Chapter 46

11.7K 606 6
                                    

HAPPY READING YEOROBUN 💞
------------

Aza menaruh kitabnya di loker buku, ia melepaskan kerudungnya lalu mengibaskan rambutnya kebelakang hingga mengenai wajah Lala.

"Aduh kecolok" tangan Lala mendorong pelan kepala Aza ke depan, matanya terasa perih.

Ganeth sibuk memilih baju apa yang akan di pakai, nanti malam akan di adakan ima'an. Ia dan Ana akan menjadi MC mereka sepakat akan menggunakan baju coklat, tapi saking banyaknya baju Ganeth sampai ia bingung ingin memakai yang mana.

"Wahai para penghuni alam kubur, ayok sholat" teriak Zayin dari tangga lantai atas.

"Gasangin satu yin" teriak Aza cepat, berlari menuju kamar mandi.

"Aku jugaaaa" teriak Lala ikut menyusul Aza ke kamar mandi.

Zayin mendengkus pasrah, menatap Ganeth. "Iya gak?" Tanyanya memastikan agar sekalian.

Ganeth mengangguk. "Iya dong."

Zayin mengangguk melanjutkan perjalanan ke mushola, di pesantren ini pada santri mengutamakan sistem gasangan, jadi tak heran jika mushola akan di penuhi sajadah yang berjejer tanpa ada orang, hingga dekat waktu komat baru mereka datang.

Zayin mengambil Al Qur'an, membacanya seraya menunggu waktu komat.

"Psttt, psttt Zayin gasanganya di mana?" Tanya Aza di depan pintu, membuatnya menjadi pusat perhatian.

"Tuh," tunjuk Zayin pada barisan di depannya.

"Makasih."

"Nggih Ning."

 
*****

Malam hari setelah selesai ima'an Aza, Ganeth, dan Lala memutuskan begadang. Mereka membeli seblak, es kopi, dan beberapa makanan ringan. Duduk di lantai kamar sambil mengghibah, sesekali membahas masa depan.

Tapi kegiatan mereka terganggu karena bau asap dari halaman, di sertai juga bau harum makanan membuat mereka seketika keluar. Ternyata Ana tengah memasak nasi goreng di halaman, sehingga asapnya kemana-mana.

"Heh koplok ngapain masak di halaman?!" Aza duduk di pembatas, menatap Ana dan dua orang lainya tengah memasak menggunakan batu bata.

"Rese banget tuh si keamanan, dia nutup dapur pas gue mau buat nasi goreng" ujar Ana sambil mengaduk-aduk nasi di atas wajan.

"Terus dapet dari mana tuh wajan, sama alat-alatnya" tanya Ganeth heran.

"Dari dapur lah."

"Lah kok?" Tanya Aza penasaran, tidak mungkin juga kan Mbak keamanan bolehin masak di halaman pondok.

"Gue masuk dapur lewat pondok putra, terus di ambil lagi deh" ucap Ana dengan santainya. Ia tadi memang lewat dapur putra dengan salah satu teman kamarnya, sampai di soraki oleh kakang.

Aza melongo di tempatnya, seberani itukah Ana hingga hanya demi nasi goreng sampai menyusup lewat pondok putra. "Gilaaa."

"Sini turun kalo mau" ajak Ana pada Aza dkk, ia tadi sengaja membuat banyak untuk di bagikan ke santri yang belum tidur. Soal rasa tak perlu di tanya pastinya enak.

Aza meminta persetujuan kedua sahabatnya, lalu kembali masuk ke kamar mengambil makanan ringan untuk cemilan bersama.

Mereka duduk melingkar di halaman pondok dengan alas karpet. Makan dengan lahap sambil menikmati ribuan bintang yang berserakan di angkasa. Aza menyadari bahwa semakin hari ia dan Ana semakin akrab.

"ASTAGFIRULLAH kalian!!"

Teguran membuat mereka berempat menoleh seketika menatap Mbak Farah. Untung saja para santri lain sudah pergi ke kamarnya masing-masing jadi tidak ikut tertangkap.

Ijbar [Terbit]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin