Aku sudah berada di bawah. Kau cepatlah keluar. Aku tidak memiliki banyak waktu
Claudia tidak bisa menahan senyumannya ketika dirinya menerima email dari Edward. Well... perlu kalian tau, sampai sekarang, baik Edward dan Claudia tak pernah saling bertukar nomor ponsel. Claudia sangat ingin mendapatkan nomor ponsel pria itu, tapi ia sangat segan untuk memintanya selain itu, ia takut dikira wanita murahan oleh pria itu
Sejujurnya, Claudia tidak menyangka jika Edward akan menerima permintaannya itu
F L A S H B A C K
"Cepat katakan! Aku tidak memiliki banyak waktu" ucap Edward sembari melempar tatapan tajamnya kepada Claudia
Claudia menggigit bibir bawahnya. Ia sudah memiliki satu permintaan. Permintaan yang mungkin akan mengubah hubungan mereka.
"Jika aku meminta waktumu, apa kau akan memberikannya kepadaku?" tanya Claudia dengan berani seolah – olah urat malu wanita itu sudah terputus
Edward yang mendengar permintaan itu langsung menatap Claudia dengan dalam dan disertai dengan sebuah kernyitan halus di dahinya. Claudia yang diberi tatapan seperti itu hanya bisa salah tingkah dan mengahlihkan wajahnya agar kedua mata tajam Edward tidak bisa mengintimidasinya
"Kau yakin?" tanya Edward dengan salah satu alisnya yang sudah naik
Claudia menggigit bibir bawahnya. Ia sendiri saja tidak yakin dengan permintaan gilanya itu. Bagaimana bisa ia meminta waktu dari seorang pria yang sudah beristri untuk diberikan kepadanya? Sungguh... Claudia memang benar – benar sudah gila. Nampaknya, dirinya sudah gila karena pesona Edward yang sudah tidak bisa lagi ditolaknya
"Eumh... jika kau tidak mau... eumh... aku tidak apa – apa... aku akan tetap merahasiakan kejadian yang terjadi hari ini" jelas Claudia dengan kikuk
"Bukan... bukan... maksudku... Kau yakin ingin meminta waktuku sebagai permintaan yang ingin kau ajukan kepadaku?" tanya Edward yang diawali dengan sebuah gelengan kepala
"Eumh... iya?" ucap Claudia yang terdengar seperti sebuah pertanyaan
"Apa ada yang salah?" tanya Claudia lagi sembari menatap Edward dengan hati – hati
"Tidak... Hanya saja, kau berbeda dengan korban lain Lauren. Biasanya mereka akan meminta uang, perhiasan atau asset sebagai bahan penyumpal mulut mereka" jelas Edward
Claudia membulatkan matanya dengan terkejut ketika dirinya mendengar penjelasan Edward tersebut. Hal ini berarti, Claudia bukanlah orang pertama yang menerima tindakan kekerasan dari Lauren? Meskipun Claudia sering mendengar desas desus bahwa Lauren adalah seorang maniak, namun Claudia tak pernah mempercayai hal itu karena menurut pandangannya, Lauren adalah wanita kelas atas elagan yang tidak akan melakukan tindakan keji seperti itu
"So... nanti malam aku akan datang kesini, kuharap kau sudah selesai bersiap – siap. Karena aku tidak memiliki banyak waktu, kuharap 1 jam saja sudah bisa untuk menutup mulutmu" ucap Edward
"Ya... baiklah"
F L A S H B A C K
Claudia melangkahkan kakinya yang sudah dibalut dengan sneaker berwarna abu – abu dengan tergesa – gesa. Wanita itu tak sabar ingin menghabiskan waktunya dengan Edward, karena bagi Claudia, Edward adalah pria pertama yang pernah mengajaknya untuk keluar berjalan – jalan di malam hari. Kalian bisa katakana bahwa Claudia adalah orang yang kuno, namun neneknya yang merupakan keturunan Asia asli sangat menerapkan budaya – budaya timur kepada Claudia.
Meskipun neneknya sadar jika dirinya tidak bisa mengekang fashion Claudia, namun neneknya itu selalu memberikan Claudia ajaran tentang norma – norma timur, seperti larangan pergi bersama dengan pria di malam hari, larangan melakukan sex sebelum menikah dan masih banyak lagi.
Namun, kali ini, sepertinya Claudia harus mengabaikan norma – norma timur yang sudah ditanamkan oleh neneknya itu kepadanya sejak dirinya kecil. Kali ini, biarkanlah Claudia pergi menghabiskan malam bersama dengan seorang pria
"Maaf... apa kau sudah lama menungguku?" tanya Claudia sembari tersenyum lebar pada Edward yang nampaknya sedang sibuk melihat sesuatu di ponselnya.
Pria itu, Edward, masih mengenakan setelan pakaian yang sama dengan pakaian yang tadi siang dipakainya. Hanya saja, malam ini Edward melepaskan jasnya, dasinya serta menggulung kemejanya hingga ke siku.
Penampilan Edward tersebut bisa dikatakan berantakan tapi entah kenapa, Claudia merasa bahwa saat ini, Edward terlihat berkali – kali lipat lebih atraktif dibandingkan sebelumnya
"Tidak... Ayo" jawab Edward sembari menyimpan ponselnya ke dalam sakunya
Pria itu langsung berjalan memutari mobil itu dan langsung masuk ke bangku pengemudi.
Melihat gesture itu, ada terbesit seberkas rasa kecewa dalam diri Claudia. Padahal dia sudah berharap Edward akan membukakan pintu mobil mewah itu untuknya dan memperlakukannya seperti putri, namun ternyata... Claudia sudah terbang terlalu jauh dalam imajinasinya
"Ayo!" panggil Edward lagi ketika dirinya melihat Claudia masih diam di tempatnya
Claudia langsung tersentak saat mendengar panggilan Edward tersebut. Dirinya menggangguk samar dan langsung mempercepat langkahnya untuk memasuki mobil itu.
Saat dirinya sudah memasuki mobil itu, hawa dingin langsung menyergap Claudia. Well... Hawa dingin itu berasal dari Edward. Pria dengan wajah datar itu nampaknya tidak mau membuka pembicaraan di antara mereka. Pria itu sangat fokus menyetir mobil mewahnya, namun, sesekali Claudia bisa menangkap jari telunjuk pria itu yang bergerak – gerak mengikuti tempo lagu yang sedang diputar di dalam mobil itu
Jika Claudia tidak salah, lagu ini adalah lagu milik salah satu personel One Direction, Harry Styles.
"Kau menyukai Harry Styles ya?" celetuk Claudia tiba – tiba untuk memecahkan keheningan yang tercipta di antara mereka
"Tidak"
"Lalu... kenapa kau memutar lagu Harry Styles?" tanya Claudia binggung
"Ah... itu lagu kesukaan Lauren. Dia sangat suka mendengarkannya ketika sedang menggunakan mobil ini, jadi, dia membuat playlist Harry Styles di mobil ini" jelas Edward sembari memandang sekilas Claudia
"Oh..." ucap Claudia seadanya
"Ah iya... kau ingin kita kemana?" tanya Edward
"Eumh... bagaimana dengan Parque del Buen Retiro? Aku ingin kesana... Sudah lama aku tidak kesana" ucap Claudia dengan matanya yang berbinar – binar
Edward lagi – lagi mengernyit saat mendengar ucapan Claudia
"Kau yakin ingin melihat bangunan dengan sungai yang tak menarik itu? Well... kalau kau ingin, kita bisa menghabiskan waktu untuk makan malam di salah satu restoran yang akan ku booking penuh" tawar Edward dengan enteng
Claudia menatap Edward dengan tatapan terkejutnya. Sepertinya, pria yang saat ini sedang berada di sampingnya benar – benar sangat kaya.
"Ah... tidak perlu..." tolak Claudia sembari tertawa kecil
"Eumh... baiklah..." ucap Edward yang kemudian menjadi akhir dari pembicaraan mereka
Setelah pembicaraan itu, keadaan di dalam mobil itu kembali senyap. Untungnya, jarak mereka ke Parque del Buen Retiro tidak terlalu jauh hingga mereka tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk saling berdiam diri di dalam mobil seperti ini
"Sudah sampai..." gumam Edward sembari menepikan mobilnya
Claudia menatap berbinar sungai yang terlihat sangat indah itu. Memang, pemandangan malam di sungai ini begitu fantastis.
Setelah Edward memarkirkan mobilnya, Claudia langsung membuka pintu mobil itu. Selain karena dirinya merasa sangat bahagia dan tak bisa membuang – buang banyak waktunya lagi, Claudia juga memutuskan untuk membuka pintu mobil itu karena ia yakin jika Edward tidak akan membukakan pintu mobil itu untuk Claudia
"Wah..."
Claudia berdecak kagum saat dirinya melihat pantulan bulan purnama di atas air sungai itu. Sungguh, ini benar – benar pemandangan yang sangat menakjubkan bagi Claudia yang sudah lama tidak mengunjungi tempat ini.
Karena Claudia yakin jika dirinya tidak akan bisa mengunjungi tempat ini lagi dalam waktu dekat, wanita itu memutuskan untuk mengabadikan momen ini dengan menggunakan kamera ponselnya. Ia memotret segala hal yang dianggapnya menarik dan menakjubkan
Edward yang melihat hal itu hanya bisa menatap tubuh Claudia dari belakang. Sungguh, Edward tidak tertarik dengan tempat ini. Dibandingkan berjalan mendekati Claudia dan ikut dalam euphoria kekaguman wanita itu, Edward lebih memilih untuk berada di luar mobilnya sembari menyandarkan punggungnya di mobilnya
Tangan kekarnya bergerak untuk menggapi sebatang rokok yang ada di kantungnya. Honestly, Edward bukanlah tipikal pria yang perokok. Dulu, Edward sempat mencoba untuk merokok, namun saat Lauren mengatakan dirinya alergi terhadap bau rokok, maka Edward memutuskan untuk tidak merokok. Namun kali ini, Edward merasa dirinya butuh rokok
Sebatang rokok mungkin bisa menjernihkan pikirannya mengenai kelanjutan dan kejelasan hubungannya dengan Lauren
Dari sana, Edward memerhatikan Claudia.
Wanita itu mengenakan sneaker berwarna abu – abu, sebuah kaus polos berwarna putih yang dilapisi dengan leather jaket berwarna hitam serta sebuah rok pendek jeans berwarna coklat. Dahi Edward mengernyit ketika ia mendapati Claudia mati – matian menahan roknya agar tidak diterbangkan oleh angin malam kota Madrid yang malam ini bertiup dengan kencang
Melihat hal itu, Edward membuka pintu mobilnya dan mengambil jasnya yang sudah dilepaskannya sedari tadi. Dengan langkah tegas, pria itu melangkahkan kaki panjangnya mendekati Claudia
"Untukmu... Pakailah, udara sangat dingin" ucap Edward sembari menyodorkan jasnya kepada Claudia
Claudia tersentak saat mendengar ucapan Edward tersebut. Claudia langsung mengahlihkan pandangannya menuju ke wajah Edward
"Untukku? Aku 'kan sudah memakai jaket" ucap Claudia binggung sembari menatap jas Edward dan Edward secara bergantian
Edward yang tak ingin berdebat lebih lama dengan Claudia kemudian memutuskan untuk bergerak sendiri. Pria itu melangkah ke hadapan Claudia dan membungkukkan sedikit badannya. Dengan telaten, pria itu mengikat jasnya di pinggul Claudia. Jasnya yang berukuran besar itu mampu menutupi seluruh paha Claudia yang terkespos
Jantung Claudia berdebar dengan keras. Tanpa disadari, wanita itu menahan napasnya ketika Edward mengikatkan jasnya di pinggul Claudia
"Done..." gumam Edward ketika dirinya sudah selesai mengikat jas mahalnya di pinggul Claudia
"Te... terimakasih..." ucap Claudia dengan suaranya yang terdengar sangat halus. Astaga... Claudia merasa sangat malu saat ini! Untung saja penerangan di sini remang – remang, jika tidak, Claudia yakin bahwa Edward dapat melihat rona merah yang memenuhi wajah Claudia
Ucapan Claudia itu dibalas dengan sebuah anggukan dari Edward.
Setelah mengikatkan jas itu, Edward melemparkan pandangannya menuju ke pantulan Bulan yang ada di atas permukaan sungai itu.
Karena merasa situasi sudah menjadi canggung kembali, Claudia memutar otaknya untuk mencari topic pembicaraan baru dengan Edward
"Nenekku sering berkata kepadaku... Jika kita meminta sesuatu disaat sedang terjadi bulan purnama, permintaan yang kita ucapkan akan terkabulkan" ucap Claudia sambil tersenyum tipis
"Kau percaya hal seperti itu?" tanya Edward dengan nada dingin
"Dulu... aku sangat mempercayainya karena semua permintaanku selalu saja berhasil terkabulkan. Namun sekarang aku sadar, sebenarnya nenekku lah yang mengkabulkan permintaanku itu karena nenekku selalu mendengar permintaan yang ku ucapkan saat malam bulan purnama" ucap Claudia yang diakhiri dengan tawa renyahnya
"Itu berarti... kau mengucapkan permintaanmu dengan suara yang lantang?" tebak Edward
"Ya... Kukira, semakin kuat suaraku, maka Tuhan akan semakin mendengar permintaanku" jawab Claudia
"Kalau sekarang... apa kau masih mempercayai hal itu?" tanya Edward sembari melempar tatapannya pada Claudia
Mendengar pertanyaan Edward tersebut, raut wajah bahagia Claudia beruba menjadi raut sedih
"Tidak... Sekarang, nenekku sudah pergi untuk selamanya. Ia tak mungkin akan kembali kesini dan mengabulkan permintaanku" ucap Claudia sambil tertawa hambar
Edward menaikkan salah satu alisnya ketika mendengar ucapan Claudia tersebut
"Maaf... Aku tidak bermaksud untuk mengatakan hal itu" ucap Edward dengan nada seriusnya
"Ah... tidak apa – apa... Lagian, kau juga pasti baru tau hal ini. Aku memakluminya" ucap Claudia sambil tersenyum
"Kalau begitu... bagaimana jika kau mencoba untuk mengucapkan permintaanmu dengan lantang, lagi? Siapa tau, permintaanmu itu akan menjadi kenyataan" ucap Edward acuh sembari menatap lurus ke depan
Mendengar ucapan Edward tersebut, Claudia langsung menatap wajah Edward dengan lekat dari samping. Astaga, pria ini sangat tampan, bahkan side profilnya saja berhasil membuat jantung Clauida meronta – ronta
"Permintaanku kali ini... aku harap... pria yang saat ini sedang bersamaku, dapat membalas perasaanku kepadanya"
.
.
Did You Know?
Parque del Buen Retiro atau taman Retiro adalah taman yang berada di Madrid. Taman ini merupakan salah satu warisan sejarah di kota Madrid. Taman ini mencangkup Monumen Alfonso XII, Istana Kristal, Kolam Besar, Piagam, Puerta de Felipe IV dan Royal Astronomical Observatory
Parque del Buen Retiro dibangun pada paruh pertama abad ke-17 oleh Pangeran Duke of Olivares dari Buen Retiro Palace. Ia membangun taman ini agar taman ini bisa dinikmati Felipe IV
Taman ini dibuka untuk khalayak umum pada awal abad ke-19