Brumm... Brumm... Brumm...
Lauren menambah kecepatan motor milik Loco yang saat ini sedang dikendarainya. Jika diingat – ingat, sudah lama rasanya Lauren tidak menaiki motor apalagi mengendarainya. Semenjak menikah dengan Edward, Lauren selalu dimanjakan dengan berbagai macam mobil mewah, helikopter dan jet pribadi. Meskipun di dalam garasi rumah mereka terdapat motor, namun motor itu hanya satu dari sekian koleksi pribadi milik Edward dan Edward tak pernah membiarkan Lauren untuk menaiki motor itu.
Well... nampaknya Edward lebih menyanyangi motor itu dibandingkan istrinya sendiri
Tak perlu waktu lama, kini motor yang dikendarai oleh Lauren itu sudah berhenti di depan sebuah kawasan perumahan yang tidak terlalu mewah namun lumayan besar.
Kawasan rumah Carmen
Rasa kesal dan kemarahan Lauren kembali meningkat ketika dirinya mengingat wanita itu. Claudia Carmen.
Lauren membiarkan motornya terparkir di luar pagar rumah itu. Lauren melangkahkan kakinya dengan tegas saat dirinya memasuki kawasan rumah itu yang ternyata tidak dijaga oleh seorang bodyguard maupun maid sekalipun. Namun anehnya, jika mereka tidak memperkerjakan orang untuk menjaga rumah mereka, lalu kenapa mereka membiarkan pagar rumah mereka terbuka seperti itu? Apa mereka baru saja kedatangan tamu?
Saat sudah sampai di pintu rumah itu, Lauren langsung menekan bel rumah itu berulang – ulang dengan gerakan tak sabar. Selain itu, Lauren juga menekan bel rumah itu dengan kuat – kuat seolah – olah ia sedang melampiaskan seluruh kemarahannya pada bel rumah yang tak bersalah itu
Klik.
Pintu itu terbuka.
Rasa marah Lauren menggebu – gebu ketika dirinya melihat Claudia membuka pintu itu dengan wajah polosnya yang terlihat sangat mengesalkan.
"Lho? Nyonya Dominguez? Anda disini juga!" sambut Claudia dengan ramah sembari menampilkan senyumannya.
Lauren diam. Ia menggigit bibir bawahnya dalam – dalam.
"Apa nyonya Dominguez juga ingin masuk? Saya akan men---
Plak!
Sebuah tamparan keras mendarat dengan mulus di pipi putih Claudia. Sangking kerasnya tamparan itu, wajah Claudia sampai terpental ke samping
"Nona Lauren?!?" tanya Claudia terkejut sembari memegang pipinya yang terasa panas.
Claudia mendongakkan wajahnya dan memberikan tatapan terkejut sekaligus tatapan takutnya pada Lauren yang sedang menatap Claudia dengan tatapan kebencian yang sangat berkobar – kobar di kedua mata biru itu.
"Jalang!"
Nyut.
Hati Claudia langsung terasa nyeri ketika dirinya mendengar panggilan itu. Ia bukan jalang! Meski ia bekerja di sebuah club, namun ia hanya sebatas pelayan pengantar minuman, bukan pelayan penghangat ranjang.
Claudia tidak tahan lagi dengan hinaan itu.
"Apa maksud nona Lauren mengatakan saya jalang?" tanya Claudia dengan nada suaranya yang terdengar bergetar. Meski ia takut, namun ia harus tetap berusaha untuk berani. Karena, di dunia ini, ia hanya akan takut kepada Tuhan saja, bukan manusia
"Jadi, katakan padaku... Sebutan apa yang cocok untuk wanita yang sedang mencoba merebut suami wanita lain?" tanya Lauren berapi – api
"Merebut suami wanita lain? Saya tidak pernah dan tidak akan melakukan hal sehina itu" ucap Claudia sembari menahan air matanya yang hendak jatuh. Disaat – saat seperti ini, ia tidak boleh lemah, karena jika ia lemah, lawannya akan merasa senang dan akan semakin menghinanya
"Memang... jalang tak pernah merasa bahwa dirinya adalah seorang jalang. Sudah berapa kali kau tidur dengan suamiku?"
Deg.
Jantung Claudia berdebar – debar. Ia tidak pernah tidur dengan suami Lauren. Ia tidak pernah tidur dengan siapapun
"Saya tidak pernah tidur dengan Edward!" ucap Claudia
"Kau kira aku akan percaya pada jalang sepertimu, hah! Dengan tingkah mu yang sok polos itu, kau pasti selalu memikirkan cara untuk bisa bersama dengan suamiku, kan?!? Apa otakmu itu sudah rusak? Bukankah sudah pernah kukatakan kepadamu untuk menjauhi suamiku!" teriak Lauren di depan wajah Claudia
Tes.
Air mata Claudia menetes. Sehina itu kah dirinya dihadapan wanita kaya ini?
"Saya memang tidak pernah tidur dengan Edward!" ucap Clauda dengan suaranya yang serak karena dirinya menahan isak tangisnya
Kemarahan Lauren semakin bergelora ketika ia melihat tangisan Claudia itu. Ia kembali ingat kejadian pada malam itu. Ia ingat, jalang ayahnya juga menangis tak bersalah seperti ini dihadapan ibunya.
Plak!
Kali ini, Lauren mengerahkan segenap kekuatannya untuk menampar pipi Claudia. Sangking kuatnya, Claudia sampai jatuh tersungkur. Isak tangis yang sedari tadi ditahan oleh wanita itu langsung keluar ketika Claudia merasa bahwa dirinya sudah tidak sanggup lagi untuk menahan semua penghinaan ini
"Jangan menangis! Jangan bertindak seolah – olah kau adalah wanita yang paling tersakiti disini!" teriak Lauren dengan suaranya yang nyaring
"Lauren?"
Deg.
Jantung Lauren langsung berdebar dengan begitu cepat ketika dirinya menangkap suara itu. Lauren mengahlihkan pandangannya dari Claudia menuju ke pemilik suara itu.
Kedua mata Lauren langsung melebar ketika dirinya menatap si pemilik suara itu. Apa yang dilakukan suaminya itu disini? Astaga... sepertinya Lauren sudah melewatkan banyak hal menarik disini.
"Lauren! Apa kau gila! Apa yang kau lakukan pada Claudia?"
Senyum miring Lauren timbul ketika melihat suaminya sendiri mengkhawatirkan wanita lain di hadapannya.
"Claudia... kau memang jalang ya?" ejek Lauren sembari melihat Edward yang sedang membantu Claudia untuk bangkit berdiri
"Lauren! Apa yang kau katakan?!?" ucap Edward yang nampaknya tidak terima dengan hinaan Lauren tersebut
"Aku mengatakan bahwa wanitamu itu adalah jalang!" tegas Lauren tanpa takut
Edward mengernyit tidak suka saat mendengar kalimat itu keluar dari mulut Lauren. Wanita apanya? Apa Edward pernah mengklaim bahwa Claudia adalah miliknya?
"Lauren... dia bukan wanitaku dan dia bukan jalang!" ucap Edward sembari menyembunyikan tubuh ringkih Claudia yang sedari tadi bergetar hebat ke belakang punggung kekarnya
"Lalu, katakan padaku?!? Sebutan apa yang harus kuberikan kepada wanita ini? Apa aku akan menyebutnya sebagai wanita suci, padahal dia terang – terangan mengajak suami wanita lain untuk bersamanya?!?" teriak Lauren
"Tadi malam di club dan sekarang di rumah si jalang ini! Besok dimana?!? Apa kau juga berniat untuk menghabiskan waktu bersama dengan wanita jalang ini di rumah kita?!?" lanjut Lauren lagi
"Lauren, apa yang kau katakan?!? Kenapa kau bisa menyimpulkan suatu masalah semudah ini?!?"
"Aku tidak menyimpulkan masalah dengan mudah!!! Aku sudah menahan rasa sakit hatiku berminggu – minggu saat melihat kalian bersama... dan sekarang kau mengatakan jika aku menyimpulkan masalah dengan mudah? Apakah rasa sakit hatiku selama ini terdengar seperti lelucon untukmu?" ucap Lauren dengan jari telunjuknya yang diarahkannya tanpa takut ke arah Edward
Emosi Edward memuncak ketika mendengar hal itu. Ia sudah sangat dipusingkan dengan masalah perusahan Carmen dan sekarang ia harus dipusingkan dengan tingkah laku Lauren yang semakin diluar kendalinya.
"Lauren, dengarkan aku! Bukankah sejak awal aku tidak pernah menjanjikan cinta dalam pernikahan ini?!? Kenapa kau harus merasa sakit hati ketika melihatku bersama dengan wanita lain, hah?!" teriak Edward
Lauren tersentak ketika mendengar teriakan Edward itu.
"Jangan pernah mengharapkan cinta dariku! Aku tidak akan pernah memberikan cintaku kepada wanita yang sudah merusak mimpiku dan aku tidak akan pernah ingin melanjutkan keturunanku dengan seorang wanita yang memiliki darah pembunuh sepertimu!"
Deg.
Jantung Lauren seakan – akan berhenti untuk seperkian detik. Ia kehilangan oksigennya. Ia tidak tau bagaimana caranya bernapas.
Lauren mengepalkan kedua tangannya kuat – kuat.
Ia tidak akan menangis. Ia tidak akan menangis. Ia tidak akan menangis.
Lauren merapalkan kalimat jimat itu di dalam hatinya.
"Shit!" Edward mengumpat pelan ketika melihat Lauren yang nampaknya syok dengan kalimat yang baru saja dikatakannya
"Lauren..." panggil Edward lembut sembari mencoba menarik tubuh Lauren ke dalam pelukannya.
Saat melihat tangan kekar itu hendak menarik dirinya. Lauren langsung memundurkan langkahnya.
"Don't touch me!" ucap Lauren dengan nada bergetar
Edward mengerang frustasi dan menjambak rambutnya sendiri. Kenapa semuanya menjadi sesulit ini?!?
"Lauren... maafkan aku... Sungguh, aku hanya tersulut emosi... Aku tidak memiliki niat untuk mengucapkan kalimat itu"
Lauren diam. Matanya menatap Edward dengan tatapan kosong.
"Aku rindu Caesar... Aku merindukan Edward yang dulu" ucap Lauren lirih dengan nada suaranya yang sudah bergetar
"Lauren..." panggil Edward lagi
Lauren membalikkan badannya dan berlari meninggalkan rumah itu. Tangisan yang sedari tadi ditahannya kini sudah tertumpah.
"Lauren!!!"
.
.
Disini ada yang suka sama Claudia, nggak?