chapet 34

11.6K 842 45
                                    

HAPPY READING YEOROBUN 💞
--------

"Ayok" ajak Altha tak menghiraukan tatapan para santri. Mengajak Aza untuk masuk lewat pintu ndalem, so'an terlebih dahulu.

Aza mengikuti Altha dari belakang, memperlihatkan wajah judes di sertai tatapan tajam.

"Assalamu'alaikum kang, Abah Hasyim enten teng ndalem mboten?" Tanya Altha sopan pada kakang yang tengah menyapu halaman.

"Wa'alaikum salam, enten mas. Badhe so'an nopo?"

"Nggih" ucap Altha sambil menoleh ke belakang, melihat Aza yang tengah menatap tajam para santri yang tengah melihat mereka.

"Hust tatapannya, nanti mereka pada takut sama kamu" ucap Altha menegur Aza, menghalau penglihatan Aza dengan telapak tangannya. Membuat para santri yang tengah berlalu lalang menatap sinis, namun ada juga yang tersenyum. Baper mungkin.

Aza menyingkirkan telapak tangan Altha yang menutupi pandangannya, mendongak. Menatap tajam Altha.

"Apa? Tatapan kamu gak ada apa-apanya sama punya saya" ujar Altha memperlihatkan wajah datar di sertai tatapan tajam. Membuat Aza mengalihkan pandangannya seketika.

"Lho Ning Aza" lirih seseorang begitu melihat wajah Aza yang tengah berdiri bersama Altha. Aza menoleh, membelalakkan matanya begitu melihat siapa yang memanggilnya.

"Huaaaaa mbak Arum" ujar Aza seketika berlari menubruk mbak Arum, memeluknya erat, menyalurkan rasa rindunya pada sosok Santri yang menjadi kakaknya ketika ia berada di ndalem. "Aza kangen tau"

"Kamu pulang sama siapa?"
"Lho dia bukanya Gus Robert dari pondok pesantren Assalam yah" ucap seseorang di samping Mbak Arum, Mbak Aram namanya mereka berdua kembar.

"Iya, kok Mbak tau?" Tanya Aza heran, tak begitu yakin jika Altha seterkenal itu di kalangan pondok lain.

"Aza!" Mendengar Altha memanggilnya dengan nada tegas Aza membuat ia langsung berpamitan pada dua santri yang sudah di anggapnya sebagai kakak tersebut.

"Ntar Aza cari Mbak lagi" pamitnya. Lalu menghampiri Altha yang tengah memperhatikan dirinya sedari tadi. "Ayok masuk Gus" ajak Aza ketika melihat kakeknya berdiri di depan pintu ndalem.

Altha mengangguk pelan, mengikuti Aza dari belakang. Bersalaman dengan Abah Hasyim. Setelah berbicara sebentar, Altha pun langsung menuju ke Mushola karena sudah adzan Maghrib.

"Gus, tunggu dulu" ucap Aza mengentikan langkah Altha. "Ganti baju dulu, pakek ini gak apa-apa kan?" ucap Aza menyerahkan Hem kotak-kotak berwarna merah, dengan ukuran XL baju yang tadinya akan ia hadiahkan pada Abang sepupunya.

"Punya siapa?"

"Punya Aza, masih baru ini, ukuran buat cowok juga salah beli waktu itu"

Altha pun mengambil baju tersebut. "Nanti ziarahnya nunggu saya, udah malem" ucap Altha lalu kembali melangkah menuju masjid. Letak makamnya memang berada di samping pondok.

Aza mengangguk, Lalu kembali masuk ke ndalem menuju kamarnya untuk mandi, mengambil sarung, hotpants juga kaos pendek dan Hem kotak-kotak berwarna Milo. Begitu selesai ia langsung bergegas untuk sholat.

Selepas itu ia memandangi kamarnya dengan seksama, nuansanya yang suram karena berwarna hitam dan abu-abu. Berisi banyaknya kenangan bersama kedua orang tuanya, sebelum ia memutuskan untuk memperdalam ilmu agamanya di pesantren lain.

Aza mengambil figura yang menampilkan foto kedua orang tuanya, juga dirinya waktu berumur 11 tahun. Foto itu di ambil ketika dirinya akan berangkat ke pondok pesantren Al-Hikam "Bunda.... Maafin Aza kalau seandainya Aza benar-benar di DO" lirih Aza dengan suara yang bergetar, menahan tangis. "Maaf juga Ayah.... Karena Aza ngelanggar janji Aza, semoga kalian tenang di sana."

Ijbar [Terbit]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ