Geledug!
Bunyi petir yang saling bersahutan membuat Edward tak bisa fokus dengan kegiatan membacanya. Matanya menatap ke arah air di kolam privatnya yang memantulkan sinar petir yang dasyhat.
Untunglah Edward langsung meninggalkan acara makan malam itu, jika tidak, Edward tidak yakin bahwa dirinya bisa kembali ke hotel dengan keadaan pakaiannya yang masih kering.
"Hujan..." gumam Edward saat dirinya menatap rintik – rintik air telah terjatuh dari langit dan menubruk air tenang yang ada di kolam itu.
Tes... tes... tes... tes...
Awalnya hanya setetes – setetes saja, kini, hujan sudah mengguyur Bali.
Tangan Edward terulur untuk menaikkan pemanas kamarnya. Setelah Edward merasa bahwa suhu di kamarnya sudah menghangat, pria itu langsung menutup bukunya. Ia tak bisa membaca disaat – saat seperti ini.
Tangannya terulur untuk mematikan lampu kamar itu. Dengan pikiran yang sudah kosong, Edward memperbaiki posisi tidurnya dan menaikkan selimut.
Tok...Tok..Tok...
Baru saja Edward hendak pergi ke dunia mimpi, tapi suara ketukan di pintunya membuat dirinya terusik. Awalnya, Edward hanya mengabaikan ketukan pintu itu. Mungkin saja orang yang mengetuk pintu itu adalah pelayan yang ada di hotel ini.
Tok.. Tok.. Tok.. Tok.. Tok..
Edward mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres ketika suara ketukan di pintu kamarnya semakin menguat dan tidak beraturan.
Dengan langkah cepat, Edward bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju pintu kamarnya.
"Alan?" panggil Edward binggung saat dirinya tengah menatap sosok yang sedari tadi mengetuk pintunya.
Pandangan Edward langsung tertuju pada pakaian Alan yang sudah basah kuyup. Apakah pria itu baru saja keluar dari hotel ini?
"Ada apa?" tanya Edward saat dirinya mendapati aura kepanikan dari diri Alan
"Apakah nona Lauren bersama anda, tuan?" tanya Alan to the point
"Lauren? Tidak... Bukannya dia sedang ada di kamarnya?" tanya Edward binggung sembari mengernyitkan dahinya
Alan menghela napasnya dengan kasar.
Jika saja pria yang berada di hadapannya ini bukanlah tangan yang telah memberikannya sesuap nasi, mungkin Alan sudah bisa menghajarnya habis – habisan. Bagaimana bisa pria itu tinggal dengan nyaman di kamar hotel sedangkan dirinya tidak tau dimana keberadaan istrinya, saat ini.
"Nona Lauren sedang tidak ada di kamarnya. Tadi saya hendak menghantarkan hot cream pada nona Lauren karena nona Lauren selalu merasa kedinginan saat hujan, tapi saat saya membuka pintu kamarnya, nona Lauren tidak ada di tempat" jelas Alan
Mata Edward sedikit melebar saat mendengar ucapan Alan.
Terakhir kali, Edward tanpa sengaja melihat Lauren tengah berada di pantai. Apakah istrinya itu masih ada di pantai itu? Tapi, mana mungkin! Sudah jelas – jelas Edward menyuruhnya untuk pergi.
Ya, Edward sudah menyuruhnya untuk pergi.
Wait! Sepertinya, ada yang sudah Edward lewatkan!
"Sepertinya aku tau dia ada dimana, kau siapkan lah mobil, kita akan berangkat ke Pantai Jimbaran" perintah Edward pada Alan.
"Baik tuan" ucap Alan patuh
Dengan sedikit berlari, Alan menuju ke parkiran hotel yang ternyata menghabiskan waktu 10 menit bagi Alan untuk mencapainya dan Edward pun mengikuti pria itu dari belakang.
"Silahkan, tuan" ucap Alan sopan sambil membukakan pintu mobil berwarna silver untuk Edward. Meskipun kini Alan dilanda dengan rasa kekhawatiran yang sangat besar, namun ia tak melupakan kewajibannya untuk melayani tuannya.
Setelah memastikan Edward telah memasuki mobil, Alan langsung berlari – lari kecil untuk masuk ke kursi pengemudi. Tanpa memperdulikan apapun, Alan langsung melajukan mobil itu dengan kecepatan yang tinggi.
"Kenapa hari ini kau tidak mengawasinya?" tanya Edward tiba – tiba pada Alan.
Jujur, Edward sedikit kecewa dengan tindakan Alan ini. Edward membawa Alan untuk ikut ke Bali agar pria itu dapat menjaga dan memantau Lauren selama 24 jam penuh
"Maafkan keteledoran, saya, tuan" ucap Alan
Edward menghela napasnya dengan kasar. Matanya menatap derasnya hujan yang turun dari langit, hal itu membuat Edward memikirkan tentang bagaimana keadaan Lauren saat ini.
Lauren adalah tipe orang yang sangat tidak tahan dengan udara dingin. Edward masih ingat, bibir biru dan wajah pucat wanita itu ketika wanita itu rela menunggu kedatangan Edward di pintu pagar rumah mereka.
Sial!
Meskipun Lauren memiliki temperamen yang kasar, tetapi wanita itu tetaplah seorang wanita yang rapuh. Edward tak tau, entah sampai kapan wanita itu berpura – pura kuat dan tegar.
"Tuan, kita telah sampai"
Ucapan Alan itu membuat Edward tersentak. Matanya langsung menatap Alan yang kini telah membuka pintu mobilnya dan sedang memegang payung
"Aku bisa pegang ini sendirian" ucap Edward sembari keluar dari mobilnya dan memegang payung berwarna hitam yang sedari tadi dipegang oleh Alan.
Alan hanya mengangguk patuh.
Setelah mendapatkan payung itu, Edward langsung menjalankan kakinya dengan tergesa – gesa menuju ke pos jaga yang ada di sekitar pantai itu. Hati Edward semakin resah saat matanya memandang ombak yang terlihat bergulung – gulung karena hujan deras ini.
"Ada apa, tuan? Kenapa kalian kemari disaat – saat hujan seperti ini?" tanya seorang pria yang Edward yakini sebagai penjaga pantai ini
"Kami sedang mencari seorang wanita. Apa kau ada melihat seorang wanita disini?" tanya Edward tergesa – gesa
"Seorang wanita? Apa tuan – tuan memiliki fotonya?" tanya pria itu lagi
Shit!
Edward memaki dirinya sendiri saat dia menggingat bahwa ponselnya tertinggal di kamar hotel. Edward masih ingat, di dalam galeri ponselnya itu masih tersimpan foto pernikahan mereka satu tahun yang lalu
"Ini... ini fotonya..." ucap Alan tiba – tiba sembari mengeluarkan sebuah foto cetak berukurn 5 x 5 dari dompet kulitnya yang berwarna hitam
Sekilas, Edward memerhatikan foto itu. Di foto itu, nampak Lauren tengah tersenyum bahagia sambil memegang gulali berwarna merah jambu. Kapan foto itu diambil? Jika dilihat dari kondisi Lauren di foto itu, sepertinya foto itu diambil beberapa bulan yang lalu. Nampaknya, Edward sudah melewatkan banyak hal tentang Lauren dan Alan.
Rahang Edward langsung mengeras saat memikirkan bahwa akan ada kemungkinan jika Lauren memutuskan untuk berselingkuh dengan Alan.
"Ini, ya? Ah! Saya ingat!" ucap pria itu sembari menatap foto Lauren lekat – lekat
Edward langsung melupakan rasa kemarahan dan kekesalannya ketika pria itu mengucapkan hal tersebut.
"Apa kau ada melihatnya?" tanya Edward tergesa – gesa
"Ya! Dia adalah turis cantik yang sangat menarik perhatian siapa saja yang melihatnya, aku tak mungkin salah mengenalinya. Terakhir kali, aku melihatnya meninggalkan pantai ini bersama dengan seorang pria berambut pirang" tutur pria itu
Rahang Edward kembali mengeras.
Pria berambut pirang? Edward yakin bahwa pria itu adalah pria yang terakhir kali bersama Lauren di pantai.
"Lalu, bagaimana selanjutnya?" tanya Alan yang semakin merasa khawatir dengan keadaan Lauren
"Saya tidak tau. Tadi sore, kami telah mengosongkan pantai ini untuk umum karena ada seorang pria yang telah memesan seluruh tempat di pantai ini" jelas pria itu lagi
"Pria brengsek!" maki Alan pada pria yang telah memesan seluruh tempat di pantai ini
Edward yang mendengar umpatan Alan itu langsung menolehkan wajahnya ke arah Alan. Bukankah pengawal Lauren itu baru saja menghina Edward? Meskipun ia menghina Edward secara tidak langsung, tapi... tetap saja Edward merasa terhina
"Kenapa kau menghina pria itu? Bukankah dia hanya menyewa tempat ini?" tanya Edward yang merasa tak suka dengan makian Alan tadi
"Maafkan saya tuan, tapi jujur, saya sangat merasa kesal dan marah kepada pria itu. Jika saja pria itu tidak menyewa pantai ini, mungkin saja nona Lauren tidak akan meninggalkan pantai ini bersama dengan pria yang tidak dikenalnya" jelas Alan
Edward diam. Apa yang dikatakan oleh Alan itu memang benar. Jika saja Edward tidak memesan seluruh tempat di pantai ini dan tidak menyuruh Lauren untuk pergi, pasti kini, wanita itu sudah tertidur pulas di kamar hotelnya.
"Pak... Pak... Pak!!!"
Seorang pria yang diperkirakan Edward masih berumur sekitar 18 tahun tiba – tiba datang ke pos itu sambil memanggil – manggil pria penjaga pos itu dengan rasa ketakutan yang luar biasa
"Ada apa?" tanya pria penjaga pos itu
"Pak, tadi kami menemukan seorang orang yang tengah hanyut. Sepertinya, orang itu dibawa arus dari pantai sebelah!" terang anak remaja itu
Geledug!
Suara petir yang tiba – tiba menyambar membuat segalanya menjadi sangat dramatis.
"Pakaian! Bagaimana pakaian orang itu?" tanya Edward dengan jantungnya yang sudah berdegub kencang.
Edward mendoktrin dirinya bahwa orang yang tengah hanyut itu bukanlah Lauren.
"Orang itu memakai baju corak putih dan biru"
Edward ingin menulikan telinganya dari fakta itu, tapi fakta itu terlalu kuat. Ia yakin, orang yang tengah hanyut itu adalah Lauren, istrinya.
.
.
Laurenkuuu :(