chapet 38

13.1K 713 21
                                    


HAPPY READING YEOROBUN 💞
----------

Hiruk-piruk para santri terdengar memuakan bagi Aza. Sampai saat ini mereka masih membicarakan tentang Aza yang belum juga di DO dari pondok. Bagaimana reaksi mereka bahwa orang yang sangat ingin mereka depak dari pondok adalah istri Gus incaran mereka.

Aza duduk termenung di kamar, menunggu para sahabatnya untuk pulang. Pikiranya tertuju akan hubungan ia dan Altha, bagaimana mereka kedepannya, apa reaksi Mbak Naila, dan poin utamanya adalah ia akan di beri tanggung jawab untuk ikut mengurus pondok, hal yang sedari dulu Aza hindari.

"Assalamu'alaikum, wa'alaikum salam" ucap Ganeth sambil menyelonong masuk, belum melihat Aza. "Sumpah Aza kagak balik-balik, kemana sih!"

"Semoga aja beneran gak di DO" ucap Lala sambil meletakkan kitab dalam loker buku.

"Ekheem" dengan keras Aza berdehem.

"Astagfirullah"
"Eh Ayam beranak dua"

Kaget Ganeth dan Lala yang sangat tidak Aesthetic menurut Aza. "Dih alay Lo pada" cibir Aza malas.

"Sejak kapan Lo di situ?"
"Lo gak di DO kan?"
"Ini beneran Lo kan?"

Sederet pertanyaan itu keluar dari bibir Ganeth, meneliti Aza dari atas sampe bawah. "Sumpah Lo bikin kita khawatir tau, mana pergi gak bilang-bilang." Ungkap Ganeth, ikut duduk di sebelah Aza.

"Iya, Lo kemana aja?" Kini Lala yang bertanya, untungnya tidak seheboh Ganeth.

"Gue pergi-" ucap Aza singkat, sedikit ragu untuk menceritakan hubunganya dengan Altha. Namun bagaimanapun juga Lala dan Ganeth adalah orang yang selalu ada untuknya, bahkan sudah ia anggap keluarga, melebihi apapun. Kecuali Altha tentunya. "Nanti malem deh gue ceritain, mau ke atas dulu nemuin Yanah."

Ganeth mengernyit bingung, wajahnya terlihat keheranan. "Ngapain?"

"Ada titipan" ucap Aza singkat tanpa memberi tau dari siapa mengingat ucapan Altha tadi siang. Ia hanya menunjukan satu box donat yang sedari tadi menggeletak di pojokan lantai.

"Dari sip-"

"Gak usah kepo!" Ucap Aza cepat, sebelum keluar dari kamar menuju lantai dua, lebih tepatnya komplek Ana.

Banyak dari santri komplek atas menatapnya sinis, dengan bodoamat ia terus berjalan ke arah kamar Ana yang berada di ujung. "nyusanih banget dah si Yanah untung ustad Ian yang nyuruh, kalo bukan ogah gue"

"Assalamu'alaikum, Yanah oh Yanah dimanakah engkau" salam Aza dengan bernada di depan pintu kamar Ana, dan seketika itu juga penghuni kamar menatapnya aneh, mungkin. "Yanah! Keluar Lo kita war!" teriak Aza membuat seluruh penghuni komplek atas keluar dari kamarnya.

Ana keluar dengan malas begitu mendengar teriakan tidak jelas Aza. "Apaan, ngajak ribut Mulu Lo. Bukanya udah di DO!" tanya Ana dengan kesal, padahal dirinya juga yang kemarin menenangkan Aza saat menangis.

Mata Aza melotot berbinar seketika tanganya tergerak maju untuk menarik rambut Ana, yang menurutnya sangat cantik. "Lo abis cat rambut? Bagus warnanya" ucap Aza kagum. Sangat pas dengan wajah Ana yang lebih ke-China.

Ana mengibaskan rambutnya yang memang tergerai indah, mengenai wajah Aza. "Jelas, Ana gituloh" ucap Ana dengan bangga memamerkan hasil karya kegabutanya pada Aza.

"Dih, sombong amat! Bagusan rambut gue juga" balas Aza tak terima, melirik Ana sebal. "Nih ada titipan" Aza menyerahkan box berisi donat pemberian ustad Ian pada Ana. Memperhatikan gerak-gerik dan ekspresi wajah Ana.

"Ouh makasih" ucap Ana, bibirnya sedikit tertarik ke atas begitu melihat isi box itu, donat.

Aza sedikit heran karena Ana tak menanyakan dari siapa yang berarti Ana sudah sering menerimanya. "Lo kagak tanya dari siapa?" Tanya Aza gatal, jiwa keponya meronta-ronta.

Ijbar [Terbit]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin