Chapter 47

10.6K 645 21
                                    

HAPPY READING YEOROBUN 💞
-----------

Ganeth melihat kembali penampilanya di cermin, membenarkan kerudungnya yang sedikit miring. Tak lupa memakai bedak dan celak sedikit menarik bibirnya ke atas membuat lengkungan kecil. "Perfec udah, kang Lutfi pasti keplek-keplek nih" gumam Ganeth, tapi masih bisa di dengarkan Aza dan Lala yang sedari tadi duduk di atas kasur.

Aza bergidik ngeri, heran dengan tingkah sahabatnya itu. "Heh jamet! Jadi ke koprasi gak nih lama amat" lontar Aza kesal.

"Cepetan oii" timpal Lala ikut tidak sabar.

Ganeth berdecak dengan kesal. "Bentar dulu kenapa, mau ketemu calon imam inih" ujar Ganeth, kembali bercermin.

"Emang kamu doang! Aku juga mau ketemu sama tunangan tapi biasa aja!" Celetuk Lala sewot.

"Aza juga mau ketemu mas suami tapi bajunya gembel nih!" Tunjuk Aza, saat ini ia memakai baju gembel (baju yang warnanya sudah pudar atau ada sobek di bagian tertentu).

"Ya bodoamat! Orang aku pengin sempurna di mata kang Lutfi" protes Ganeth tak terima.

Setelah perdebatan tidak berguna itu selesai kini mereka bertiga sudah menenteng sandal masing-masing bersiap untuk ke koprasi depan. Berjalan dengan santai ke arah gerbang, dan ternyata kosong tidak ada yang menjaga.

Aza mengangkat sebelah alisnya, sedikit merasa heran. Tidak biasanya gerbang di biarkan terbuka lebar tanpa penjagaan, tidak lazim dan aneh. Wajahnya mendongak ke atas untuk meneliti sesuatu, dan benar saja CCTV menyala. "Noh izin dulu ayok" ajak Aza pada kedua sahabatnya.

"Caranya?" Tanya Lala tidak paham dengan apa yang Aza perintahkan, tidak ada yang menjaga jadi harus izin ke siapa?

"Bego bet sumpah, sini ikutin aku."

Aza dan Ganeth, di ikuti Lala berjejer rapi dengan wajah mendongak sekilas ke arah CCTV sengaja memperlihatkan wajah dengan jelas, setelah itu mereka berjoget-joget ria berlagak tengah di syuting.

Puas dengan apa yang di lakukan Aza menyuruh kedua sahabatnya berhenti. "Mbak izin keluar dahh" ucap Aza setengah berteriak tak lupa melambaikan tangannya.

"Bye-bye."

"Daaah."

Seperti biasanya koprasi tampak ramai dengan pembeli terutama kalangan kakang, mungkin bagi sebagian santriwati itu hal yang menguntungkan apalagi untuk membuat skenario tidak sengaja bertemu. Tapi untuk Aza dkk itu tidak ada artinya terlebih mereka tidak mengenal terlalu banyak kakang.

Aza menghentikan langkahnya tepat di depan bengkel. "Kalian masuk aja dulu, aku mau beli kopi" ujar Aza menunjuk kedai kopi di seberang jalan.

"Hokeh jangan lama-lama."

Aza mengangguk sebagai jawaban, memperhatikan kanan-kiri sebelum menyebrang jalan. Duduk di kursi dengan tangan memegang buku menu. "Yang paling enak apa Mbak?"

"Semuanya enak Za, tapi blue ocean terfavorit" ucap Mbak-mbak yang tidak ia ketahui namanya. Yang jelas Mbak pondok, karena ia sering lihat.

"Okeh itu aja deh Mbak."

Sebenarnya alasan Aza melipir ke sini karena tidak ingin menjadi nyamuk bagi kedua sahabatnya, ia juga pastinya akan bingung jika di dalam sana. Lala dan Ganeth juga Alvin dan Lutfi memang sudah berjanjian untuk ketemu di koprasi, di taman belakang. Tapi belum tentu suaminya itu ikut datang kan.

"As-salamu'alaikum" salam Ganeth memasuki koprasi, membuat para kakang yang tengah memilih belanjaan menatapnya.

"Wa'alaikum salam" jawab George, menengokan kepalanya kesamping memberi isyarat untuk langsung masuk.

Ijbar [Terbit]Where stories live. Discover now