Chapter 35

12.4K 707 26
                                    

HAPPY READING YEOROBUN 💞
-----------

Altha pulang dari pondok pesantren Al-Hikam seminggu sebelum keberangkatanya untuk melanjutkan Study kuliah. Dua hari berlalu, namun pikiranya masih tertuju pada Aza, gadis yang sempat mencuri perhatiannya di pondok pesantren Al-Hikam. Hingga dirinya terus-menerus menunda kepulangan.

Dengan hati yang sudah mantap, juga setelah ia sholat istikharah kemaren malam. Ia menghadap Abah dan uminya, mengungkapkan keinginannya untuk melamar seorang perempuan dari pondok pamannya.

"Abah, Altha mau ngomong penting" ucapnya pada sang Abah begitu selesai mengajar ngaji malam.

"Apa?"

"Altha panggil umi dulu ya bah, soalnya penting" ucapnya pada sang Abah lalu bergegas memanggil umi yang sedang membantu Mbak ndalem membuat keripik singkong di dapur, untuk di jual pada santri.

"Umi, lagi sibuk gak? Ada yang mau Altha omongin" ucapnya sambil berbisik.

"Gak, bentar umi cuci tangan dulu"

Begitu melihat uminya datang, duduk di samping Abahnya. Altha sedikit gugup. "U-mi, Abah Altha pengin ngelamar salah satu santri dari pondok paman" ucap Altha lirih, hati-hati.

"Ouh, mau ngelamar? Silahk-"

"Huuuuuuuh" Altha menghembuskan nafas lega.

"Sit sit nduk, kamu mau ngelamar siapa?!" Ujar Abah Ibrahim kaget begitu mencerna kembali apa yang di ucapkan putranya.

"Kamu serius bang? Siapa perempuan itu?" Tanya umi penasaran, sangat jarang anaknya membahas perempuan. Dan tiba-tiba saja bilang mau melamar, siapa yang tidak kaget coba.

"Namanya Aza, dia sedikit bandel memang. Tapi Altha yakin dia orang baik" ucap Altha meyakinkan kedua orang tuanya.

Terlihat Abah dan umi menghela nafas panjang. "Dengan waktu sesingkat itu? Kamu serius mau ngelamar dia?" Tanya umi memastikan keinginan putranya.

Altha mengangguk mantap, begitu yakin dengan keputusannya. "Dia emang nakal umi, tapi.... Tanpa sepengetahuan orang lain di malam harinya dia berusaha untuk menghafal, muroja'ah, bahkan mendekatkan diri pada sang kuasa." Ucapnya sambil membayangkan saat dirinya melihat Aza di balik jendela kamar Alvin, seorang gadis yang tengah menghafal di bawah sinar bulan. Tepatnya di depan mushola.

"Coba kamu sholat istikharah dulu sana" suruh Abah Ibrahim pada Altha.

"Udah, dan Altha yakin pada pilihan Altha" jawabnya cepat.

"Kamu tau alamat gadis itu?"

Altha mengangguk, dirinya memang sempat meminta data Aza pada salah seorang kakang santri pondok pesantren Al-Hikam. "Udah, jadi boleh umi, Abah?"

Abah Ibrahim menggangguk singkat, Altha balik menatap uminya yang masih terdiam. "Umi gimana?"

Umi tersenyum tipis. "Kalo Abah kamu udah ambil keputusan, umi bisa apa?" Ucap sang umi sambil mengangguk menyetujui permintaan Altha.

Melihat respon kedua orang tuanya Altha benar-benar bahagia. "Okh, Altha bakalan siapin semuanya" ujar laki-laki itu semangat.

"Tapi inget, kamu harus selesain Study kamu, harus fokus. Okh?"

"Okh"

Setelah percakapan itu selesai, dan dirinya juga mendapat persetujuan. Altha bergegas untuk keluar, mencari kebutuhan untuk lamaran tersebut.

Ijbar [Terbit]Where stories live. Discover now