa kakang yang tengah bersenda gurau ala santri, dengan ilmu nahwu.

"Gimana?"

"Ga apa-apa, ayok kita kebelakang" ucap Aza menuju pojokan kelas.

Mereka berlima duduk di lantai pojokan kelas. Bersiap untuk berdiskusi. "Orang tua gue udah mati, jadi ga mungkin" ucap Aza cepat.

"Huh, terus apa dong" bingung Ganeth ikut berfikir.

Khanza dan Zayin saling tatap. "Kalian lagi ngomongin apa?"

"Dengerin aja dulu" ucap Lala memperingati untuk diam.

Aza nampak menimang sesuatu, Menghembuskan nafas perlahan. "Gus Altha juga udah beberapa kali yakinin gue, tapi gue masih bingung aja karena ga di kasih alesan."

"Sabar tung-"

"NGAPAIN KALIAN PADA MOJOK, MANA BERLIMA LAGI. AJAK KITA NGAPA" teriak si jubir, masih ingat kan si juru bicara kelas.

"Kita kenal?" Ucap Aza singkat, raut wajahnya berubah datar.

"Wah-wah par-"

Triiing triiing

Bel jam kedua berbunyi, kini mata pelajaran Nahwu, Gus Altha. Aza beranjak dari duduknya, berjalan ke depan kelas. Melihat para siswa yang tengah menghabiskan jajan mereka dengan cepat.

"Masuk!" Seru Gus Altha datar, pada para siswa yang tengah duduk di depan kelas.

Aza juga langsung bergegas duduk di kursinya. Tanganya merampas kaca kecil yang sedang di pakai Ganeth, melihat wajahnya lalu menyerahkan pada Ganeth lagi.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikum salam"

"Wa'alaikum salam Gus Robert" jawab para barisan belakang dengan semangat.

"Idih alay," cibir Aza tanpa sadar di dengar penghuni kelas. Ganeth menyenggol lengan Aza, menyuruhnya untuk lihat kondisi. "Lah kenapa? Bener kan alay."

"Syirik amat."

"Bisa di lanjutkan?" lerai Altha sambil membuka buku absensi. "Aza pinjem pulpen" pinta Altha pada Aza ketika menyadari pulpennya ketinggalan.

Aza langsung mengeluarkan pulpen barunya dari saku, masa iya ia memberi pulpen yang isinya tinggal segaris. "Ini Gus" ujar Aza menyerahkan pulpen yang kemaren baru ia beli.

Altha menjelaskan beberapa penjelasan tentang bab isim isyarah yang terkandung dalam kita Alfiyah Ibnu Malik. Hingga tanpa sengaja ekor matanya menangkap sesuatu yang aneh dari pulpen Aza. "Sekarang kalian catet dulu apa yang ada di papan tulis."

Aza mengangkat tangannya, izin berbicara. "Gus pulpen saya?"

Altha mengambil pulpen Aza, matanya terbelalak begitu membaca tulisan di dalamnya. Namun dengan segera ia menetralkan kembali wajahnya. Azthanio rbt >_< begitu tulisanya.
"Btw ini pulpen saya" ucap Altha menghampiri meja Aza dan Ganeth.

"Hah?" Aza tak mengerti apa yang di bicarakan Gus Altha, sedangkan Ganeth menepuk jidatnya keras. "Mampus gue" gumam Ganeth sambil melirik Aza cemas.

"Itu pulpen Aza! Walaupun di belinya pakek uang Gus" ucap Aza lirih namun sedikit ngegas.

Ijbar [Terbit]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ