Don't Call Me Angel

By verradres

602K 35.6K 31.1K

Angelica Falkner adalah putri dari seorang Menteri Pertahanan Amerika Serikat yang mempunyai dua jati diri ya... More

Prologue
Chapter 1 : Miss A
Chapter 2 : Bodyguard
Chapter 3 : Party
Chapter 4 : Desire
Chapter 5 : Bet Us
Chapter 6 : Give Me A Kiss
Chapter 7 : Hello, My Hero
Chapter 8 : Midnight Memories
Chapter 9 : Don't Touch Her
Chapter 10 : I Care About You
Chapter 11 : Hi Brother
Chapter 12 : Who Is She?
Chapter 13 : The Same Man
Chapter 14 : Broken Angel
Chapter 15 : Angels Don't Cry
Chapter 16 : Bad Karma
Chapter 17 : Angel Effects
Chapter 18 : The Tragedy
Chapter 19 : Just A Game
Chapter 20 : Adore You
Chapter 21 : So Embarrassing
Chapter 22 : Protect Angel
Chapter 23 : Refrain
Chapter 24 : Oh My Angel
Chapter 25 : Dinner Problem
Chapter 26 : Sorry Not Sorry
Chapter 27 : Pervert Boyfriend
Chapter 28 : Falling
Chapter 29 : Other Side
Chapter 30 : Our Breakfast
Chapter 31 : Steal My Girl
Chapter 32 : Boxing Ring
Chapter 34 : Bad Stage
Chapter 35 : Fashion Show
Chapter 36 : Lipstick Stain
Chapter 37 : A Shot
Chapter 38 : Miss You
Chapter 39 : Struggle
Chapter 40 : Tell A Lie
Chapter 41 : Find Out
Chapter 42 : Dating Ideas
Chapter 43 : I Love You
Chapter 44 : Secret Emotions
Chapter 45 : Call You Mom
Chapter 46 : Lonely
Chapter 47 : Disappointment
Chapter 48 : Us and Rain
Chapter 49 : The Proof
Chapter 50 : Hangover
Chapter 51 : Accidental
Chapter 52 : The Solution
Chapter 53 : Start Up
Chapter 54 : Caught
Chapter 55 : He's Scared
Chapter 56 : Irresistible
Chapter 57 : Unexpected
Chapter 58 : The Sooner
Chapter 59 : Important Dinner
Chapter 60 : The Ring
Chapter 61 : Envelope
Chapter 62 : In Bristol
Chapter 63 : Graduate
Chapter 64 : Restless
Chapter 65 : Not Okay
Chapter 66 : Only Human
Chapter 67 : Complicated
Chapter 68 : Stay With Me
SWEET OF BLACKNESS
Chapter 69 : The Future
Chapter 70 : My Everything (END)
Epilogue
BOOK II (SEQUEL)

Chapter 33 : Intimate

8.1K 489 714
By verradres

Warning!

Vomments part ini lebih antusias lagi dari sebelumnya ya.
Happy reading❤️

***

Imajinasi liar Angel mengenai bercinta di atas ring tinju bersama Axel benar-benar dibuat nyata. Ini gila sekaligus luar biasa! Angel selalu menyukai tantangan di dalam hidupnya dan ini merupakan salah satunya. Dengan kancing kemeja yang seluruhnya terbuka dan rok yang disingkap ke atas—setelah celana dalamnya diturunkan—Axel pun memasukan miliknya pada Angel dari arah belakang, dengan posisi sedikit menyamping. Salah satu kaki Angel yang terangkat disangga oleh lengan Axel, lengannya yang lain melingkari tubuh Angel agar semakin merapat padanya.

"Apa rasanya sakit?" Tanya Axel mengkhawatirkan Angel yang sedari tadi tidak melayangkan protes seperti biasanya.

"Tidak. Aku hanya sedang berusaha mengimbangi, rasanya sangat penuh." Angel memiringkan kepalanya menoleh ke belakang untuk melumat bibir Axel. "Ayo, mulai bergerak. Aku siap!"

"Aku akan melakukannya pelan-pelan."

Axel tidak mengingkari ucapannya. Gerakan Axel yang terlampau pelan dan menggoda, ditambah miliknya yang terasa sesak dan kakinya yang mulai pegal, membuat Angel merasa jika semua ini tidak perlu lagi dibuat lamban. Dia bisa semakin gila!

"Bisa dipercepat, Axel? Kau menyikasiku."

"Kau serius? Apa tidak akan sakit?"

"Ya, serius. Sakitnya juga sakit nikmat, jadi tidak masalah. Ayo cepat, Axel."

Axel terkekeh melihat Angel yang tidak kalah bergairah darinya. "Apapun untukmu, sayang."

Kecupan kembali mendarat pada telinga hingga rahang Angel. Hal itu semata-mata Axel lakukan agar Angel teralihkan dari rasa sakit akibat gerakannya yang cepat. Tangan Angel yang mencengkram kuat lengannya dan pembatas ring sudah menjadi bukti bahwa Angel tidak bisa menyangga tubuhnya sendiri akibat kakinya yang semakin lemas.

"Axel!" Pekik Angel.

"Sakit?"

"Ya." Ucapnya, namun ketika Axel menghentikan gerakannya, Angel mencubit keras lengannya yang berkeringat. "Kenapa berhenti? Aku tidak memintamu untuk berhenti. Jangan nanggung, kau ingin membuatku gil..—hmmmpp."

Mendengar kemarahan Angel bukan sesuatu yang ingin Axel dengar, dia lebih ingin mendengar desahan Angel meneriaki namanya. Semakin lama, pergerakannya semakin membuat Angel nyaman. Terbukti erangan demi erangan keluar dari bibir seksinya. Hingga pada akhirnya, Axel lah yang meneriaki nama Angel ketika mencapai titik puncaknya terlebih dahulu. Di susul Angel beberapa saat kemudian. Tubuh mereka ambruk, terduduk di atas ring dengan posisi Angel yang bersandar pada dada bidang Axel.

"Posisi berdiri lebih menguras tenaga ternyata." Kata Angel dibalik napasnya yang naik turun. "Bercinta di atas ring tinju bukan sekedar imajinasi lagi untukku, kau mewujudkannya."

"Apa kau menyukainya?"

Angel mengangguk. Kemudian Axel mengecup puncak kepalanya.

"Baguslah. Bercinta bersama pasangan yang terpenting adalah kenyamanan dua belah pihak. Maaf jika sempat membuatmu sakit, sayang."

Memutar posisi tubuh secara perlahan, Angel pun melingkarkan kakinya di pinggang Axel sembari menikmati bibir merah muda milik kekasihnya. Salah satu yang tidak dia sukai dari poisisi itu adalah dia yang tidak bisa menatap wajah tampan Axel ketika menemukan pelepasannya. Angel tidak pernah menjatuhkan standar pria yang bisa menjadi kekasihnya namun Axel terlampau jauh dari kata sempurna, dia sangat amat sempurna. Katakan Angel bucin, dia tidak masalah.

"Apa kau masih meminum pil pencegah kehamilan?"

"Aku masih rutin meminumnya. Kenapa? Kau khawatir aku hamil karena kita tidak pakai kondom?"

Axel tersenyum miring sambil menyatukan hidung mereka. "Aku malah ingin punya satu dulu sebelum kita memproduksi sebelas."

"Kau mau punya anak? Sekarang? Serius?!" Mata Angel mendadak melotot. Bukannya dia tidak mau hanya saja memiliki anak adalah tanggung jawab yang sangat besar. Dan Angel merasa dirinya belum cukup baik untuk menjadi seorang Ibu. Dia ingin memiliki anak, bersama Axel tentu saja, tapi disaat dia sudah merasa mampu dan siap.

"Tidak. Tidak. Aku hanya bercanda." Axel mencubit pipi Angel, gemas melihat ekspresi yang Angel tunjukan. "Semua orang memiliki target dalam hidupnya. Aku tahu masih banyak mimpi yang ingin kau gapai dan aku tidak mau mematahkan itu dengan mendesakmu untuk menghasilkan sebelas anak secara terburu-buru."

Angel tidak menyukai gagasan sebelas anak namun dia terkesima dengan gagasan Axel yang terdengar sangat dewasa. "Apa mimpimu kalau aku boleh tahu?"

"Menikahimu." Axel mengacungkan telunjuknya di depan bibir Angel ketika tahu gadis itu akan menuduhnya merayu atau sedekar membual. "Aku serius, jika cincin pemberianku melingkar di jari manismu, tidak ada satu orang pun berkesempatan merebutmu dariku."

Angel tersipu menyadari ucapan Mr.Darrel beberapa saat yang lalu ternyata cukup mengganggu pikiran Axel. Haruskan Angel berterimakasih pada Asisten Dosen itu? Karena Angel tidak akan tahu betapa takutnya Axel kehilangan dirinya jika iteraksi beberapa saat lalu tidak terjadi.

"Aku mencintaimu, Axel." Ucap Angel terlebih dahulu.

Kini giliran Axel yang tersipu. Ini adalah ungkapan cinta Angel untuk yang pertama kali—walau sebelumnya gadis itu senang menebar kata cinta untuk menggodanya—namun sensasi kali ini terasa berbeda. Axel bisa merasakan betapa tulusnya Angel mencintai dirinya dari tatapan matanya. Tangan Axel menangkup kembali pipi Angel, menariknya mendekat dan kembali menautkan kedua bibir mereka.

"Hai. Apa yang sedang kalian lakukan disini?"

Oh sial. Itu suara Brady! Angel menarik diri terlebih dahulu. Matanya membulat saat Axel langsung memeluk Angel untuk menyembunyikan tubuh gadis dengan pakaian yang serba berantakan itu dari pandangan orang lain. Enak saja, hanya Axel yang boleh melihatnya!

***

San Francisco, 2 days later.

Setibanya di hotel yang akan mereka gunakan sebagai tempat menginap untuk tiga hari ke depan, Angel memeriksa dua ID Card kamar hotel yang Kansa fasilitasi untuk dirinya. Yang Kansa tahu, Angel hanya diantar oleh Axel sebagai bodyguard yang selalu menemaninya kemana pun. Namun nyatanya Angel juga mengajak sahabat karibnya, Liliana Harris—yang sejak jauh-jauh hari sudah ngebet ingin menonton American Fashion Forward secara langsung, apalagi yang akan menjadi model utamanya adalah Angelica Falkner, rasa ngebet Liliana semakin meningkat drastis.

Angel cukup terkejut karena Kansa juga bekerja sama dengan agensi model ternama untuk menggunakan jasa mereka sebagai model tambahan. Dan dia tidak menyangka, perempuan yang cukup dia benci itu masih berminat menjadikannya sebagai model utama. Terdengar aneh tapi pesona kecantikan dan kemolekan tubuh yang Angel miliki memang tidak bisa dilawan, bahkan oleh para model profesional sekali pun. Jadi disini Kansa lah yang beruntung bisa bekerja sama dengannya, bukan sebaliknya. Bukankah begitu?

"Kau serius akan memberikan  fasilitas kamar VIP untukku? Sendirian?" Tanya Liliana menatap ID Card yang ada di tangan kanannya.

"Kalau tidak tidur sendirian, kau pikir aku akan memberikanmu kesempatan untuk tidur bersama Axel? Enak saja! Lebih baik aku yang berbagi kamar dengannya." Dumel Angel tanpa jeda lantas dia berbisik di dekat telinga Liliana. "For your information, tidur berdua dengan pacar itu lebih enak loh dari pada tidur sendiri."

Liliana mendengkus sebal sambil mengeret kopernya menuju kamar hotel miliknya. Dari pada kupingnya semakin panas mendengar kesombongan Angel yang memiliki kekasih, orang jomblo lebih baik pergi tidur dan masuk ke alam mimpi. Siapa tahu Bryan tiba-tiba hadir. Mimpi!

"Sahabatmu sepertinya marah. Kau bilang apa padanya?"

Axel akhirnya angkat suara setelah menyaksikan gerak-gerik dua perempuan itu. Dia membawa tas ransel miliknya di punggung, tas jinjing Angel di tangan kirinya dan koper Angel di tangan kanannya. Hanya menginap tiga hari namun barang Angel seperti orang yang mau pindah rumah.

"Dia mau tidur denganmu."

"Ha? Jangan asal bicara!"

Angel tidak menanggapi, dia membuka pintu kamar hotelnya dengan ID Card sebelum merebahkam tubuhnya di atas kasur berukuran king size itu. Oke, Angel akui jika Kansa cukup hebat bisa membooking dua lantai pada hotel mewah ini untuk para model yang akan mengisi pergelarannya. Demi Tuhan. Kansa si perempuan lemah nan cengeng itu benar-benar designer berprestasi ya?

"Apa kau ingin istirahat?" Tanya Axel setelah meletakan seluruh tas dan kopernya di dekat sofa. Dia melepaskan kausnya yang sedikit basah akibat keringat sebelum bergabung di sebelah Angel.

Baik. Otak Angel sudah cukup lelah selama perjalanan. Dan pukul empat sore bukanlah waktu yang tepat untuk bercinta. Gerah dan panas, kendati pendingin ruangan sudah berada pada suhu terendah namun tubuh atlestis Axel yang tidak terbalut apapun di sebelahnya benar-benar membuat Angel terbakar. Sial! Kenapa harus buka aurat sih? Mereka bahkan baru sampai dan Angel sudah basah. Ck.

"Angel."

"Apa?"

"Kau sedang bicara dengan plafon?" Tanya Axel, mengarah pada sindirian karena Angel tidak menatapnya. "Apa plafon kamar hotel ini lebih menarik perhatianmu dibandingkan orang yang sedang berbicara di sebelahmu?"

Tuh kan. Angel menghela napas, dia mendudukan dirinya masih enggan menoleh pada Axel yang bisa membuatnya mendadak khilaf. "Aku mau mandi dulu sebelum istirahat."

"Boleh bergabung?"

"Tidak! Maksudku..—Ya ampun, Axel kalau mau jatah nanti malam saja, aku sedang lelah."

"Kalau cium boleh?" Axel ikut bangkit, dia berdiri di depan Angel sambil menghusap wajah Angel yang sedikit kusut. "Jadi dimana diperbolehkan? Di bibir atau di pipi?"

Angel tidak bisa menahan diri. Logikanya menolak namun hormon bicthy-nya semakin meledak-ledak saat merasakan sentuhan Axel pada kulitnya. Axel berhasil karena Angel lah yang kemudian berjinjit untuk menggapai bibir Axel dan melumatnya. Tangan Angel juga tidak bisa diam, dia menyentuh seluruh bagian tubuh Axel tanpa terkecuali. Kalau sudah begini, yakin hanya bisa berhenti dengan ciuman saja? Astaga, dasar pacar kurang ajar!

TING. TONG.

Dan disaat Angel sudah terkabut gairah. Siapa yang berani-beraninya menekan bel kamar mereka?!

TING. TONG.

"Brengsek!" Pekik Angel kesal. Walau demikian dia harus memutuskan tautan bibirnya untuk membukakan pintu kamar. Demi Tuhan. Jika orang itu adalah Liliana, Angel tidak akan segan-segan menendangnya kembali ke Washington.

"Kau bisa langsung istirahat tanpa mengganggu kami yang sedang...—Kansa?" Angel mengentikan omelannya ketika menyadari dia salah orang. Yang menekan bel kamar hotelnya bukan Liliana tapi Kansa. Mau apa dia?

"Maaf, jika aku mengganggu waktu istirahatmu, Angel. Ada beberapa hal yang aku ingin sampaikan padamu terkait dengan acara. Jadi bisa kita mengobrol sebentar?"

"Bisa. Dimana?"

"Berhubung aku ada disini. Bagaimana jika di dalam kamarmu saja?"

"Yakin?" Tanya Angel mengarah pada perasaan Kansa yang bisa saja hancur jika melihat Axel dengan tubuh shirtlessnya yang seksi sedang berbaring di atas kasur. Ketika Kansa mengangguk yakin, Angel pun membukakan pintu kamarnya lebih lebar. Toh, Kansa sendiri yang membuat dirinya patah hati, ini bukan keinginan Angel.

Angel mengikuti langkah kaki Kansa setelah menutup pintu dan ketika perempuan di depannya itu mendadak berhenti, Angel paham pemandangan apa yang sedang dia saksikan saat ini. Tuh kan, pacarnya masih buka aurat! Axel yang cukup terkejut pun bangkit dari posisi berbaringnya, buru-buru memungut kaus dan menggunakannya. Bagus! Kalau Kansa memandangi Axel lebih lama dia bisa ngeces di tempat.

"Axel." Ujarnya, suaranya sedikit bergetar. Lantas dia melirik Angel sejenak. "Kenapa Axel ada disini? Bukankah aku sudah menyiapkan dua kamar untuk kalian?"

"Ah ya, aku lupa mengatakan jika aku mengajak sahabatku untuk ikut. Jadi kamar yang semula untuk Axel, aku berikan padanya. Lagi pula apa yang salah? Satu kamar untuk sepasang kekasih itu wajar kan?"

Kansa terdiam. Angel bahkan bisa mendengar beberapa kali helaan napas yang keras. Sudut bibirnya kemudian tertarik namun siapapun yang melihatnya pasti tahu jika itu adalah senyum palsu. Oh kasihan!

"Aku bisa memesankan satu kamar lagi untuk Axel. Aku memiliki akses untuk...—"

"Tidak perlu. Ya kan, sayang?" Angel menggerjapkan matanya memberi sinyal pada Axel.

"Aku disini saja bersama Angel. Lagi pula hanya tiga hari." Balas Axel. Nyatanya setelah pertemuan terakhir mereka di rumah Kansa, Axel sama sekali tidak pernah berbicara pada perempuan itu lagi. Dia merasa cukup jahat namun itu memang cara terbaik untuk membuat Kansa mandiri dengan hidupnya dan berhenti menjadikan Axel sebagai tujuan hidup. "Apa kalian butuh ruang untuk bicara? Kalau begitu aku akan keluar..—"

"Disini saja. Mau kemana sih? Yang tadi kan belum selesai."

"Ya sudah, aku disini kalau begitu." Jawaban Axel membuat Angel tersenyum. Dia menarik lengan Axel untuk di ajak duduk di sofa berwarna putih tulang. Menyadari Kansa masih melamun di tempat, Angel pun berdeham pelan.

"Duduklah, Kansa. Bukankah kau ingin menyampaikan sesuatu padaku."

Kansa mendudukan diri di depan Angel. Matanya tidak bisa berhenti mengamati tangan Axel yang mengamit jemari Angel di pangkuannya. Selama ini dia bahkan tidak pernah diperlakukan seistimewa itu. Mengapa Angel sangat beruntung?

"Panas ya? Wajahmu tampak merah. Tapi ini sudah suhu terendah kok." Angel melempar sindirian. Panas? Ya, tentu saja hati Kansa panas melihat dirinya bermesraam drngan Axel. Entahlah sepertinya Kansa terlalu lugu untuk mengerti apa yang Angel bicarakan alih-alih Axel yang duduk di sebelahnya sudah menendang kecil kaki Angel di bawah meja meminta untuk tidak berbasa-basi lagi. "Jadi ada apa, Kansa?"

"Aku ingin memberikan undangan ini untuk acara GR besok siang. Segala macam perlengkapan dan keperluannya sudah diperiapkan, kau hanya perlu datang saja." Kansa memberikan lembaran pada Angel. Melihat betapa kusutnya undangan itu, Angel bisa menebak Kansa melampiaskan kecemburuannya dengan meremas lembaran ini di tangannya. "GR dimulai jam dua belas siang. Jangan sampai terlambat."

"Oke. Terimakasih."

"Ah ya, kau akan mengenakan tiga gaun dengan model yang berbeda. Aku tidak bisa menunjukannya padamu sekarang. Tapi jika kau perlu bayangan ada gaun bermodel One shoulder dress, Ballgown dress, dan Corset dress. Mungkin gaun terakhir akan sedikit mengekspos lekuk tubuhmu di beberapa bagian."

"Tidak masalah. Aku akan bersikap profesio..—"

"Seberapa terbuka gaun yang terakhir itu?" Axel memotong ucapan Angel terlebih dahulu. Dari sorot matanya yang tajam, Angel tahu jika pria itu tidak suka gagasan gaun terakhir yang Kansa sebutkan. Axel bisa berubah jadi pacar over protektif begini hanya karena sebuah pakaian? Astaga, lucunya! Angel jadi gemas ingin cepat-cepat menciumnnya.

"Tidak berlebihan untuk ukuran model profesional yang memiliki sepak terjang cukup jauh. Jadi berhubung Angel baru memulai, aku rasa penampilannya kali akan menarik perhatian dunia. Terlebih lagi dia cantik, pustur tubuhnya sangat ideal ditambah lagi nama belakang yang membuatnya dikenal semua orang. Aku rasa gaun terbuka tidak menjadi masalah bukan jika timbal baliknya adalah Angel yang akan mendapatkan banyak pujian?"

Angel tersenyum miring mendengar jawaban Kansa pada Axel. Setelah dipikir-pikir mereka berdua tampak sedikit berbeda hari ini, tidak seintim biasanya. Apa yang sebenarnya Angel lewatkan?

"Kau benar. Itu bukan masalah besar."

Genit, Angel mendekatkan wajahnya pada telinga Axel sembari berbisik. "Apa yang kau khawatirkan? Itu hanya persoalan gaun. Kau bahkan bisa melihatku telanjang tiap malam, sayang."

"Jangan membuatku ingin memakanmu di depan orang lain."

"Siapa yang kau sebut orang lain? Kansa? Oh teganya bajingan ini! Dia itu sahabat kesayangamu, adikmu, teman tapi mes..—"

"Aku rasanya hanya itu yang ingin aku sampaikan. Kalau begitu aku permisi. Selamat beristirahat." Kansa bangkit berdiri dengan raut muka menahan sedih sekaligus kesal. Namun belum sampai lima langkah, Kansa kembali terdiam di tempat. Dia memegangi kepalanya sendiri dengan kedua mata terpejam. Apalagi sekarang? Dia sedang akting ya?

Pemikiran Angel tidak sepenuhnya salah. Kansa nyaris mencium lantai jika saja Axel tidak bangkit dan menahan tubuh Kansa dari arah belakang. Bak seorang pahlawan, Axel memang selalu hadir di saat seseorang mengalami sesuatu yang buruk. Tapi Angel tidak yakin jika Kansa benar-benar mengalami sesuatu yang buruk. Bukankah tadi dia baik-baik saja, mengapa sekarang dia mendadak sekarat? Jika ini adalah salah satu modus untuk mengalihkan perhatian Axel darinya, Angel tidak tinggal diam.

"Kau okey?" Tanya Axel masih dengan tangan melingkar di tubuh Kansa. "Jika sudah seperti ini kau pasti lupa meminum obatmu. Ya kan?!"

Kansa mengangguk lemah. Walau dibentak tapi dia merasa bahagia karena itu artinya Axel masih memperdulikannya. "Kepalaku sedikit pusing. Sepertinya aku tidak akan bisa sampai kamar."

Kuping cepat tanggap Angel menangkap kode keras Kansa kepada Axel. Kansa minta digendong. Itu kan yang dia mau? Cih. Angel semakin yakin jika Kansa hanya pura-pura sakit. Dasar genit!

"Kau tidak bisa berjalan ya?" Angel nimbrug, menarik Axel menjauh kemudian memegangi bahu Kansa dengan kedua tangannya. Kulit pucat Kansa dingin sekali. Dan ini tidak mungkin bagian dari aktingnya. "Berhubung kau sudah repot-repot mendatangiku kemari. Bagaimana jika aku yang membantumu berjalan menuju kamar?"

"T-tidak usah repot..—"

"Tidak merepotkan. Santai saja. Aku hanya ingin membantu, kau pasti sangat kelelahan menyiapkan pergelaran ini apalagi setelah melewati perjalanan cukup panjang." Ya. Lebih baik direpotkan dari pada melihat Axel menggendong Kansa di depan matanya. Angel tidak akan terima. Angel melirik Axel di belakangnya, pria itu tersenyum manis pada Angel, entah apa maksudnya. "Tunggu disini sebentar ya. Aku ingin mengantar Kansa."

"Ya, sayang. Aku tunggu."

Axel mengacak kecil rambut Angel sebelum dua perempuan itu melangkah perlahan menuju pintu kamar. Katakan Angel jahat, tapi melihat Kansa yang seperti menahan tangis di sebelahnya membuat Angel merasa puas. Sejauh ini sudahkan Kansa sadar diri?

"Angel." Panggil Kansa ketika mereka sampai pada koridor hotel yang sore ini cukup sepi. "Aku mencintai Axel. Tolong kembalikan dia padaku."

Tunggu. Apa dia bilang? Sial! Perempuan ini tidak punya otak atau bagaimana sih? Mana ada perempuan mau menyerahkan pacarnya pada orang lain.

***

Axel Addison

Angelica Falkner

Kansa Durant

Hai para bucinnya Axel-Angel, jawab yah👇🏻

• Kadar bucin Axel-Angel? Udah 50 : 50 kah sekarang?

• Satu kata untuk Kansa? Bosen denger hujatan sekali-kali mau tau sisi baik Kansa dimata kalian dong😊

105+ VOTES & 470 COMMENTS FOR NEXT!
Thankyou💕 - V

Continue Reading

You'll Also Like

76.3K 3.8K 18
Aku ingin jadi dewasa. Tapi dimata ketujuh oppaku, aku tetaplah adik kecil mereka...
724K 46.5K 48
#1 in Boss [15 Juni 2021-...] [Boss projects 2] Gara-gara Bebek yang melintas ke tengah jalan dengan nggak nyantainya,Renata harus rela menjadi Asist...
1.5M 13.9K 24
(βš οΈπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žβš οΈ) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. β€’β€’β€’β€’ punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...
359K 9.5K 48
|Warning! Jangan heran apalagi kaget kalo tiap naik bab akan nambah pula tiap katanya. Note: part pertama sedikit dan part terakhir paling banyak| ⚠C...