Edward memacu mobil berwarna silver miliknya dengan kecepatan penuh. Mobil mahal itu membelah jalanan kota Livorno dengan lihainya. Sesekali, Edward memperhatikan maps yang ada di tablet mobilnya, meskipun dirinya mendengar arahan dari sirinya.
Tak perlu waktu lama, kini mobil mahal itu sudah berhenti di sebuah jalan yang nampak sangat sepi. Selain karena jalan itu minim rumah penduduk, waktu juga sudah menunjukkan pukul 1 malam.
"Tuan!"
Seruan sekretaris pribadinya menyambut Edward ketika pria itu sudah menjejalkan kakinya untuk keluar dari mobil mahalnya. Edward melangkah dengan terburu – buru mendekati mobil sekretarisnya itu. Mobil yang seharusnya membawa Claudia kembali pulang ke Madrid
"Bagaimana keadaannya?"
"Nona Carmen sudah pingsan tuan. Sebelumnya, nona Carmen tidak berhenti muntah, sepertinya tuan Blanco sudah mencekokinya minuman beralkohol dengan kadar tinggi" ucap sekretaris pribadi Edward sembari membukakan pintu mobilnya untuk Edward, agar pria itu dapat melihat keadaan Claudia
Rahang Edward mengetat keras
"Tuan Blanco itu memang benar – benar tidak ada kerjaan lain, ya? Bisa – bisanya dia membuat kehebohan seperti ini" ucap Edward kesal
Pria itu menyelipkan kedua tangan kekarnya diantara sela paha dan punggung Claudia. Saat sudah dirasa pas, pria itu menarik tubuh Claudia dari mobil itu dan membawanya dalam gendongannya.
Tubuh wanita itu terasa sangat ringan, bahkan tubuh wanita itu lebih ringan daripada tubuh Lauren ketika Lauren sedang sakit. Heran... apa saja yang sudah dimakan oleh wanita itu selama hidupnya?
"Kau tidak ikut bersama kami?" tanya Edward sembari menatap sekilas sekretaris pribadinya yang setia mengekorinya dari belakang
"Tidak, tuan. Saya sudah memanggil seorang car repairman. Mungkin, setengah jam lagi, ia akan sampai disini" tolak sekretaris pribadi Edward sembari membukakan pintu bagian penumpang mobil Edward agar pria itu dapat meletakkan tubuh Claudia
"Terimakasih..." ucap Edward saat sekretarisnya membukakan pintu mobilnya
"Ini adalah kewajiban saya, tuan" ucap sekretaris pribadi itu sembari menganggukkan kepalanya
"Baiklah, kalau begitu, aku akan kembali ke Madrid" ucap Edward sekilas sebelum dirinya kembali berlari – lari kecil untuk memutari mobilnya
"Baik, tuan"
Tak ingin membuang banyak waktu lagi, Edward langsung memasuki kursi pengemudi mobil itu. Edward menginjak pedal gas mobil itu dengan kuat hingga mobil itu terpacu tinggi.
Selama di perjalanan, pusat perhatian Edward tidak bisa terlepas dari Lauren.
Bagaimana keadaan Lauren saat ini? Apa Lauren masih ada di kamar itu? Apa Lauren sudah keluar dari kamar itu? Bagaimana jika Lauren kembali digoda pria lain? Bagaimana jika akhirnya Lauren menangis karena Edward terlalu lama meninggalkannya?
"Sialan! Mobil sialan! Tidak bisa 'kah kau lebih cepat?!?" amuk Edward sembari memukul kuat stir mobil Buggati Chiron yang saat ini sedang dikendarainya
Dengan amarahnya yang sudah tidak bisa ditawar – tawar lagi, pikiran Edward semakin tidak jernih. Belum lagi saat ini, tiba – tiba pikiran kotor Edward menghampiri dirinya. Bisa – bisanya, kejantanannya menegang hanya karena dirinya memikirkan wajah Lauren. Shit!
Karena tindakan gila Edward itu, Edward berhasil menyentuh kota Madrid hanya dalam waktu 15 menit. Pria itu langsung mengarahkan mobilnya ke area perumahan Claudia. Tak mungkin Edward membawa wanita itu ke rumah sakit, hal itu pasti akan memakan banyak waktu.
Brummm!
Edward menabrak pagar rumah Claudia tanpa memperdulikan apapun, dirinya sudah terlalu kesal untuk turun dari mobilnya dan menggeser pagar itu. Edward tak peduli jika pagar itu akan rusak ataupun mobilnya akan lecet. Soal pagar, pagar itu terlihat murah dan tua, sudah saatnya diganti dan Edward tidak akan keberatan untuk mengganti pagar itu dengan pagar yang lebih kokoh dan pagar yang lebih terlihat mewah. Kalau soal mobil mahal ini.... Jika Edward ingin, dirinya juga bisa membeli pabrik yang sudah memproduksi mobil ini.
Saat mobil itu sudah berada di depan pintu rumah Claudia, Edward langsung mematikan mobil mewah itu. Dengan gerakan terburu – buru, Edward membuka pintu mobilnya dan sedikit berlari – lari kecil untuk membuka pintu bagian penumpang mobil itu yang ditempati oleh Claudia
"Ah... Astaga..." gumam Edward saat dirinya kembali membawa tubuh Claudia dalam gendongannya
Bugh!
Edward menendang pintu rumah itu sehingga pintu rumah itu terbuka lebar. Senyum puas langsung tercetak di bibir Edward
Dengan gerakan tergesa – gesa, pria itu melangkahkan kakinya memasuki rumah Claudia. Untungnya, rumah wanita yang sedang pingsan karena mabuk ini tidak dikunci, sehingga Edward tidak perlu repor – repot mencari kunci rumah wanita itu
Karena beberapa hari yang lalu, Edward sering mengunjungi rumah ini, peta rumah ini jadi terlihat familiar di dalam memori Edward. Ia ingat, bahwa kamar Claudia berada di lantai dua dan terletak di paling pojok lantai itu.
Edward melangkahkan kakinya terburu – buru, karena langkah kakinya itu, Claudia sedikit terganggu. Kernyitan – kernyitan samar muncul di dahi wanita itu, Edward melihat hal itu, tapi ia tidak memiliki niatan untuk memelankan langkahnya. Ia harus cepat.
Bugh!
Lagi, Edward kembali menendang pintu yang ada di rumah ini. Well... jika ayah Claudia kembali dari rumah sakit, pasti ayah Claudia berpikir jika rumah mereka baru saja dibobol pencuri.
Edward melangkahkan kakinya mendekati tempat tidur yang ada di kamar Claudia tersebut. Secara perlahan, pria itu meletakkan tubuh Claudia di atas tempat tidur itu.
Setelah tubuh wanita itu berada di atas tempat tidur itu, Edward langsung menarik sepatu high heels milik wanita itu serta menyelimuti tubuh wanita itu
"Hah... Akhirnya selesai" ucap Edward yang diawali dengan sebuah helaan nafas lega. Sekarang, ia bisa kembali ke Livorno dan menemui istrinya.
Edward menegakkan punggungnya ketika dirinya merasakan sensasi panas yang aneh menyerang dirinya. Kepalanya dilanda dengan rasa pusing yang hebat... tapi Edward tau, ini bukan rasa pusing karena dirinya mabuk... sepertinya ini karena obat perangsang
Obar perangsang?
Sial!
Ada obat perangsang dalam minuman pria China! Untung saja Edward yang meminumnya... bagaimana jika Lauren yang meminumnya? Edward tak tau, hal gila apa yang akan dilakukannya ketika dirinya bertemu dengan pria China itu.
"Sialan!" maki Edward ketika dirinya merasa pusat intinya semakin menegang.
Edward sungguh frustasi. Apa ia harus bermain solo sebelum dirinya bertemu dengan Lauren? Namun, dirinya pasti akan terlambat untuk menemui wanita itu. Bagaimana jika wanita itu berpikir bahwa Edward sudah menipu perasaannya lagi?
Shit!
Edward tak ingin kehilangan kesempatan emas ini. Ia sangat ingin memperbaiki hubungannya dengan Lauren
"Edward..."
Gumaman Claudia menyentak Edward dari pergumulan batinnya. Mata pria itu langsung menatap wajah Claudia.
Glek.
Edward menegak ludahnya dengan kasar ketika dirinya melihat sesuatu yang menyembul di balik dress silver ketat milik Claudia. Sial! Selangkangannya sudah menarik seluruh kesadaran yang dimiliki oleh pria itu
"Edward... kau disini?"
Edward mengeram tertahan ketika dirinya melihat Claudia sudah membuka matanya. Wanita itu memberikan tatapan sayunya kepada Edward. Sungguh, wajah Claudia saat ini terlihat sangat mesum. Edward tak suka melihat wajah itu... Claudia saat ini, nampak tak berbeda dengan jalang – jalang yang selalu berusaha mendekati Edward
"Ya... aku akan pergi.." ucap Edward dengan suara seraknya karena dirinya sudah menahan ledakan gairah yang sudah meletup – letup di dalam dirinya.
Edward harus menahan sedikit lagi. Sebentar lagi, dirinya akan bertemu dengan Lauren dan saat itu tiba, ia bisa menumpahkan segala gairah duniawi ini kepada istrinya itu
"Edward!"
Melihat Edward hendak melangkahkan kakinya untuk meninggalkan Claudia, wanita itu langsung bangkit dari tidurnya
Grep.
Wanita itu memeluk tubuh Edward dari belakang dan menyandarkan kepalanya di punggung lebar milik Edward. Edward mengepalkan tangannya
"Lepaskan aku Claudia, istriku saat ini sedang menungguku" ucap Edward dengan menekankan kata 'istriku' sembari melepaskan tangan Claudia yang memeluknya
"Ed—
Ucapan Claudia langsung terpotong ketika Edward memutar tubuhnya untuk menghadap Claudia. Meskipun kepalanya terasa berkunang – kunang karena efek banyaknya alkohol yang ditegaknya, tapi Claudia bisa melihat sepercik gairah yang menyala – nyala di dalam mata cokelat milik pria itu
"Claudia, tolong jangan menjadi seorang jalang" ucap Edward dingin
Cup!
Seolah – olah dirinya tak mendengar ucapan dingin nan tajam milik Edward itu, dengan seluruh keberanian yang dimilikinya, Claudia malah mengecup bibir Edward.
Edward terkejut. Tindakan Claudia itu semakin membuat dirinya kehilangan akal. Wanita itu melumat bibir Edward dengan gerakan tergesa – gesa, sepertinya, wanita itu belum pernah berciuman bibir sebelumnya.
Bugh!
Edward mendorong tubuh Claudia dengan kuat ketika akal sehat Edward sudah kembali lagi. Tubuh wanita itu mengenai pinggiran tempat tidurnya. Edward tau, pasti itu rasanya sangat sakit, tapi Edward tidak peduli
"Jalang..." ucap Edward sembari mengusap bibirnya kasar dan meludah tepat di depan kaki Claudia
Edward bisa melihat Claudia mulai terisak disana, mungkin perasaan wanita itu menjadi sangat sensitive karena efek alkohol yang telah ditegaknya.
"Aku pergi. Aku akan menganggap kejadian hari ini tidak pernah terjadi diantara kita" ucap Edward dingin
"Edward!!!"
Wanita itu berteriak frustasi memanggil nama Edward. Mau tak mau, pria itu memutar tubuhnya dan menatap wanita itu
"Hentikan semua ini, Claud..... Lauren?"
Edward menatap terkejut ketika ia melihat Lauren menangis meraung – raung di hadapannya. Ini ilusi! Ya, ini ilusi! Bagaimana bisa istrinya itu ada disini?
Tapi... tangisan istrinya itu terasa sangat nyata. Tangisan yang selalu menghantui Edward ketika pria itu berbohong kepada istrinya itu
"Lauren?" tanya Edward tak percaya
"Ya... ya... aku Lauren! Kumohon.... Jangan tinggalkan aku!"
Edward mengernyitkan dahinya. Rasa pening mendera kepalanya, samar wajah istrinya itu menghilang dan digantikan dengan wajah Claudia. Hal itu terus terjadi hingga Edward tak bisa menentukan, siapa sebenarnya wanita yang berada di depannya saat ini.
Sial!
Edward merasa dirinya tiba – tiba kehilangan kekuatannya. Edward merasa kakinya melemas dan pandangannya mengabur, hingga...
Bugh!
Pria itu terjatuh dan ia kehilangan seluruh kesadarannya
.
.