"Selamat pagi, tuan" ucap salah satu pelayan yang sedang mempersiapkan sarapan di meja makan saat melihat Edward berjalan ke arah meja tersebut
Edward menanggapi ucapan pelayan itu dengan sebuah anggukan kecil. Kemudian tangannya menarik salah satu kursi di meja makan itu dengan gerakan pelan.
"Selamat pagi, tuan" ucap Alan yang tanpa sengaja melewati Edward
Edward mengganggukkan kepalanya pelan. Sejenak, dia merasa penasaran dengan kedatangan Alan. Jika Alan berada di rumahnya, berarti Lauren membutuhkannya. Tapi, bukankah ini terlalu pagi bagi Lauren untuk memanggil Alan?
Edward menatap jam tangan berwarna silver yang menggantung kokoh di tangannya. Sebuah kernyitan langsung menghiasi keningnya saat melihat jam di tangannya masih menunjukkan pukul 07. 40 AM. Setau Edward, Lauren adalah sangat jarang sekali bangun pagi atau Lauren selalu bangun pagi tapi selalu saja turun untuk sarapan saat matahari mulai menyengat kulit. Entah apa yang dilakukan oleh wanita itu dikamarnya.
"Apakah Lauren memintamu untuk datang?" tanya Edward dengan nada dingin, ia bersikap seolah – olah ia tidak tertarik dengan pembicaraan yang dibukanya itu
"Tidak tuan" jawab Alan jujur
Sebenarnya, kedatangan Alan saat ini adalah untuk memastikan bahwa nonanya itu baik – baik saja dan tidak melakukan hal – hal ekstrim. Alan tau betul betapa terguncangnya keadaan mental nonanya itu saat ia tau bahwa dirinya telah membunuh sebuah janin dengan keji.
Jika bukan karena Lauren yang memintanya untuk meninggalkan Lauren, Alan tak akan pernah mau meninggalkan Lauren. Alan sangat takut jika Lauren akan terkena tekanan mental sehingga melakukan hal – hal ekstrim seperti membunuh dirinya sendiri, sama seperti saat dirinya merasa tertekan di awal pernikahannya dengan Edward
"Lalu, untuk apa kau kesini?" tanya Edward yang cukup terkejut dengan jawaban Alan.
Jujur, pagi ini, Edward sedikit tertarik untuk mendengarkan tentang Lauren. Edward masih binggung dan sedikit mengkhawatirkan istrinya itu. Semalam istrinya itu pulang tengah malam dengan kondisi yang sangat kacau. Edward tak pernah melihat istrinya itu sekacau itu.
"Bukankah sudah tugas saya untuk selalu berada di samping nona Lauren?" tanya Alan dengan sopan
Sebisa mungkin, Alan tak ingin mengatakan hal – hal yang bisa memancing rasa penasaran Edward tentang apa yang terjadi pada Lauren semalam. Alan tau benar, nonanya itu tak pernah ingin terlihat lemah di wajah suaminya
"Oh... I see" ucap Edward dengan datar, seolah – olah ia kecewa dengan jawaban yang diberikan Alan kepadanya
"Selamat pagi, nona" ucap Alan sambil setengah menundukkan badannya saat melihat Lauren tengah berjalan menuruni tangga
Edward mendongakkan wajahnya untuk menatap Lauren
Salah satu alisnya terangkat saat melihat penampilan Lauren yang tak terlihat seperti biasanya. Biasanya, istrinya itu terlihat sangat glamour, elegan dan berkilau, meskipun dirinya baru bangun tidur. Namun kini? Istrinya itu terlihat seperti baru saja kehilangan kehidupannya
Wajahnya datar dan pucat dengan tatapan kosong, tubuh indahnya hanya dibalut dengan kimono mandi, kakinya yang biasanya memakai alas kini tak memakai alas apapun. Sebenarnya, apa yang telah terjadi pada Lauren?
"Silahkan, nona" ucap Alan sopan sambil menarik salah satu kursi meja makan yang berada di sebrang kursi Edward
Pelayan yang bertugas menyiapkan sarapan langsung mempersiapkan berbagai jenis makanan di hadapan Lauren. Lauren menatap makanan – makanan itu dengan datar, dia sama sekali tak berminat untuk makan
"Izinkan saya, nona?" pinta Alan yang langsung dibalas dengan sebuah anggukan dari Lauren
Dengan telaten, Alan menyelipkan serbet makan di dada Lauren. Sebisa mungkin, ia menjaga tangannya untuk tidak menyentuh dada Lauren yang sedikit terbuka itu
"Nanti malam, aku akan menemui rekan bisnisku di sebuah klub" terang Edward sambil menatap Lauren yang sedang memperhatikan makanan di hadapannya dengan tatapan datar
"Kali ini, kau tidak harus ikut denganku. Kondisimu saat ini sedang kacau" lanjut Edward lagi
Mendengar ucapan Edward itu, Lauren mendongakkan wajahnya dan menatap Edward dengan kedua alisnya yang sedikit naik.
"Kurasa, malam ini, aku bisa mengatasi mereka" lanjut Edward lagi
Lauren mengganggukkan kepalanya pelan dan kembali memfokuskan perhatiannya pada makanannya
"Alan, tolong buang ini" ucap Lauren dengan datar sambil menatap sebuah piring berisi telur dadar yang telah diolesi dengan saus.
"Pardon me, miss?" tanya Alan terkejut
Tak hanya Alan saja yang terkejut, Edward juga lumayan terkejut saat mendengar ucapan Lauren tersebut. Setau Edward, wanita itu sangat suka memakan telur dadar yang dilumuri saus saat sarapan.
"Aku tak suka jika harus mengulangi perkataan yang sama untuk kedua kalinya" ucap Lauren sambil memalingkan pandangannya dari piring itu.
Saat melihat telur berlumur saus itu, entah kenapa rasanya Lauren hendak muntah. Dia membayangkan saus itu adalah darah. Ini gila!
"Baik, nona" ucap Alan patuh sambil mengangkat piring itu dan menjauhkannya dari pandangan Lauren
"Kukira kau sangat menyukai makanan itu" celetuk Edward tanpa menatap Lauren
"Semua orang memiliki batas waktu rasa sukanya kepada sesuatu. Ada yang dapat menyukai sesuatu dalam waktu yang cepat dan melupakannya dalam waktu yang cepat pula, namun ada juga yang dapat menyukai sesuatu secara perlahan tetapi tak bisa melupakannya secara perlahan" ucap Lauren dengan tatapan dinginnya
Edward tergelak saat mendengar ucapan Lauren tersebut
"Aku berangkat" ucap Edward sambil bangkit dari tempat duduknya
Sebelum benar – benar pergi, Edward menyempatkan dirinya untuk memandang Lauren sebentar. Sungguh, Lauren sangat berbeda pagi ini.
Edward menggelengkan kepalanya dengan pelan. Sebisa mungkin, ia tidak boleh memberikan perhatiannya kepada Lauren. Ia tau benar, saat dia memberikan perhatiannya kepada wanita itu, wanita itu akan berpikir bahwa dia telah memberikan harapan. Dan Edward tau betul, ia tidak ingin memberikan harapan itu kepada Lauren maupun wanita lain
"Mari, tuan" ucap pengawal yang telah membukakan pintu mobil untuk Edward
Tanpa banyak bicara, Edward memasuki mobilnya dan mencoba untuk mengahlihkan perhatiannya dari Lauren dengan cara membuka email – email yang masuk ke dalam alamat surelnya
Edward menghela napasnya dengan kasar saat dirinya menyadari bahwa hal yang dilakukannya itu sia – sia saja. Bukannya dapat melupakan rasa khawatirnya terhadap Lauren, kini Edward merasakan kepalanya berdenyut – denyut pusing. Email – email sialan itu semakin memperparah segalanya. Seharunya Edward tak perlu memeriksa email – email itu, lebih baik dirinya menenangkan dirinya dengan mendengarkan alunan terompet milik Kenny G yang sangat menenangkan dirinya.
"Apakah tuan baik – baik saja? Apakah kita perlu ke rumah sakit?" tanya supir Edward yang tanpa sengaja menatap Edward meringis kecil sambil memijat pangkal hidungnya
"Tak perlu, kita harus ke kantor. Aku memiliki banyak pekerjaan hari ini" ucap Edward sambil menutup matanya dan menyandarkan kepalanya ke kursi mobilnya yang sangat empuk ini
Ah, sekeras apapun Edward berusaha, tapi tetap saja Edward mengkhawatirkan Lauren. Bukan karena dia menaruh perhatian kepada wanita itu, apalagi karena menyukai wanita itu. Dia hanya mengkhawatirkannya karena Lauren adalah satu – satunya orang yang peduli dan memperhatikannya selama satu tahun belakangan ini. Selain itu, jika Lauren tidak ada, Edward tak yakin sudah berapa banyak para wanita jalang yang menggodanya dan menariknya ke atas ranjang kotor mereka.
"Silahkan tuan"
Edward tersentak dari lamunannya saat melihat salah satu satpam yang berada di kantornya telah membukakan pintu mobilnya
"Terimakasih" ucap Edward sambil melangkahkan kakinya keluar dari mobil
Saat melangkahkan kakinya keluar dari mobil, Edward dapat melihat kondisi lobi perusahaannya yang masih lenggang, nampaknya seluruh pegawainya belum hadir.
Edward menatap jam tangan yang melingkar di tangannya. 08. 20 AM. Berarti, masih ada waktu 25 menit lagi bagi para karyawannya untuk datang bekerja.
Perlu kalian tau, Edward adalah tipe CEO yang sangat bertanggung jawab. Edward sangat jarang mengambil cuti, sekalipun dia sedang sakit. Selain itu, Edward juga sangat jarang terlambat datang ke kantor, Edward selalu datang sejam sebelum kegiatan di kantornya dimulai.
"Selamat pagi, sir" ucap sekretaris Edward sambil membungkukkan sedikit badannya saat melihat Edward tengah berjalan memasuki ruangannya
Edward menggangguk kecil pada pria itu. Ya, kalian tidak salah. Edward memiliki sekretaris yang berjenis kelamin pria. Alasan utama Edward memilih seorang pria sebagai sekretarisnya adalah karena ia jengah lama – lama berdekatan dengan seorang wanita.
Selain itu, Edward pernah sekali mencoba merekrut seorang wanita untuk dijadikan sekretasinya. Dan, boom! Masih di hari pertama wanita itu bekerja, wanita itu sudah berani menggoda Edward dengan rok ketat pendeknya. Honestly, dibandingkan terlihat seperti seorang sekretaris dari CEO berbakat, wanita malah terlihat seperti seorang jalang di club malam.
"Sir, ada seorang wanita yang sedari tadi menunggu anda" ucap sekretaris Edward saat melihat Edward telah duduk di kursi kebesarannya
"Seorang wanita?" tanya Edward binggung sambil mengernyitkan dahinya. Seingat Edward, dia tidak memiliki kesepakatan kontrak dengan seorang wanita.
"Ya, sir. Ia sudah menunggu sejak pukul 07.10 AM, tadi" terang sekretaris Edward
Edward mengangkat salah satu alisnya binggung, kenapa wanita itu niat sekali menunggunya sejak 07.10 AM? Ah, apa jangan – jangan wanita itu salah satu wanita yang berkeinginan untuk membawa Edward ke ranjangnya?
"Bagaimana pakaiannya? Seperti jalang atau bagaimana?" tanya Edward
"Wanita itu memakai pakaian sopan dan terlihat sedikit anggun, sir" jelas sekretaris Edward
"Baiklah. Aku akan menemuinya"
.
.
Did You Know?
Kenneth Bruce Gorelick , lebih dikenal dengan nama panggung Kenny G, adalah seorang pemain saksofon asal Amerika Serikat yang lahir di Seattle dari sebuah keluarga Yahudi. Albumnya tahun 1986, Duotones, membawanya mendapatkan kesuksesan komersial. Kenny G adalah salah satu artis terlaris sepanjang masa, dengan penjualan global berjumlah lebih dari 75 juta rekaman.
Dia mulai tertarik dengan saksofon ketika dia mendengar pertunjukan di The Ed Sullivan Show. Dia mulai bermain saksofon, alto Buffet Crampon, pada tahun 1966 ketika dia berusia 10 tahun