chapter 7

13.2K 760 5
                                    

"Kadang sikap diam lebih baik daripada ucapan, pada situasi tertentu.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

HAPPY READING YEOROBUN 💞
-----------

Si pemotong rumput menggerakkan tangannya dalam sikap mengejek.

Namun si penggembala menangkap maksud lain, seraya menjawab.
"Terimakasih atas kesediaanmu, aku akan kembali sesegera mungkin. Engkau telah meringankan beban pikiranku" ia berlari ke desa menuju rumah.

Di sana ia mendapati sang istri demam dan sedang di rawat para tetangga. Lantas ia mengambil bungkusan makanan dan berlari menuju bukit. Ia menghitung kembali domba-dombanya, semua masih lengkap.

Si pemotong rumput masih sibuk dengan pekerjaannya.

"Betapa luar biasanya pribadi pemotong rumput itu. Dia sudah menjaga domba-domba ku tetapi tidak mengharapkan terimakasih. Akanku berikan domba pincang ini untuk di jadikan makanan lezat bagi keluarganya." Gumam sang penggembala.

Sambil memanggul domba pincangnya, ia berlari menuruni bukit sambil berteriak. "Hai saudaraku, ini hadiah dariku karena engkau telah menjaga domba-domba itu, selagi aku pergi. Istriku yang malang menderita demam, dan itu menjelaskan semuanya," penggembala itu menurunkan sang domba.

"Pangganglah domba ini untuk makan malam nanti. Dia mempunyai kaki yang pincang dan niatnya memang akan ku sembelih."

Di lain pihak si pemotong rumput tidak mendengar apa-apa, lantas berteriak marah. "Dasar penggembala busuk! Aku tidak pernah melihat apa yang terjadi selama engkau pergi. Bagaimana aku dapat bertanggung jawab atas kaki pincang dombamu!" Teriak marah si pemotong rumput.

"Aku sibuk memotong rumput dan tak tau bagaimana hal itu bisa terjadi, pergilah atau aku akan memukulmu!" Ancam sang pemotong rumput.

Penghuni kelas di buat terbahak-bahak mendengar kisah percakapan mereka. Terlebih Aza yang sedari tadi diam karena teguran Gus Altha.

Si penggembala merasa amat heran melihat sikap marah orang tersebut. Tetapi ia tak dapat mendengar apa yang di bicarakan orang itu. Maka ia memanggil seseorang yang melintas dengan seekor kuda yang amat bagus.

"Tuan yang mulia. Aku mohon katakan padaku apa yang di ucapkan pemotong rumput ini. Aku mengalami tuli, dan tidak tau mengapa ia menolak pemberian berupa seekor domba, dengan kekesalan itu."

Si penggembala dan pemotong rumput mulai berteriak marah pada musafir tersebut. Yang kemudian menghampiri mereka. Sang musafir ternyata adalah seorang pencuri kuda dan sama tulinya seperti mereka. Dia sedang tersesat dan bermaksud bertanya, namun melihat sikap mengancam 2 orang tersebut, dia berkata.

"Benar, saudaraku. Aku telah mencuri kuda. Aku mengakui, tapi aku tidak tau kalo itu milik kalian, maafkan aku. Karena aku cepat tergoda tanpa berfikir," jelas si penunggang kuda.

"AKU TIDAK TAU APA-APA TERHADAP PINCANGNYA DOMBA INI" teriak si pemotong rumput.

"SURUH IA MENGATAKAN PADAKU, MENGAPA IA MENOLAK PEMBERIANKU" desak si penggembala. "AKU HANYA INGIN MEMBERINYA DOMBA INI SEBAGAI UCAPAN TERIMAKASIH"

"AKU MENGAKU MENGAMBIL KUDA, TAPI AKU TULI DAN TIDAK BISA MENDENGARKAN OMONGAN KALIAN. DAN TIDAk TAU SIAPA DARI KALIAN PEMILIK KUDA INI," ujar si penunggang kuda.

Ijbar [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang