chapter 3

16.5K 900 1
                                    


HAPPY READING YEOROBUN 💞
------------


Altha beranjak menghampiri salah seorang yang sedang menata kitab di rak pojok. "George," panggil Altha pada kakang itu.

"Wah Altha, Lo balik kapan?" ujarnya sambil memeluk altha. Ia merasa tidak sopan. Tapi beginilah jika sudah bersahabat dengan lama, dan di pertemukan kembali dengan status dan keadaan yang berbeda.

"Baru sampai tadi, ayok ikut nongkrong di depan."

"Oalah nanti gue nyusul Gus, mau nyelesain menata kitab dulu." Jawab George sopan.

"Yaudah saya kedepan." Ujar Altha sambil menepuk pelan bahu George. Setelah itu ia kembali duduk bersama Ian dan Zaynal.

Di tengah perbincangan mereka tiba-tiba masuk beberapa orang santri, yang tak begitu Altha perhatikan. Bahkan Altha membiarkan begitu saja saat Ian beranjak berdiri dan pergi melayani.

"Al sini coba." teriak Ian sambil mengarahkan tangannya, memanggil Altha.

"Ngapain?"

Dengan sedikit malas Altha beranjak menghampiri Ian, di ikuti zaynal. Seketika pandangannya terpaku pada sosok yang berdiri menyamping di hadapannya.

"Itu baju sama sarung njenengan kan?" Tanya Ian penasaran.

"Iya, itu baju Lo Al!" seru Zaynal tanpa sadar.

"Diem coba." Perintah mutlak dari seorang Altha.

Wajah yang dulu ia temui di kediaman Al-Hikam. Dan lagi baju yang dulu di berikannya pada saat gadis itu basah kuyup. Altha sedikit penasaran dengan apa  yang di bisikan seorang santriwati pada Aza.

Namun ia berharap itu bisa membuat Aza menoleh ke arahnya.

Dua-tiga detik akhirnya Aza menoleh. "Gus Altha?" Walau pelan tapi ia masih mendengar gumaman itu.

Di sisi lain Aza bingung harus memberi respon apa. Beragam perasaan terkuak di hatinya, sedih, senang, marah, dan juga gugup.

"Hm, dalem apa kabar Aza?"

"Khanza bayar, gu-gue mau ke kamar mandi" bisiknya pada Khanza lalu berjalan cepat keluar.

Khanza cengo seketika melihat perilaku Aza. Salah seorang santri yang di juluki judes, cuek, dan mahir dalam hal kabur, bisa gugup juga.

"Nafidza Azalia?" panggil Altha sedikit ragu.

Deg

Aza memejamkan matanya sebentar lalu berbalik. "Enggih Gus," cicitnya senetral mungkin.

"Ternyata saya gak lupa."

Respon Aza hanyalah anggukan, dan pergi. Namun beda halnya dengan George si penjaga koprasi, Zaynal, dan Ian.

Sedangkan Khanza dan Zayin berusaha keras menahan pekikan mereka. Dengan senyum-senyum nggak jelas mereka pergi ke arah kasir.

"Ehh, tunggu. Saya aja yang bayar. Buat Aza kan?" tahan Altha saat melihat mereka akan membayar.

Antara baper dan bersyukur.
Khanza sangat baper melihat perlakuan Gus Robert, ia juga bersyukur karena tidak jadi tekor akibat belanjaan Aza yang banyak.

Selepas mereka berdua keluar, Ian langsung menutup pintu koprasi dan membalikan kata buka menjadi tutup.

"Njenengan ada hubungan apa sama Aza Gu?" tanya Zaynal dengan cepat.

"Kenapa baju njenengan ada di Aza?" sahut Ian.

"Kenapa juga Lo ngasih jajan ke dia?" George ikut-ikutan bertanya.

Ijbar [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang