"Aku kembali ke rumah. Masih banyak urusan yang hendak ku urus" ucap seorang pria sambil mengahlihkan pandangannya dari ponsel yang dipegangnya ke arah wanita yang sedang berdiri di sampingnya.
"Apakah itu hal penting?" tanya wanita itu tanpa memalingkan wajahnya untuk menatap pria disampingnya yang kembali fokus dengan ponselnya
"Ya" jawab pria itu pendek
Wanita itu menghela napasnya dengan kasar. Sejak awal, seharusnya dia tidak mengharapkan sesuatu yang berlebihan dari pernikahan yang dilangsungkannya dengan pria yang sedang berada di sampingnya tersebut. Kini, meskipun sudah bersatus sebagai istri, wanita itu tetap tidak memiliki hak yang sangat kuat untuk meminta pria itu tetap ada di sisinya
"Baiklah, jika itu hal penting" ucap wanita itu sambil tersenyum elegan saat ekor matanya tanpa sengaja menatap para tamu yang masih memenuhi ball room pesta peringatan satu tahun pernikahannya
Mendengar ucapan wanita tersebut, pria itu tidak mau membuang – buang waktunya.
Cup.
Pria itu mengecup singkat pipi wanita itu dari samping.
Wanita itu tersenyum miring saat merasakan sebuah kecupan di pipinya. Meski mereka sudah menikah selama satu tahun, kecupan di pipi adalah hal yang paling intim dan yang paling sakral yang pernah mereka lakukan. Jika dihitung – hitung, selama setahun belakangan ini, wanita itu hanya baru menerima 8 kecupan oleh suami sahnya itu, dan semua kecupan itu diberikan oleh suaminya saat mereka menghadiri suatu acara tertentu.
Untuk meyakinkan semua orang bahwa pernikahan mereka adalah pernikahan yang romantis, bukankah terkadang diperlukan sebuah bukti? Dan kecupan di pipi adalah hal yang lebih dari cukup untuk pembuktian itu.
"Kuserahkan semuanya kepadamu, thank you" ucap pria itu sambil berlalu meninggalkan wanita itu sendirian.
Setelah kepergian pria itu, wanita itu langsung memasang wajah angkuh nan elegannya, dia tidak ingin terlihat rapuh di hari yang bahagia ini. Selama ini, dia sudah berakting sangat baik di depan teman – temannya dan keluarganya, dan hari ini, dia juga harus berakting dengan baik.
"Lauren...!" ucap salah satu teman wanita tersebut, Lauren Rodriquez – Garcia, dengan suara yang lumayan kuat
Lauren menatap temannya itu dengan sebuah senyuman yang sangat merekah, untuk beberapa saat, Lauren merupakan segala kesedihan dan keresahannya akibat ulah suaminya.
"Clara" panggil Lauren sambil membentangkan tangannya untuk menyambut pelukan teman baiknya itu, Clara.
"I miss you so much..." ucap Clara sambil mempererat pelukannya
"So am I" ucap Lauren
Lauren dan Clara adalah teman akrab yang telah terpisah selama 1 tahun, pertemuan terakhir mereka terjadi tepat 1 tahun yang lalu, saat pesta pernikahan Lauren dan suaminya digelar.
Lauren dan Clara telah berteman sejak mereka duduk di bangku senior high school sampai sekarang. Clara adalah satu – satunya teman yang dimiliki oleh Lauren. Meskipun begitu, Lauren tak pernah menceritakan tentang keadaan rumah tanggannya kepada Clara. Lauren adalah tipikal orang yang sangat suka menyimpan beban di pundaknya sendiri tanpa berniat membaginya kepada orang lain.
"Ah... aku sangat iri denganmu. Aku jadi cepat – cepat ingin menikah" rengek Clara sambil menarik dirinya dari pelukan Lauren.
Lauren tersenyum kecil mendengar ucapan Clara. Dulu, dia sama seperti Clara. Dia berpikir bahwa kehidupan pernikahan sangat menyenangkan dan sangat romantis, apalagi jika kehidupan pernikahan tersebut dilalui bersama dengan orang yang kita cintai. Namun nyatanya, realita memang tidak pernah sesuai ekspektasi
"Jangan seperti itu, bukannya kau masih ingin menjadi supermodel? Jika kau menikah, kau harus mengubur dalam – dalam mimpimu itu" ucap Lauren
"You're right. Tapi saat melihat pesta megah ini dan melihat dirimu yang sangat cantik, aku sangat iri. Aku jadi ingin cepat – cepat menikah"
Lauren hanya bisa tersenyum saat mendengar perkataan teman baiknya itu
"Ah, iya... Ini, aku bawakan kado kepadamu" ucap Clara sambil tersenyum manis dan menyodorkan sebuah kotak berwarna silver yang berkilau
"Ini apa?" tanya Lauren sambil menerima kotak yang terasa ringan tersebut
Mendengar pertanyaan Lauren, Clara langsung tersenyum jahil. Hanya dengan melihat senyum jahil Clara saja, Lauren sudah tau bahwa pasti ada sesuatu yang aneh di dalam kado ini
"Kau akan mengetahuinya saat kau membukanya nanti malam" ucap Clara sambil menaik – turunkan alisnya
Lauren menghela napasnya dengan kasar. Sudahkah Lauren mengatakan bahwa teman baiknya ini, Clara, adalah wanita yang memiliki otak mesum?
"Lingerie lagi...?" tebak Lauren
"Kok lagi, sih! Aku baru memberikanmu kado sebuah lingerie baru dua kali dan itupun terakhir kali aku memberikannya saat pesta pernikahanmu tahun lalu" ucap Clara yang tidak suka saat Lauren seolah – olah mengatakan bahwa Clara selalu memberikan lingerie sebagai kado hadiah untuk Lauren
"Aku tau kau memiliki suami yang kaya, baginya, harga lingerie ini tidak ada apa - apanya, tapi terimalah kado ku ini dengan segenap hati dan segenap jiwa ragamu. Aku yakin, saat kau memakai ini nanti malam, kalian akan melalui malam pengantin yang sangat panas seperti tahun lalu" ucap Clara sambil tersenyum mesum
Mendengar ucapan Clara, senyum di wajah cantik Lauren langsung menghilang seketika. Bagaimana caranya ia memberitahukan teman baiknya itu bahwa dia belum melalui malam pengantin? Dan bagaimana caranya ia memberitahukan teman baiknya itu bahwa tidak akan ada malam pengantin di kehidupan pernikahannya? Katakan... bagaimana caranya?
"Kalau begitu... terimakasih banyak Clara" ucap Lauren sambil tersenyum dengan elegan untuk menutupi perasaannya yang sesungguhnya
"No problem. Kalau begitu, aku izin pulang dulu ya. Besok aku harus kembali ke Paris, ada pemotretan yang harus kulakukan disana. Padahal, aku masih sangat ingin berada disini dan berbicara banyak hal denganmu" ucap Clara sambil memasang wajah cemberutnya
"Tidak apa – apa Clara, kau bisa pergi. Kita kan masih bisa berbicara melalui chat atau panggilan atau video call, jangan sampai pekerjaanmu berantakan hanya karena ingin bercerita denganku" ucap Lauren
"Baiklah... aku akan pergi, tapi, berikan aku satu pelukan" ucap Clara
Lauren tersenyum dan menarik tubuh teman baiknya itu ke dalam pelukannya
"Bye.. I will meet you soon as possible!" ucap Clara sambil melepaskan pelukannya
"I will wait"
Lauren menatap punggung Clara yang sudah menjauh darinya dengan sebuah senyuman yang sulit diartikan. Bagi Lauren, hanya Clara lah orang yang benar – benar dekat dengannya sejak kematian seluruh anggota keluarganya. Meskipun kini Lauren telah menikah dengan suaminya, namun Lauren tidak terlalu dekat dengan keluarga suaminya karena keluarga suaminya tinggal Valencia, Spanyol sedangkan mereka tinggal di Madrid, Spanyol.
Awalnya, keluarga suaminya meminta mereka untuk tetap tinggal di Valencia, namun suaminya menolak permintaan keluarganya dan memutuskan untuk pindah ke Madrid dengan alasan pekerjaan. Alasan suaminya tersebut memang terdengar masuk akal, namun, akan lebih terdengar masuk akal lagi jika alasan suaminya menolak permintaan itu karena suaminya tidak ingin keluarganya menemukan kejanggalan dalam kehidupan pernikahan mereka.
"Wah... wah... wah..., itik buruk rupa kita ternyata sudah berubah menjadi angsa yang bersih dan cantik ya"
Sebuah pujian yang lebih terdengar seperti sebuah ejekan untuk Lauren membuat Lauren langsung menatap datar sosok wanita yang telah berdiri angkuh di hadapannya. Cih! Bagaimana wanita itu ada disini?
"Terimakasih atas pujiannya, nona Ava. Nona Ava juga terlihat sudah banyak berubah, apalagi di bagian bibir. Apakah nona Ava telah melakukan filler bibir? Wah... bibir anda jadi terlihat penuh. Pasti itu harganya mahal ya? Astaga, nona Ava mendapatkan uang darimana? Bukannya perusahaan milik ayah nona Ava telah bangkrut?" tanya Lauren dengan wajah tanpa dosanya
Wanita yang berada di hadapan Lauren, Ava, langsung menatap Lauren dengan tatapan mematikan. Kedua rahanganya diketatkannya, menunjukkan betapa dalam rasa kesalnya kepada ucapan Lauren
"Ah, aku lupa! Nona Ava kan memiliki banyak pria yang dilayani setiap malam. Astaga... bagaimana aku bisa lupa itu? Pasti pria – pria itu yang membayar biaya filler bibir nona Ava kan? Aku yakin, mereka pasti membayarnya karena bibir nona adalah alat untuk memuaskan mereka kan?" tanya Lauren lagi yang diakhiri dengan sebuah senyuman elegan
Ava menegak ludahnya dengan kasar, sepertinya dia sudah salah langkah. Bagaimana bisa wanita dihadapannya ini mengatakan sesuatu yang kasar dengan sikap elegan seperti itu?
"Nona... jika kau ingin menggunakan bibir penuhmu itu untuk menghangatkan suamiku, kuharap kau berhenti bermimpi! Karena sebelum kau benar – benar berhasil menemui suamiku, aku akan memotong bibirmu itu" ucap Lauren dengan nada dan tatapan yang dingin
"Bitch! Kusumpahi kau memiliki kehidupan pernikahan yang tidak bahagia!" teriak Ava dengan suara keras, seolah – olah dia tidak peduli dengan tamu – tamu yang masih memenuhi ball room.
Deg.
Jantung Lauren langsung berdetak keras.
Sebuah senyuman sinis langsung muncul di wajah cantiknya yang terlihat sangat angkuh tersebut.
Bagaimana jika Lauren mengatakan bahwa sumpah Ava tersebut hanya buang – buang waktu saja, karena Lauren telah benar – benar merasakan hal itu, memiliki kehidupan pernikahan yang tidak bahagia.
"Lihatlah! Bahkan suamimu yang selalu kau lindungi dari wanita – wanita jalang tidak ada disini! Kau tidak lebih dari seorang bit---
Plak!
Sebelum Ava benar – benar mengakhiri kalimatnya, Lauren langsung menampar pipi Ava dengan kuat.
"Kau hanyalah orang asing. Kau tidak berhak untuk menilai kehidupan pernikahanku" ucap Lauren dengan wajah bengisnya
Situasi pesta yang tadinya ramai kini sudah berhenti dan menjadi senyap. Para pemain orchestra yang sejak tadi memainkan alat musiknya nampak telah berhenti dan memandang terkejut ke arah Lauren dan Ava yang telah melakukan pertikaian tepat di atas panggung acara pesta
Lauren menatap Ava dengan tatapan yang berapi – api, hingga akhirnya dia sadar bahwa seluruh tatapan orang yang berada di ball room tersebut telah tertuju kepadanya. Dengan sekuat tenaga, Lauren mengontrol emosinya.
"Pesta telah selesai. Saya dan suami saya sangat berterimakasih atas kedatangan para tamu sekalian" ucap Lauren sambil tersenyum ramah seolah – olah tidak ada hal yang baru saja terjadi
.
.
Did You Know?
*gambar hanya ilustrasi
Filler bibir merupakan salah satu cara untuk mengubah kontur bibir. Caranya mirip seperti menyuntikkan vitamin untuk menambah sistem imun dalam tubuh. Hanya saja, sesuatu yang disuntikkan ke dalam bibir ialah gel khusus yaitu hyaluronic acid.
Biasanya, filler bibir dilakukan untuk menambah volume bibir. Meskipun begitu, filler bibir juga menimbulkan beberapa efek samping. Selama prosedur filler, bibir akan terasa nyeri, memerah, atau mengakibatkan pendarahan. Ada beberapa kasus di mana proses filler gagal, sehingga bentuk bibir pasien menjadi bengkak gak karuan.
Di Indonesia, biaya filler bibir mulai dari kisaran harga Rp4-10 juta. Semakin bagus merek filler, semakin banyak filler yang digunakan, dan semakin populer dokter yang mengerjakannya, maka biayanya pun menjadi semakin mahal.